Masa remaja adalah masa yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam pertumbuhan manusia. Ini karena masa remaja sejatinya lebih dipandang sebagai awal pertumbuhan baru anak manusia daripada sekedar akhir masa kanak-kanak. Masa inilah yang kelak sangat berpengaruh dalam menentukan arah perjalanan hidup, perilaku sosial, moral, dan psikologis seseorang. Pada masa ini, seorang individu belum matang secara emosional, terbatas dari segi pengalaman, dan semakin dekat dengan akhir periode pertumbuhan fisik dan mentalnya.
Masa remaja ini ditandai dengan beberapa karakteristik penting yang membedakannya dengan masa kanak-kanak dan fase yang akan dilaluinya setelah itu. Perbedaan itu meliputi sisi-sisi berikut:
- Periode pertama dari masa remaja ini adalah periode emosi yang keras, yaitu saat munculnya perilaku-perilaku ekstrem yang ditandai dengan ledakan-ledakan, pergolakan, dan ketidakstabilan emosi.
- Pada permulaan masa ini, anak remaja tidak mampu mengontrol penampilan luarnya disebabkan oleh emosinya. Itu sebabnya mengapa Anda biasa melihat seorang anak yang baru menginjak masa remaja suka berteriak, mendorong berbagai benda, melempar piring makanan dan gelas di lantai, dsb. Oleh karena itu, orang dewasa yang bertanggung jawab mengarahkan dan membimbing anak remaja akan menemukan betapa periode ini merupakan "usia penuh masalah" bagi mereka.
- Masa ini ditandai dengan terbentuknya perasaan keakuan (egoisme) yang tampak melalui perilaku-perilaku seperti: bangga dengan diri, suka merawat penampilan, serta biasa mengatur cara duduk dan berbicara. Pada fase ini, anak remaja mulai merasa bahwa ia bukan lagi anak-anak yang hanya patuh tanpa memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya.
Para psikolog percaya bahwa sensitivitas emosional anak remaja disebabkan oleh ketidakmampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan tempat ia tinggal. Ini karena ketika seorang anak remaja mengalami sedikit pertambahan umur, ia merasa bahwa cara orang berinteraksi dengannya tidak sesuai dengan kematangan yang telah ia capai dan perubahan yang terjadi pada dirinya. Oleh karena itu, para orang tua hendaknya memberikan perhatian dan bimbingan lebih besar terhadap anak mereka pada fase,yang sangat sensitif ini, supaya mereka tumbuh dewasa membawa perilaku dan akhlak yang baik.
Di antara tanggung jawab besar yang diwajibkan oleh Islam kepada para pendidik; para ayah dan ibu, serta para guru dan pembimbing, adalah mengajarkan kepada anak semenjak awal masa pubernya:tentang hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan kecenderungan nalurinya dan kematangan seksualnya. Oleh karena itu, ketika seorang anak telah mengalami mimpi basah, pendidik atau orang tua harus berterus terang kepadanya bahwa ia telah berusia balig serta telah dibebankan tugas Syariat. Orang tua harus mengatakan kepada sang anak bahwa mulai saat itu, ia sudah mulai dikenai perintah dan larangan, janji dan ancaman, serta pahala dan hukuman Allah. Ibu juga harus berterus terang kepada anak perempuannya yang telah mengalami haid, bahwa ia telah memasuk fase balig, telah dibebankan ajaran Syariat, serta wajib menjalankan tanggung jawab dan kewajiban sebagaimana wanita dewasa.
Anak-anak remaja pada fase ini perlu diingatkan bahwa rukun-rukun iman dan kewajiban-kewajiban Islam yang selama ini mereka lakukan hanya sebagai amalan sunnah, sekarang sudah menjadi wajib atas mereka, sehingga mereka wajib menjalankannya. Misalnya adalah kewajiban ibadah:shalat lima waktu dan puasa, serta kewajiban menjauhi perbuatan-perbuatan haram seperti zina, homoseksual atau lesbian, meminum minuman keras, memakan harta orang lain secara tidak halal, memakan harta riba, merampas hak orang lain, khianat dan sebagainya.
Seorang ibu juga harus menjelaskan kepada putrinya bahwa mimpi basah adalah hal yang alami, dan bahwa itu adalah rahmat dari Allah untuk membuang zat-zat yang berlebih dari kebutuhan fisik kita. Karena walaupun mimpi basah adalah hal yang alami, tapi ia dianggap sebagai sumber kecemasan dan konflik batin bagi sebagian besar anak yang memasuki usia balig.
Selain itu, seorang ibu juga harus mengajar putrinya bagaimana menyucikan diri dari haid, serta bagaimana menghitung masa haid agar dapat bersiap-siap setiap kali masa haid tiba. Ibu juga harus mengingatkan bahwa pada masa haid, diharamkan baginya memegang mushaf Al-Quran, melakukan shalat, berpuasa, dan memasuki mesjid. Di samping juga berkewajiban mengqadha (mengganti) puasa yang ia lewatkan semasa haid, namun tidak diwajibkan mengqadha shalatnya. Selaras dengan itu, seorang bapak juga harus mengajarkan putranya bagaimana mandi junub dan seperti apa adab-adab Islam berkaitan dengan hal ini.
Ibu harus menjelaskan kepada putrinya sebab-sebab haid, serta memaklumkan bahwa Allah—Subhânahu wata`âlâ—mentakdirkan adanya haid bagi para anak cucu perempuan Adam untuk hikmah yang begitu banyak. Haid adalah sebuah indikasi kematangan,dan kesiapan seorang perempuan untuk hamil. Ia juga merupakan tanda terbebasnya rahim dari kehamilan, sehingga juga dijadikan sebagai standar penghitungan masa `iddah talak. Ibu harus menanamkan pada diri putrinya rasa percaya diri, dan bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab untuk merawat dirinya dan menjaga kehormatannya.
Hal lain yang juga penting adalah bahwa seorang ibu harus banyak menemani putrinya pada masa-masa krusial ini. Ibu harus menyingkirkan sekat-sekat pembatas dengan sang putri, namun tetap dalam bingkai hormat yang harus diberikan seorang anak kepada orang tuanya. Ibu juga mesti memperbanyak dialog bersama putrinya dalam urusan rumah tangga dan tema-tema umum. Pada waktu senggang, ibu mesti berupaya mengajarkan putrinya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dengan cara mengikutkannya dalam menyiapkan makanan, membersihkan dan mengatur rumah, memasukkan benang ke dalam jarum, menggunting baju, serta mengembangkan berbagai hobi seperti menggambar atau merawat bunga dan tanaman-tanaman hias.
Kalau diperhatikan, ada beberapa fenomena keliru yang tersebar di sebagian kalangan remaja Islam, seperti memakai kalung emas dan pakaian-pakaian yang tidak pantas, sehingga membuat penampilan mereka tidak normal, lebih mirip dengan penampilan kaum perempuan. Demikian juga dengan sebagian remaja putri yang memakai pakaian laki-laki atau mirip pakaian laki-laki. Kewajiban para pendidik dan orang tua adalah menjelaskan kepada anak-anak mereka bahwa Allah melaknat laki-laki yang berusaha menyerupai perempuan dan perempuan yang berusaha menyerupai laki-laki. Sebuah hadits diriwayatkan dari Ibnu Abbâs—Semoga Allah meridhainya—bahwa ia berkata, "Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai kaum perempuan dan perempuan yang menyerupai kaum laki-laki." [HR. Al-Bukhâri]. Ibnu Abbâs juga berkata, "Rasulullah melaknat laki-laki yang berperilaku seperti perempuan dan perempuan yang berperilaku seperti laki-laki." [HR. Al-Bukhâri]
Merupakan kewajiban bagi para ibu untuk menjelaskan kepada putri-putri mereka bahwa Islam memerintahkan kaum perempuan untuk menutup aurat dan tidak menampakkan perhiasan, demi menjaga kehormatan diri mereka dari orang-orang yang berjiwa kotor. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangan mereka serta menjaga kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka dengan tujuan agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung." [QS. An-Nûr: 31]
Para ibu juga harus mengingatkan putri-putri mereka tentang hadits Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam: "Dua golongan penduduk Neraka yang belum aku lihat: (Pertama), suatu kaum yang memiliki cemeti seperti ekor sapi, dan mereka gunakan untuk menyiksa orang lain. (Kedua), perempuan-perempuan berpakaian tapi telanjang, menyeleweng dan menyelewengkan (orang lain), kepala mereka seperti punuk unta (karena perhiasannya), mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencicipi wanginya, padahal wangi Surga dapat dirasakan dari jarak perjalan sekian dan sekian." [HR. Muslim]
Kewajiban para pendidik dan orang tua adalah membiasakan anak mereka untuk hidup serius dan ksatria, jauh dari sikap lemah, lembek, dan mudah lebur. Itu dapat dilakukan dengan cara membiasakan anak-anak sejak kecil, melalui penanaman nilai-nilai keksatriaan, keberanian, dan kepercayaan diri. Islam sendiri menyeru untuk mendidik anak di atas pola hidup sederhana dan tidak bermewah-mewah. Sebuah hadits diriwayatkan dari Mu'âdz ibnu Jabal—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Jauhilah pola hidup bersenang-senang, karena hamba Allah (sejati) bukanlah mereka yang biasa hidup bersenang-senang." [HR. Ahmad]
Banyak remaja yang mengonsumsi rokok, seolah-olah kejantanan mereka belum sempurna sebelum melakukan kebiasaan yang buruk ini.
Kewajiban orang tua adalah menjelaskan kepada anak-anak mereka tentang berbagai bahaya rokok terhadap kesehatan, kondisi psikologis, dan hubungan sosial mereka. Itu bisa dijelaskan melalui selebaran-selebaran informasi, atau pelajaran-pelajaran langsung dari pengalaman para pecandu rokok yang sudah merasakan akibat sangat buruk dari kebiasaan ini, seperti menderita penyakit TBC, iritasi saraf, lemah ingatan, gigi dan wajah yang menguning, cenderung malas dan santai, ditambah lagi dengan penyakit-penyakit berbahaya seperti kangker paru-paru, pengerasan arteri, tekanan darah tinggi, dan angina pectoris (kejang jantung).
Narkoba dengan segala jenisnya merupakan sarana paling berbahaya untuk menghancurkan kaum muda, terutama mereka yang menjalani kehidupan yang rusak dan gelap, tanpa kontrol, bimbingan, dan perhatian yang cukup dari orang tua mereka. Akibatnya, mereka pun menjadi korban kecanduan dan dunia hitam. Tidak jarang mereka harus mengakhiri hidup di dalam tembok penjara atau rumah sakit jiwa.
Para pendidik dan orang tua harus menjelaskan kepada anak-anak mereka tentang bahaya-bahaya luar biasa yang diakibatkan oleh kecanduan narkoba dan minuman keras, mulai dari sisi kesehatan, psikologis, ekonomi, hingga etika dan sosial. Para orang tua harus membantu anak-anak mereka menghabiskan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat.
Media-media informasi juga memainkan peran yang tidak kalah penting dengan peran orang tua. Oleh karena itu, selayaknya berbagai media memberikan informasi dan wawasan yang bermanfaat demi kebaikan seluruh individu masyarakat, terutama para pemuda.
Para pendidik dan orang tua juga berkewajiban untuk tidak membiarkan anak-anak mereka bebas berkeliaran. Mereka harus mengontrol dan membimbing putra-putri mereka ke jalan yang benar, serta mengikat mereka dengan tali Akidah. Mereka harus mendidik tunas-tunas muda ini untuk selalu merasakan kehadiran Allah, baik dalam kesendirian maupun di tengah keramaian. Mereka harus mendorong anak-anak mereka untuk menghadiri majelis-mejelis zikir dan keilmuan, selalu menjaga shalat wajib dan shalat sunnah, rajin membaca Al-Quran, mendirikan shalat, belajar dari sejarah hidup para shahabat dan generasi salaf, menjalani kehidupan dengan penuh cinta dan keyakinan kepada Allah, berteman dengan sahabat-sahabat yang baik dan komunitas yang beriman. Hal-hal seperti ini akan mengokohkan kesadaran beragama, menghindarkan mereka dari tempat-tempat kerusakan, serta mengarahkan mereka kepada kesucian jiwa, ketinggian niurani, dan menghias diri dengan akhlak yang mulia.
Di antara nikmat yang diberikan oleh Islam kepada para pemeluknya adalah bahwa perkara-perkara yang dibolehkan jauh lebih banyak daripada hal-hal yang diharamkan. Hal ini karena Islam melalui prinsip-prinsip toleransinya berusaha menggabungkan antara nilai-nilai kesungguhan dengan sisi-sisi permainan yang wajar, menyelaraskan antara kebutuhan rohani dengan kebutuhan jasmani, serta memperhatikan perawatan fisik dan penyucian jiwa secara seimbang.
Jiwa manusia tidak akan menjadi baik kecuali jika ia disibukkan dengan hal-hal yang memang berpotensi memberikan kebaikan untuknya. Imam Asy-Syâfi'i pernah berkata, "Jiwamu jika tidak engkau sibukkan dengan kebenaran niscaya akan disibukkan oleh kebatilan."
Di antara faktor mendasar yang menyebabkan menyimpangnya anak-anak remaja adalah ketidakmampuan mengambil manfaat dari waktu-waktu kosong yang terkadang mendominasi hidup mereka. Oleh karena itu, para pendidik harus menyediakan untuk anak-anak mereka tempat-tempat bermain yang wajar dan lokasi-lokasi yang baik untuk berolahraga, melatih kekuatan, sekaligus rekreasi dalam rangka membangkitkan vitalitas tubuh.
Islam dengan nasihat-nasihatnya yang agung telah memberikan solusi untuk mengisi kekosongan waktu anak-anak dan kaum remaja, melalui sarana-sarana praktis untuk menyehatkan fisik, memberikan vitalitas, dan membangkitkan energi mereka. Di antara sarana yang paling penting untuk itu adalah melalui pembiasaan menjalankan ibadah, terutama shalat yang dijadikan Islam sebagai tiang dan rukun asasi Agama, agar perilaku mereka menjadi lurus melalui hubungan ruhiyah antara mereka dengan Sang Pencipta. Demikian juga puasa yang dapat meringankan hasrat seksual mereka.
Sarana lain yang dianjurkan oleh Islam guna mengisi kekosongan waktu anak-anak adalah mengajarkan mereka berkuda, berenang, dan melakukan aktivitas-aktivitas bermanfaat lainnya.
Lembaga-lembaga kepemudaan di negeri-negeri Islam kiranya sangat perlu memperhatikan berbagai hobi para pemuda kita dan berupaya mengembangkannya. Lembaga-lembaga ini harus memupuk jiwa olah raga pada kalangan remaja melalui perkemahan-perkemahan yang berisi berbagai aktivitas bermanfaat. Selain juga mengarahkan kaum remaja secara baik untuk mengisi waktu mereka dengan hal-hal bermanfaat, daripada selalu membunuh waktu dengan hal-hal tidak berguna. Karena waktu sesungguhnya adalah kehidupan itu sendiri. Masa muda—dengan berbagai energi dan potensinya—jika tidak digunakan untuk kebaikan dan tidak disibukkan dengan aktivitas-aktivitas bermanfaat, sudah pasti berbagai kerusakan dan kesia-siaan akan membuka pinta lebar-lebar di hadapan mereka.
Anak remaja selalu berusaha memuaskan kebutuhannya akan penghargaan dan kedudukan melalui komunitas rekan-rekan sebayanya. Ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-temannya daripada oleh orang tua dan sekolahnya. Oleh karena itu, di antara faktor terbesar yang menyebabkan kenakalan kaum remaja adalah teman-teman yang tidak baik dan pergaulan yang rusak, apalagi jika si anak lemah secara mental dan moral.
Oleh karena itu, para pendidik dan orang tua harus benar-benar memperhatikan anak-anak mereka, sehingga dapat mengetahui siapa saja yang bergaul dengan anak-anak mereka, kemana saja mereka pulang pergi, dan ke tempat apa saja mereka berkunjung. Menjadi kewajiban orang tua untuk mengarahkan anak-anak mereka agar memilih sahabat-sahabat yang baik, sehingga kemudian mendapatkan akhlak mulia, adab yang tinggi, dan kebiasaan terpuji. Sebaliknya, para orang tua harus berusaha menjauhkan anak-anak mereka dari teman-teman yang tidak baik, supaya tidak terjerumus ke dalam perangkap dan jaring penyelewengan mereka.
Al-Quran sendiri telah mengingatkan kaum muslimin agar menghindari teman-teman yang buruk, sebagaimana tercantum dalam firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya (menyesali perbuatannya), seraya berkata, 'Aduhai kiranya (dahulu) Aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Celakalah aku; alangkah baiknya jika aku (dahulu) tidak menjadikan si fulan itu sebagai teman akrab-(ku), sesungguhnya ia telah menyesatkan aku dari Al-Quran ketika Al-Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah Syetan itu tidak akan mau menolong manusia." [QS. Al-Furqân: 27-29]
Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga menekankan pentingnya memilih teman yang baik. Beliau bersabda, "Seseorang itu akan mengikuti agama temannya. Karena itu, hendaklah setiap kalian melihat siapakah yang ia jadikan teman." [HR. At-Tirmîdzi]. Beliau juga bersabda, "Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk itu adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi bisa memberimu (minyak wangi) atau engkau membeli darinya atau mendapatkan wangi yang harum darinya. Sementara tukang pandai besi bisa menyebabkan pakaianmu terbakar, atau engkau mendapatkan bau yang tidak sedap." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Nsihat-nasihat Umum Terkait Masa Remaja
Ada banyak tips penting yang dapat bermanfaat bagi para orang tua dalam mengarahkan anak-anak mereka pada masa remaja yang kritis ini:
Berkaitan dengan aspek pertumbuhan fisiologi, orang tua harus memperhatikan hal-hal berikut:
- Menjelaskan ciri-ciri pubertas kepada anak remaja, supaya tidak timbul perasaan tidak senang, khawatir, atau gelisah ketika muncul ciri-ciri tersebut.
- Memberikan lebih banyak informasi yang benar seputar perubahan pada masa puber, terutama seputar haid (bagi remaja perempuan) dan keluarnya mani (bagi remaja laki-laki).
- Mengarahkan anak-anak remaja agar tidak berlebihan dalam begadang, serta selalu menjauhi rokok dan pesta hura-hura yang hanya akan menguras vitalitas kaum remaja.
- Membantu anak remaja untuk menerima berbagai perubahan jasmani dan fisiologinya. Juga memahami aspek pertumbuhan fisiologi secara umum, bahwa hal itu adalah perubahan alami yang tidak perlu dirisaukan dan diperhatikan secara khusus. Dan bahwa itu semua bukanlah ciri adanya penyakit pada diri remaja.
- Mengembangkan sisi rasa bangga terhadap usia balig dan kedekatan dengan usia dewasa, namun dengan tidak berlebihan memberikan fokus terhadap fenomena-fenomena usia balig dan pemanfaatannya secara negatif.
Berkaitan dengan masalah emosional anak remaja, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
- Perlu ada perhatian terhadap problem-problem emosional anak remaja, serta berusaha membantunya memberikan solusi dan pengobatan sebelum membesar.
- Berusaha melepaskan dirinya dari paradoksi emosional dan tenggelam secara berlebihan dalam lamunan.
- Membantu anak remaja dalam mewujudkan kemandirian psikologis dan kepribadian.
Berkaitan dengan perilaku sosial remaja putra dan putri, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
- Berusaha menciptakan hubungan yang lebih matang antara rekan-rekan sejawatnya.
- Memberikan dorongan untuk independensi diri dan kemandirian pribadi.
- Memberikan persiapan bekal untuk menghadapi kehidupan berumah tangga melalui pendidikan seksual yang sehat.
Dalam sisi pendidikan harus diperhatikan hal-hal berikut:
- Memberikan remaja nilai-nilai mulia dan perilaku-perilaku yang sehat.
- Membantu anak remaja memilih teman dan rekan sejawatnya.
- Membentuk konsep-konsep mental dan konsep-konsep mendasar dalam kehidupan.
- Memberikan arahan kepada anak remaja bagaimana mengontrol diri dan mengendalikan keinginan-keinginan seksual, serta memegang teguh ajaran-ajaran Islam, seperti menahan pandangan, menjaga kemaluan, mengobati hasrat seksual dengan berpuasa, dan lain-lain. Diutamakan untuk menikah di usia dini bagi para pemuda jika telah mampu, karena itu merupakan obat bagi segala bentuk penyelewengan, sekaligus mengikuti sunnah Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—yang bersabda, "Wahai sekalian pemuda, barang siapa di antara kalian yang telah mampu hendaklah menikah, karena hal itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu hendaklah berpuasa, karena puasa itu memberikan obat baginya (melindungi dan menjaganya)." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
- Mengarahkan kaum remaja putra untuk mengisi waktu kosong mereka dengan hal-hal yang bermanfaat, melalui kegiatan-kegiatan hiburan yang dianjurkan oleh Islam, seperti: permainan berkuda, gulat, berburu, lomba lari, dan olah raga-olah raga lainnya. Demikian juga mengarahkan remaja putri untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang cocok bagi mereka seperti kursus menjahit dan berbagai aktivitas lainnya. Demikian pula, dianjurkan untuk memberikan arahan kepada para remaja putra dan putri tentang keutamaan dan urgensi ilmu. Supaya remaja menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca dan mentelaah.
- Memberikan kepada anak remaja informasi yang memadai tentang penyakit-penyakit kelamin serta cara pencegahan dan pengobatannya.
- Menjauhkan remaja putra dan putri dari segala hal yang membangkitkan nafsu seksual mereka.
- Berdialog dengan remaja putra dan putri serta berusaha mengenal isi pikiran dan problem mereka. Dan ini tidak akan dapat terwujud kecuali melalui hubungan yang baik antara anak dengan orang tua.
Masa remaja dapat dibagi menjadi dua periode penting (walaupun sebagian orang membaginya menjadi tiga: periode awal, pertengahan, dan akhir).
Periode pertama berkaitan erat dengan permulaan masa pubertas dan berakhir pada sekitar usia 15 tahun, yaitu usia kelulusan dari sekolah tsanawiyah (SMP) dan awal masuk aliyah (SMA).
Sementara periode kedua dimulai dengan sempurnanya perubahan fisiologis remaja dan berlangsung hingga usia dewasa, yaitu 18 tahun, atau usia dewasa secara undang-undang, yaitu 21 tahun.
Periode Pertama: Pubertas (12-15 tahun).
Mencapai umur balig atau usia pubertas merupakan sebuah peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Karena pada saat itu, seorang manusia berubah dari individu non-seksual menjadi manusia dewasa yang memiliki kematangan seksual.
Periode ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat, di mana terjadi tumpang tindih antara akhir masa kanak-kanak dengan permulaan masa puber. Anak pada periode ini sudah tidak lagi menganggap dirinya sebagai anak-anak, disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Sementara orang tua dan para pendidik tetap memperlakukan mereka sebagai anak-anak. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya paradoksi (pertentangan), perasaan yang tidak stabil, ketidaknyamanan, dan munculnya beberapa kelakuan mereka yang tidak diinginkan. Dan masyarakat akan melihat dari remaja laki-laki dan perempuan pada periode ini perilaku yang berbeda dengan perilaku anak-anak.
Bentuk pertumbuhan pada periode ini tampak melalui fenomena haid pertama pada remaja perempuan. Disertai pula dengan adanya beberapa perubahan pada bagian-bagian tubuh tertentu. Artinya, terjadi pergerakan menuju kesempurnaan ciri kewanitaannya melalui fenomena-fenomena dasar dan sekunder. Adapun pada anak laki-laki, bentuk pertumbuhan pada fase ini akan tampak pada keluarnya air mani untuk pertama kali secara tiba-tiba ketika tidur. Selain itu, juga terdapat beberapa perubahan sekunder pada dirinya.
Melalui pemeriksaan dan penelitian ilmiah modern dapat juga diketahui dan dipelajari fenomena pubertas dini atau keterlambatan pubertas.
Dapat juga dikatakan bahwa anak-anak perempuan mencapai kematangan seksual ketika mencapai usia 12,5 tahun sampai 14,5 tahun. Sementara anak laki-laki bisa mencapai usia puber dari umur 14-15 tahun. Sebab perbedaan waktu kematangan seksual ini adalah aktivitas kelenjar endokrin yang menentukan awal perubahan pubertas, di samping juga faktor genetik, kondisi kesehatan individu secara umum, dan faktor gizi.
Anak-anak yang tinggal di daerah yang beriklim normal lebih cepat mengalami pubertas daripada anak-anak yang tinggal di daerah yang dingin dan panas. Anak-anak yang tinggal di kota juga lebih cepat mengalami pubertas daripada yang tinggal di perkampungan.
Bentuk-bentuk Pertumbuhan pada Masa Pubertas
Pertumbuhan Fisik: Dalam masa puber/balig, terjadi lonjakan pertumbuhan fisik. Fase ini adalah fase dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Dalam fase ini, terjadi empat perubahan penting pada fisik, yaitu:
ukuran badan, proporsi anggota badan, pertumbuhan ciri seksual primer, dan pertumbuhan ciri seksual sekunder.
Setelah terjadinya perubahan-perubahan ini, fisik remaja akan berubah dari fisik anak-anak menjadi fisik orang dewasa, atau bentuk fisik yang akan ia miliki pada periode-periode pertumbuhan berikutnya.
Bertambahnya berat badan bukan hanya karena lemak, melainkan juga akibat bertambahnya jaringan otot dan tulang. Selain itu, juga terjadi perubahan dalam bentuk, porsi, dan postur tubuh bagian dalam. Otot-otot ketika itu memiliki berat 45% dari total berat badan. Pertambahan otot-otot dalam porsi paling besar terjadi pada usia 12-15 tahun.
Dengan terjadinya perubahan tinggi dan berat badan, berubah pula porsi tubuh, di mana kepala dan hidung tumbuh terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh kedua lengan dan betis. Perbedaan porsi tubuh ini akan menimbulkan perasaan malu dan risih pada diri remaja, karena penampilannya. Manusia baru akan mencapai ukuran normal fisiknya pada periode-periode setelah itu.
Perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan akan semakin tampak jelas daripada periode sebelumnya. Lemak-lemak yang berkumpul pada tempat-tempat tertentu pada tubuh anak perempuan lebih banyak terlihat daripada yang terjadi pada tubuh anak laki-laki. Anak laki-laki akan semakin tumbuh besar dengan bertambah besarnya tulang dan bertambah banyaknya jaringan ototnya. Bahu dan dada akan semakin lebar. Hal ini menyebabkan pertambahan tekanan darah, menurunnya persentase aktivitas jantung ketika istirahat, dan bertambahnya kemampuan menahan rasa lelah.
Dengan pertumbuhan ciri seksual sekunder, semakin bertambah pula perbedaan bentuk fisik antara laki-laki dengan perempuan. Pada fase ini pula kelenjar lemak semakin aktif, sehingga menyebabkan bintil yang dikenal dengan istilah "jerawat". Perubahan juga terjadi pada suara, bersamaan dengan tumbuhnya bulu kemaluan, kumis, dan jenggot.
Pada anak perempuan pinggul akan semakin lebar, buah dada mulai tumbuh, dan suara semakin halus. Adapun karakteristik umum kedua jenis kelamin tampak pada tumbuhnya bulu kemaluan dan bulu ketiak, serta aktivitas kelenjar lemak yang mengakibatkan tumbuhnya jerawat.
Perubahan Fisiologis dan Perilaku Usia Puber:
Terjadi banyak penyakit yang tidak sesuai, seperti kelelahan, kemalasan, dan cepat lesu. Pada masa ini, seringkali orang tua berbuat keliru ketika membebankan anaknya, baik laki-laki maupun perempuan, dengan tugas dan tanggung jawab menggunung yang tidak mampu ia laksanakan. Di sini, kita harus mencatat bahwa anak yang memasuki usia balig ini memiliki kemampuan yang lebih minim untuk sukses menjalankan tugas dan tanggung jawab. Hal ini terkadang mengakibatkan tekanan mental, bertambahnya ketegangan saraf, dan meningkatnya emosional.
Selain itu, pada fase ini, biasanya juga terjadi gangguan pencernaan akibat perubahan-perubahan kelenjar dan perubahan organ-organ tubuh bagian dalam.
Sering terjadi pula pada periode ini penyakit anemia (kurang darah) akibat kebiasan makan yang tidak teratur. Anak usia puber juga biasa mengalami sakit kepala, nyeri punggung, dan badan kurus. Gejala-gejala ini lebih sering terjadi pada anak perempuan, terutama pada masa-masa haid. Periode ini akan berjalan dengan baik jika kesehatan remaja yang bersangkutan juga baik secara umum.
Kita juga harus mencatat bahwa perubahan perilaku menuju usia balig dipandang sebagai akibat dari perubahan sosial paling utama. Walaupun kita tidak memungkiri adanya pengaruh perubahan kelenjar dan fisiologis pada keseimbangan fisik. Artinya, bahwa kondisi anak usia puber bergantung pada volume pengertian orang-orang di sekelilingnya tentang kondisi dirinya, serta tidak memberinya beban di luar batas kemampuannya. Adapun seberapa besar pengaruh perubahan-perubahan ini terhadap anak usia puber, sebenarnya bergantung kepada tingkat kematangannya, informasi yang ia dapat, serta kesiapan mental yang ia miliki. Telah terbukti memang bahwa ketika informasi-informasi yang diberikan tidak benar, akan terjadi kecenderungan-kecenderungan yang salah pada pertumbuhan remaja. Kami akan menyebutkan beberapa sisi negatif itu, di antaranya:
- Kecenderungan untuk menyendiri dan menjauhi orang lain;
- Tidak ingin bekerja atau melakukan usaha apa pun, atau melakukan aktivitas apa pun;
- Tidak adanya kesinergian akibat perbedaan porsi pertumbuhan fisik;
- Cepat bosan beraktivitas dan selalu menginginkan perubahan. Hal ini tampak pada kecenderungannya menolak untuk ikut serta dalam berbagai aktivitas. Terkadang ia terjangkit sikap tidak peduli, serta merasa terbuang dan tertolak jika orang lain tidak menerima apa yang telah ia lakukan;
- Ketidakstabilan emosional dan anggota tubuh, di mana kecenderungan pikirannya selalu berubah seperti perubahan fisiknya, dibarengi perasaan stres dan cemas;
- Penolakan dan keras kepala. Pada fase ini kadang muncul sikap penolakan dan permusuhan terhadap keluarga, teman, dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, ia lebih banyak bersedih dan gundah, berseberangan dengan orang lain, dan tidak mau bekerja sama dengan mereka. Ia juga sering cemburu kepada saudaranya sendiri, sehingga terlibat konflik dengan mereka. Ia juga banyak berdebat dan membantah, hanya untuk sekedar menyanggah, memberi kesulitan, dan membuat masalah semata. Akan tetapi, kondisi akan segera berubah dengan bertambahnya umur pada periode berikutnya;
- Melawan dominasi dan munculnya kecenderungan untuk mandiri. Pada masa ini, terjadi pergolakan yang paling hebat antara anak dengan orang tuanya, terutama ibu. Penyebabnya adalah karena ibulah yang lebih banyak berinteraksi dengannya di dalam rumah. Dan setiap kali anak remaja merasa tidak menang dalam pergolakan ini, perlawanan dan sikap keras kepalanya semakin bertambah. Terkadang ia bahkan menarik diri dan menampilkan perilaku-perilaku buruk;
- Menolak lawan jenis. Puncak penolakan ini terjadi pada usia remaja. Terkadang bahkan terjadi permusuhan terbuka antar lawan jenis. Dan biasanya penolakan remaja perempuan terhadap laki-laki lebih tajam daripada penolakan remaja laki-laki terhadap perempuan. Hal ini terekspresikan melalui kritikan dan komentar-komentar yang mengejek;
- Emosional yang tinggi akibat gejolak yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan fisik, di mana seorang remaja sangat sensitif, ditambah dengan bertambahnya bayang-bayang kecemasan. Hal ini menyebabkan bertambahnya pula kekhawatiran dan keraguan akan kemampuan dirinya secara pribadi dan kemasyarakatan, sehingga muncullah perasaan-perasaan depresi. Terkadang muncul juga perasaan bahwa ia tidak lagi disukai atau disenangi oleh orang lain;
- Kurangnya rasa percaya diri, karena ia meragukan kemampuan dan kompetensinya sendiri. Tampaknya hal inilah yang menyebabkan banyaknya perilaku penolakan dan sikap keras kepala pada remaja. Konsepnya tentang diri juga belum stabil, sehingga menyebabkannya terjerumus ke dalam kesalahan. Itu semua disebabkan oleh keinginannya untuk menegaskan eksistensi dirinya.
Kurangnya rasa percaya diri ini terkadang juga disebabkan oleh kurangnya ketahanan fisik, kelelahan yang muncul secara cepat, berbagai tekanan sosial, tugas-tugas yang tidak mampu ia laksanakan, kritik orang dewasa atas cara dan metodenya dalam menyelesaikan pekerjaan, serta perhatian terhadap masalah-masalah seksual akibat pertumbuhan organ-organ dan kelenjar seksnya. Hal yang terakhir ini sering memenuhi pikirannya, sehingga ia berusaha untuk mendapatkan informasi-informasi seputar seks dengan bermacam cara. Terkadang ia mencari informasi dari sumber-sumber yang tidak akurat. Hal ini kadang kala menyebabkan munculnya beberapa problem seksual, terutama praktek masturbasi. Dengan sempurnanya kematangan diri, problem-problem itu akan semakin minim, dan ketajamannya pun akan semakin berkurang apabila tersedia iklim pendidikan yang baik.
Menghabiskan Waktu untuk Melamun: Melamun adalah sarana yang paling banyak digunakan oleh remaja untuk menghabiskan waktunya. Di sana, anak remaja menjadikan dirinya sendiri sebagai pahlawania. Melamun merupakan sumber penting untuk mengekspresikan emosi dan memuaskan berbagai dorongan pikiran anak remaja. Dan semakin bertambah larut remaja dalam lamunan ini, akan semakin jauh ia dari realita, dan akan semakin berkurang kemampuannya beradaptasi dengan masyarakat.
Rasa Malu yang Sangat Kuat: Rasa malu mengalami peningkatan pada fase ini. Seorang remaja akan merasa sangat malu jika dilihat oleh seseorang ketika ia sedang mengganti pakaiannya misalnya, atau ketika mandi. Perasaan ini muncul akibat perubahan-perubahan fisik yang ia alami. Akan tetapi, perasaan ini merupakan dasar tumbuhnya akhlak di kemudian hari, karena rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.
Perkembangan Akal dan Pengetahuan Epistemik: Perubahan kuantitatif dan kualitatif terus berlangsung, di mana remaja pada usia puber lebih mampu menyelesaikan tugas-tugas yang bersifat logis (nalar) dengan mudah, cepat, dan baik. Selain itu, terjadi pula perubahan dalam tabiat proses kognitif imaginasi. Ini adalah tahap keempat dari periode pertumbuhan akal dan pengetahuan epistemik pada manusia.
Pertumbuhan ini memungkinkan remaja untuk lebih banyak berpikir secara fleksibel di dalam lingkungan dan alamnya. Ia sudah bisa menerima konsep-konsep abstrak. Dan proses pengetahuan epistemik ini pun kemudian lebih banyak berkaitan dengan pola perilaku. Remaja sudah bisa menggunakan premis-premis pengambilan kesimpulan. Dengan demikian, mereka berarti sudah semakin dekat dengan pemikiran dan penelitian ilmiah. Fenomena ini juga disertai dengan pertumbuhan pengetahuan tentang waktu, serta kemampuan untuk mengetahui masa depan dan menentukan target.
Kemampuan untuk berpikir abstrak membuat seorang remaja mampu mempertanyakan sebab pengambilan berbagai keputusan atau kasus-kasus tertentu. Padahal pada fase sebelumnya, ia biasa menerima itu begitu saja tanpa mengkritisi.
Perubahan akal dan pengetahuan epistemik ini memainkan peran penting dalam membantu seorang remaja untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan pendidikan dan profesi yang sulit.
Dampak pertumbuhan pengetahuan epistemik dan akal remaja ini tampak pada perubahan pola interaksinya dengan orang lain, juga pada karakteristik kepribadiannya, serta perencanaan masa depan pendidikan dan pekerjaannya. Ditambah lagi dengan bertambahnya perhatian terhadap masalah-masalah politik, sosial, ekonomi, dan agama. Remaja juga akan disibukkan dengan pemikiran tentang dirinya, sehingga semakin bertambah pada dirinya kemampuan introspeksi, refleksi, dan analisis diri. Pemikiran tentang diri ini ditandai dengan kemampuan remaja untuk menyaring pemikiran, perasaan, karakter pribadi, dan penampilannya, serta kemudian meluruskan dan mengoreksinya. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan bertambahnya perhatian terhadap diri sendiri pada remaja, sehingga menjadikannya lebih sibuk oleh dirinya sendiri daripada tertarik kepada orang lain atau menarik orang lain.
Pada masa ini, remaja akan memperhatikan masalah-masalah nalar abstrak, misalnya ide-ide filosofis seperti kebebasan dan sebagainya. Pertumbuhan akal ini akan terus berjalan secara bertahap menuju kematangan.
Pertumbuhan Emosional: Para pakar sepakat bahwa masa remaja merupakan sebuah fase krisis. Sebagian orang menyebutnya dengan masa tekanan dan badai. Para ahli juga sepakat bahwa krisis masa remaja berbeda-beda antara satu negeri dengan negeri yang lain. Jadi, krisis ini bukanlah disebabkan oleh faktor internal, melainkan merupakan akibat dari tipe respon lingkungan terhadap remaja itu sendiri. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa tidak mesti semua remaja mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri dan terjebak dalam gangguan psikologis.
Sebagian peneliti membagi bentuk-bentuk masa remaja kepada: remaja yang pandai menyesuaikan diri, remaja egois dan tertutup, remaja agresif dan pemberontak, dan remaja yang berubah-ubah.
Pola emosional pada remaja berbeda dengan pada masa kanak-kanak, dalam hal jenis rangsangan dan cara mengekspresikannya. Anak remaja akan marah ketika dikritik atau diejek oleh teman, orang tua, atau gurunya. Ia juga akan marah ketika tidak mendapatkan keistimewaan tertentu yang ia anggap sebagai haknya, atau ketika ia diperlakukan seperti anak kecil, atau ketika sebuah urusan tidak benar dalam pandangannya, atau ketika ia tidak mampu mengerjakan sesuatu yang ia inginkan, atau ketika orang lain mencampuri urusannya atau mengganggu pikirannya.
Seorang remaja akan merasa frustasi apabila ia dihalangi dari mendapatkan kebutuhannya untuk merdeka. Terkadang ia bahkan menggunakan kekerasan, perlawanan terang-terangan, dan teriakan atau tangisan pada remaja putri. Akan tetapi secara bertahap, ia akan mampu mengontrol itu dan menggantikannya dengan ekspresi ucapan. Ekspresi sikap agresifitas atau kekerasan sikap para remaja pun berbeda-beda sesuai dengan perbedaan tingkat ekonomi dan sosial mereka.
Ketakutan-ketakutan yang ada sebelum fase ini akan hilang, lalu digantikan oleh berbagai ketakutan baru yang terkait dengan masalah-masalah sosial. Rasa malu dan salah tingkah seorang remaja akan bertambah disebabkan oleh bentuk fisiknya, penampilannya, atau pakaiannya.
Selain itu, ujian di sekolah juga merupakan sumber utama kegelisahan remaja, terutama disebabkan oleh sikap berlebihan dalam menghargai ijazah. Keresahan juga terjadi akibat hubungan dengan lawan jenis, kesulitan membangun persahabatan, dan minimnya sarana yang sesuai. Sebagaimana perasaan itu dapat pula muncul disebabkan pilihan studi dan profesi, tema-tema keagamaan dan kesehatan, dan beberapa problem pribadi, seperti ketikakmampuan mengendalikan emosi. Kumpulan rasa tidak nyaman ini terkadang mendorong remaja untuk mengambil suatu jalan yang tidak sesuai, yang mungkin dapat membantunya—walau hanya sementara—untuk terlepas dari ketegangan yang ia alami itu. Di antara jalan yang banyak diambil oleh kalangan remaja dalam hal ini adalah: idealisme yang berlebihan, hiperaktif, tenggelam dalam lamunan, meniru, menyendiri, dan menutup diri.
Pertumbuhan Sosial: Di antara tuntutan yang sangat penting untuk pertumbuhan manusia pada fase ini adalah terealisasinya keharmonisan secara sosial dan psikologis. Anak remaja akan semakin jauh dengan orang tuanya, serta menghabiskan sebagian besar waktunya bersama teman-temannya. Hal ini menyebabkan lingkungan komunitas memiliki pengaruh besar terhadap perilaku dan kecenderungannya. Agar mendapatkan kedudukan di tengah komunitas tertentu serta menjadi anggota yang diterima di sana, remaja akan semakin terpengaruh oleh komunitas itu. Hal ini membuatnya komitmen menjalankan aturan dan disiplin di sana. Bahkan terkadang remaja rela mengenyampingkan prestasi akademisnya demi tetap diterima pada sebuah komunitas, apabila prestasi akademisnya bertentangan dengan target-target komunitasnya, atau bertentangan dengan penerimaan komunitas itu terhadap dirinya.
Di antara problem paling berbahaya pada anak remaja adalah kecenderungannya mengedepankan standar-standar komunitasnya yang berseberangan dengan standar-standar orang dewasa dan orang tuanya sendiri. Dari sinilah terkadang terjadi konflik antara orang tua dan anak remaja, ketika ayah bersikukuh pada suatu pendapat dan sang anak juga bersikeras menentang pendapat itu sampai pemikiran ayah sejalan dengan standar-standar komunitasnya. Di sini kita menemukan adanya konflik yang dihadapi oleh anak remaja yang hidup di antara harapan orang tuanya dan harapan komunitasnya. Ia ingin dicintai oleh orang tuanya, juga diterima oleh teman-temannya. Dan biasanya, ia lebih memilih standar-standar komunitasnya, disebabkan kebutuhannya terhadap perkembangan sosialnya di luar.
Perubahan paling penting pada diri remaja pada masa ini adalah hilangnya kelumpuhan fase kanak-kanak,bersamaan dengan munculnya perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sosial, di dalam komunitas laki-laki dengan jumlah lebih besar dan seleksi lebih minim, sementara di komunitas perempuan dengan jumlah lebih sedikit dengan seleksi lebih banyak.
Pada masa remaja ini juga muncul kelompok-kelompok yang disebut dengan geng, sebagaimana terbentuk juga kelompok-kelompok sahabat karib. Anak remaja, baik laki-laki maupun perempuan, akan memilih seseorang untuk ia jadikan sebagai tempat menyimpan rahasianya. Teman dekat ini akan memenuhi banyak kebutuhan sosialnya, dan ia menghabiskan sebagian besar waktu bersamanya. Biasanya teman dekat ini adalah sesama jenis dan memiliki kecenderungan dan kemampuan yang sama. Hubungan antara keduanya sangat kuat. Walaupun kadang terjadi pertikaian antara mereka berdua, namun hubungan persahabatan jauh lebih kuat dari itu. Artinya, kelompok persahabatan hanya terdiri dari dua orang teman. Terkadang juga terbentuk kelompok-kelompok atas dasar kesamaan minat, terdiri dari beberapa orang teman dekat, dengan kegiatan terfokus kepada belajar bersama, pergi ke lapangan atau bioskop bersama, atau menonton pertandingan olahraga atau film secara bersama, dan lain-lain. Remaja akan mengikuti standar-standar dan aturan main dalam kelompok pemilik minat yang sama ini.
Kemudian terbentuk pula kelompok gabungan yang lebih besar dari kelompok kecil itu. Kelompok gabungan ini terkadang terdiri dari beberapa kelompok kecil. Isinya tidak harus terdiri dari hanya satu jenis, tetapi bisa juga dari lawan jenis, dan mereka memiliki aktivitas-aktivitas sosial.
Kelompok organisasi adalah kelompok yang dibentuk oleh sekolah, klub olahraga, atau yayasan sosial tempat anak-anak remaja bergabung mengikuti kegiatan-kegiatan sosial. Kelompok-kelompok ini, jika diorganisir dan diatur dengan baik, sangat mungkin memenuhi banyak kebutuhan sosial pada anak remaja.
Sebagian anak remaja yang memiliki hubungan sosial yang buruk dan tidak memiliki aktivitas selain berkeliaran di sudut-sudut jalan juga membentuk geng-geng, lalu melakukan tindakan-tindakan tidak bermoral di tengah masyarakat. Bahkan terkadang melakukan tidakan-tindakan kekerasan.
Anak remaja akan berusaha mengikuti dan meneladani karakter salah satu orang dewasa. Hal ini tampak jelas dalam perilaku merokok yang pada dasarnya merupakan bentuk peniruan gaya orang-orang dewasa. Hal yang sama juga tampak pada keinginan untuk menyetir mobil.
Termasuk perilaku sosial yang penting juga pada fase remaja adalah hubungan antara lawan jenis, di mana seorang remaja akan berubah dari sikap menjauhi lawan jenis pada periode sebelumnya kepada sikap menyukainya, serta berupaya untuk mencuri-curi pandang dan pendengaran. Hal ini tentu berkaitan dengan pertumbuhan fisiologi yang terjadi pada anak remaja.
Kemudian muncul beberapa kecenderungan baru pada remaja, sebagai akibat dari perubahan fisik dan sosialnya. Jenis kelamin, kecerdasan, dan lingkunganlah yang menentukan kecenderungan-kecenderungannya itu. Kecendrungan ini terbagi kepada tiga: Kecenderungan sosial, kecenderungan pribadi, dan kecenderungan terhadap hiburan.
Kecenderungan sosial berkaitan dengan kegiatan-kegiatan sosial tempat remaja berkecimpung, berupa pelayanan terhadap lingkungan dan kecenderungan politik secara internal dan eksternal. Adapun kecenderungan pribadi tampak pada berbagai perilaku pribadi remaja, tercermin dalam model pakaian dan gaya rambut yang ditampilkannya. Perilaku ini pada satu sisi bertujuan untuk meraih semacam penerimaan sosial dengan cara mematuhi standar-standar kelompok, dan pada sisi lain bertujuan untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi. Hal ini menyebabkan munculnya mode-mode di kalangan remaja.
Bersamaan dengan perhatiannya terhadap lawan jenis, remaja putra akan memperhatikan pakaian dan penampilannya di hadapan remaja putri. Dalam dirinya terlihat keinginan untuk merdeka, dan itu dapat dilihat dari perlawanannya terhadap dominasi orang dewasa, orang tua, atau guru. Hal ini menimbulkan banyak konflik dan problem dengan pihak-pihak tersebut. Dalam diri remaja juga muncul kecenderungan untuk memberontak. Selain juga ia berpikir bagaimana mendapatkan pekerjaan untuk menutupi kebutuhannya. Namun kecenderungan-kecenderungan ini tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.
Anak remaja membuntuhkan bantuan untuk mengenal kecenderungan, bakat, kemampuan, dan kesiapan dirinya melalui layanan nasihat, bimbingan belajar, bimbingan pembinaan diri, dan bimbingan profesi. Semua layanan ini harus tersedia di sekolah-sekolah.
Anak remaja biasanya mengeluhkan aturan dan tugas sekolah. Ia tidak puas dengan guru dan materi di sekolahnya. Kecenderungan anak remaja dipengaruhi oleh kesuksesannya pada materi pelajaran tertentu dan kesenangannya terhadap gurunya. Anak remaja akan menampakkan ketidaksukaannya terhadap materi-materi yang terkenal sulit, yang terkadang membawa mereka kapada kegagalan.
Adapun kecenderungan terhadap hiburan masih terbatas karena tekanan tugas sekolah. Anak remaja lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan olahraga yang membutuhkan energi besar. Dan renang adalah olahraga yang paling digandrungi. Sementara remaja putri lebih senang menonton olahraga.
Kecenderungan membaca pada fase ini tergolong kurang dibandingkan fase sebelumnya. Para remaja putra lebih suka membaca tentang penemuan dan ilmu pengetahuan, sementara remaja putri lebih menyenangi kisah-kisah roman. Kedua jenis biasanya lebih mengutamakan membaca majalah daripada membaca buku. Mereka juga menyukai cerita-cerita lucu, menonton film romantis bagi remaja putri, serta film petualangan dan komedi bagi remaja putra.
Menonton di bioskop merupakan kegiatan penting dalam kehidupan remaja. Mereka juga suka mendengarkan kaset, serta menonton televisi dan video. Betapa indahnya jika film dan kaset yang mereka tonton dapat mengembangkan potensi positif mereka, bukan malah mengakibatkan kemerosotan moral. Sebagian remaja ada juga yang suka mendengarkan musik ketika belajar.
Acara-acara televisi sering menjadi objek kritikan remaja, karena tidak memenuhi standar kebutuhan mereka. Anak remaja menghabiskan banyak waktunya untuk melamun, dan itu berperan membentuk konsep yang tidak realistis tentang diri, walaupun kebiasaan itu juga berguna dalam usaha menyelesaikan konflik psikologis.
Pertumbuhan Moral: Anak remaja juga belajar apa yang diharapkan oleh suatu kelompok (komunitas), lalu membentuk perilakunya dalam bingkai harapan itu. Artinya, anak remaja mengambil prinsip-prinsip etika sebagai ganti dari konsep-konsep sebelumnya, sebagaimana ia mengadopsi aturan-aturan internal menggantikan posisi aturan-aturan eksternal. Sehingga ia pun kemudian menjadi sumber kendali, bukan guru atau orang tua.
Para pendidik atau orang tua kadang terjatuh ke dalam beberapa kesalahan ketika tidak memberikan perhatian kepada usaha melatih remaja untuk menyadari hubungan antara prinsip-prinsip khusus yang telah ia pelajari sebelumnya dengan prinsip-prinsip umum yang sangat penting dalam mengendalikan perilaku pada fase remaja dan fase berikutnya.
Anak remaja tidak akan siap menerima konsep-konsep moral tanpa merasa puas terhadap konsep itu. Dan itu akan menyebabkan kegelisahan dan ketidakstabilan pada diri remaja.
Dalam kehidupan remaja terlihat adanya standar ganda, karena ada hal yang dibolehkan bagi laki-laki tapi tidak diperbolehkan bagi anak perempuan. Ada perilaku bohong yang dapat diterima dan ada pula yang tidak dapat diterima. Terjadi pula kecurangan-kecurangan dalam ujian sekolah, atau perilaku menggoda lawan jenis. Semua ini adalah tindakan-tindakan yang dipandang biasa oleh masyarakat. Padahal jika hal seperti ini merajalela, berarti itu adalah tanda bagi runtuhnya nilai-nilai. Anak remaja merupakan cerminan dari masyarakatnya. Karena itu, merupakan kewajiban bagi para pendidik dan orang tua untuk memperhatikan hal ini.
Pada fase ini juga muncul kekuatan nurani dan perasaan berdosa sebagai bentuk respon emosional ketika remaja menyadari bahwa tindakannya tidak sesuai dengan standar nilai. Sebagaimana pada fase ini juga muncul perasaan malu karena aib.
Masa remaja merupakan masa pencarian kesempurnaan. Oleh karena itu, anak remaja biasa mencanangkan standar etika yang tinggi dan sulit untuk dicapai, sehingga kemudian ia merasa bersalah jika tidak mampu mencapainya.
Masa remaja juga merupakan masa kesadaran beragama. Perhatian anak remaja terhadap urusan agama semakin bertambah. Sebagaimana ia juga dituntut untuk melaksanakan ibadah dengan baik dan serius. Selain itu, beberapa peristiwa yang dialami oleh remaja, seperti kehilangan orang yang dicintai, juga akan menjadikannya lebih dekat dengan nilai-nilai keagamaan.
Terkadang muncul pula keraguan beragama pada anak remaja, dan hal ini terjadi lebih besar pada remaja putra daripada remaja putri. Tetapi hal ini jarang terjadi pada anak-anak dari keluarga yang perhatian terhadap Agama. Keraguan dipandang sebagai pertumbuhan pengetahuan epistemik secara umum. Dan apabila anak remaja mendapatkan pendidikan agama yang bagus, niscaya ia akan mencapai keyakinan yang baik dan benar.
Pertumbuhan Pribadi: Anak-anak remaja akan merasakan sifat-sifat positif mereka dengan membandingkannya dengan teman-teman mereka. Hal ini akan membantu mereka memperbaiki kepribadian mereka, dengan harapan lebih diterima secara sosial.
Anak remaja yang mampu mengasihi dirinya sendiri akan lebih unggul dibandingkan remaja dengan karakter negatif, tidak menghargai dirinya sendiri.
Beberapa perubahan dalam karakter remaja disebabkan oleh pengaruh tekanan sosial yang mereka hadapi, terutama dalam karakter-karakter yang berkaitan dengan gendernya. Berani menghadapi resiko dan tantangan merupakan karakter anak laki-laki. Sementara kelembutan dan kehati-hatian merupakan karakter anak perempuan. Pengetahuan para pendidik dan orang tua akan prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh para remaja untuk saling menghormati akan sangat membantu mereka dalam memahami karakter seorang remaja.
Tingkat ambisi juga memainkan peran penting dalam konsep diri bagi para remaja. Biasanya target-terget remaja jauh lebih besar daripada kemampuannya, sehingga membuatnya gagal mencapai tujuan itu, lalu membawanya ke alam kecemasan dan melakukan tindakan-tindakan tanpa perhitungan. Anak remaja pada umumnya sangat membutuhkan kesadaran terhadap dirinya dan tujuannya, sebagaimana juga ia membutuhkan pemahaman yang lebih besar terhadap dunia tempat ia hidup.
Periode Kedua (15-21 tahun)
Ia adalah periode pertengahan antara masa remaja dengan masa dewasa. Periode ini dimulai bersamaan dengan berlangsungnya pendidikan menengah atas (SMA) antara umur 15-16 tahun. Dengan mencapai usia (21 tahun) anak remaja telah menjadi dewasa secara hukum. Walaupun sebagian peneliti berpendapat bahwa periode ini berakhir pada usia 25 tahun, karena pada usia itulah terjadi perubahan yang signifikan dalam kehidupan individu seseorang; di mana ia telah lulus kuliah dan berusaha mencari pekerjaan, kemudian menikah dan membangun keluarga. Periode ini disebut oleh sebagian orang dengan istilah (remaja bagian akhir).
Bentuk-bentuk perubahan pada periode ini:
Pertumbuhan Fisik: Pertumbuhan fisik melambat, sehingga membantu menciptakan integrasi antar berbagai fungsi otot tubuh. Panjang dan berat badan tetap stabil dengan peningkatan sangat kecil. Penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan fisik akan terus berjalan hingga usia 15 tahun pada perempuan, dan hingga usia 17 tahun pada laki-laki. Artinya, pertumbuhan fisik pada fase ini telah sampai pada tahap stabil dan tetap. Hal ini juga terjadi pada aspek perilaku.
Perbedaan berat badan antara remaja putra dengan remaja putri lebih besar daripada perbedaan tinggi badan mereka, karena berat badan dipengaruhi oleh kondisi gizi, di samping juga kondisi lingkungan, sosial, dan budaya.
Pada fase ini menghilanglah ketidakserasian antar anggota badan secara bertahap, hingga sampai ke porsi yang benar dan mencapai postur tubuh yang baik bagi laki-laki dan perempuan yang matang.
bersamaan dengan berakhirnya periode ini, sempurna pulalah ciri seksual sekunder dan tugas-tugas utamanya. Jerawat dan berbagai penyakit kulit lainnya hilang, kemudian tumbuh gigi geraham bungsu.
Rata-rata pertumbuhan tercepat pada periode ini terjadi pada jantung, di mana jantung mencapai ukurannya yang sempurna pada usia 18 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi perempuan. Lebar paru-paru pada perempuan mencapai puncak kematangannya juga pada umur 17 tahun, sementara pada laki-laki agak terlambat.
Tentang kesehatan tubuh, periode ini adalah periode kesehatan yang baik dan ketahanan terhadap penyakit. Angka kematian pada fase ini menurun secara signifikan. Kematian lebih sering akibat kecelakaan daripada karena penyakit. Sebagian remaja terkadang menderita sakit kepala, gangguan pencernaan, atau kadang-kadang membayangkan sakit karena ingin lari dari tanggung jawab.
Sinergi motorik telah sempurna, kemampuan mengontrol anggota-anggota tubuh semakin meningkat, dan keterampilan gerak yang lebih kompleks semakin bertambah.
Pertumbuhan Akal: Setelah melewati usia pubertas, individu manusia menjadi semakin terbiasa dan mampu menggunakan proses imajinasi, terutama pada bidang-bidang yang berkaitan dengan spesialisasi studi dan profesi. Kemampuan untuk menghasilkan (mencerna) semakin meningkat, kemampuan interaksi mental dengan orang lain semakin bertambah, kemampuan mengambil keputusan dan kemandirian dalam berpikir juga meningkat. Pertumbuhan nalar abstrak, nalar logis, dan nalar kreatif juga terus berkembang. Seorang remaja pun mampu memecahkan masalah yang rumit.
Pertumbuhan Emosional dan Sentimental: Emosional yang tajam pada periode sebelumnya secara bertahap semakin ringan dengan ketersediaan pola-pola harmonisasi yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan baru. Pada fase ini, pemuda akan menghadapi ketegangan emosional disebabkan oleh problem-problem baru. Hal ini disebabkan oleh pemberontakan terhadap dominasi orang-orang dewasa.
Kemampuan untuk mengontrol emosi pada fase ini semakin meningkat, dan emosi marah adalah yang paling sering terjadi. Adapun perasaan cinta akan mengarah kepada satu sosok lawan jenisnya dengan memberikan sifat-sifat ideal kepadanya. Hal ini tidak berarti ia meninggalkan perasaan cintanya kepada komunitas temannya sesama jenis.
Seorang pemuda pada periode ini mempu menghadapi masalah secara objektif. Ia mampu mengambil keputusan dan berusaha untuk mencapainya selama tidak ada bukti bahwa keputusan yang ia ambil itu salah. Dan mayoritas masalah yang muncul pada fase ini terkait dengan daya tarik pribadi, keharmonisan sosial dan keluarga, kesuksesan akademis, dan hubungan dengan lawan jenis.
Kecenderungan para pemuda ditentukan oleh dua faktor: lingkungan dan gender (jenis kelamin). Di sini muncul urgensi gender karena periode inilah yang akan menentukan bentuk akhir dari perilaku yang sesuai untuk laki-laki atau perempuan. Terdapat beberapa kecenderungan umum pada kedua jenis (laki-laki dan perempuan) pada fase ini, dan yang terpenting adalah berkaitan dengan kecenderungan pribadi, penampilan, kemandirian, dan masa depan.
Pertumbuhan Sosial: Lingkaran teman dekat semakin menyempit, dan lingkaran kelompok semakin melebar. Perhatian pemuda akan banyak mengarah kepada usaha menguak dunia seksual. Keinginannya untuk diakui sebagai individu semakin besar. Dan ia akan berusaha untuk tidak mencair dalam karakter kelompok.
Kejelian sosial mulai tumbuh di dalam diri para pemuda, sehingga mereka menjadi lebih mampu menilai orang lain. Oleh karena itu, mereka dapat mencapai keharmonisan sosial yang lebih baik. Dengan semakin bertambahnya partisipasi sosial, akan semakin meningkat pula kemampuan bermasyarakat, dan ini akan meningkatkan kepercayaan diri pemuda.
Pertumbuhan Moral: Dengan semakin tingginya pertumbuhan dan bertambahnya pengalaman seorang remaja, akan terbentuk di dalam dirinya konsep-konsep tertentu tentang salah dan benar, baik dan buruk, hak dan batil, kemuliaan dan kenistaan. Dengan demikian, ia semakin mampu berinteraksi dengan kondisi-kondisi baru.
Salah satu hal yang menghambat pertumbuhan moral pada fase ini adalah bertambahnya sikap toleransi terhadap perilaku-perilaku amoral, seperti kecurangan, penyelewengan, dan pengrusakan tanpa diberikan hukuman.
Media informasi bertanggung jawab atas runtuhnya akhlak para pemuda disebabkan oleh kisah-kisah merusak yang dipublikasikannya. Oleh karena itu, kebutuhan para pemuda terhadap sentuhan agama pada fase ini sangatlah penting. Karena agama adalah sumber nilai yang paling agung. Agamalah yang akan melindungi pemuda dari keterjerumusan ke dalam kesalahan.
Pertumbuhan Pribadi: Hal yang paling penting dalam kaitannya dengan masalah ini adalah problem identifikasi kepribadian. Dan ini bukanlah sekedar pekerjaan pribadi-individual. Ia merupakan tugas yang rumit, karena berbedanya pola pembentukan pribadi antara para pemuda dengan kelompok mereka, disebabkan oleh berbagai pengaruh sosial dan tekanan-tekanan wawasan umum dan parsial. Ketika suatu masyarakat masih sederhana, akan mudah membentuk kepribadian. Tapi pada sebuah masyarakat yang kompleks dan rumit, tugas membangun kepribadian menjadi lebih sulit.
Individu berusaha mencari perannya secara pribadi, sosial, dan profesi yang diharapkan dan disetujui oleh masyarakat, atau peran-peran yang sangat spesial dan tidak biasa. Sebagian peran itu ada yang positif, seperti peran seniman. Tapi sebagian lagi ada yang merusak, seperti kecanduan.
Adapun identitas gender sangat mudah didapat, karena ia tunduk kepada konfigurasi biologis. Adapun identitas profesi senantiasa berkaitan dengan pekerjaan yang dihormati oleh masyarakat, dengan catatan bahwa profesionalitas dalam pekerjaan akan mengangkat frekuensi penghormatan terhadap diri seseorang. Sebaliknya, jika profesi yang ditekuni hanyalah pekerjaan gadungan atau pengangguran tersembunyi, maka akan berakibat kepada bertambahnya keraguan kepada diri, munculnya keambiguan identitas, serta kurangnya penghormatan terhadap diri.
Keberhasilan pemuda dalam membentuk kepribadian akan membantunya untuk melakoni perpindahan yang baik kepada fase dewasa. Adapun kegagalan membentuk identitas akan menggiring kepada pengasingan diri, yaitu penolakan terhadap masyarakat dan nilai-nilainya, disertai perasaan terkucil. Perasaan ini terkadang bisa saja berakhir pada kecanduan obat-obat terlarang, penyelewengan, bunuh diri, dan gangguan kejiwaan. Semua ini membuat kita wajib menyediakan pelayanan-pelayanan mental dan agama bagi anak-anak remaja.
[Sumber: Ensiklopedia Keluarga Muslim]