Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. POKOK BAHASAN
  4. Islam
  5. Shalat

Detik-detik Malam; Permata yang Hilang

Detik-detik Malam; Permata yang Hilang

Ada satu ibadah sunah yang agung. Dengannya, kita bisa menghapus sebesar apa pun dosa kita dan meraih sesulit apapun kebutuhan kita. Dengannya pula, doa-doa kita dikabulkan, penyakit dan penderitaan kita teratasi, dan derajat kita ditinggikan di Hari Pembalasan kelak. Ia adalah ibadah sunah yang tidak ditekuni kecuali oleh hamba-hamba yang shalih. Ibadah yang sudah menjadi aktivitas harian, syiar, kesenangan, dan kesibukan mereka. Itulah ia ibadah shalat malam (qiyâmul lail).

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—senantiasa menganjurkan para shahabat melaksanakan shalat malam. Beliau juga menjelaskan kepada mereka keutamaan dan balasannya di dunia dan di Akhirat, agar mereka termotivasi untuk meraih berkah dan kebaikannya.

Dalam hal ini, Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Hendaklah kalian melaksanakan shalat malam. Sesungguhnya shalat malam itu menghapus kesalahan dan dosa. Ia adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, juga pengusir penyakit dari badan." [HR. At-Tirmidzi dan Al-Hâkim]

Keutamaan Shalat Malam dan Beberapa Tips Agar Bisa Melaksanakannya

Keuntungan Shalat Malam

Di antara keuntungan yang didapatkan oleh seseorang dengan melaksanakan shalat malam (qiyâmul lail) adalah: doanya dikabulkan, dosanya diampuni, permintaannya dipenuhi, dan imannya bertambah. Ia juga menikmati rasa khusuk di hadapan Allah, mendapat ketenangan, meraih berbagai kebaikan, ditinggikan derajat, sekaligus dikaruniai wajah yang cerah, kelezatan iman, dan kemuliaan diri. Bahkan shalat malam juga membuat badan terbebas dari berbagai penyakit.

Apakah ada di antara kita yang tidak membutuhkan ampunan dan karunia Allah? Siapa di antara kita yang tidak didesak oleh kebutuhan? Siapakah di antara kita yang tidak membutuhkan berbagai keuntungan yang didapatkan oleh mereka yang melaksanakan shalat malam ini?!

Berikut ini beberapa arahan Nabi yang mendorong kita untuk meraih kebaikan-kebaikan shalat malam:

· Hadits yang diriwayatkan dari `Amru Ibnu `Abasah—Semoga Allah meridhainya, bahwa ia mendengar Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Waktu di mana Allah paling dekat dengan hamba-Nya adalah di setengah malam yang terakhir. Jika engkau bisa termasuk ke dalam golongan orang yang berzikir kepada-Nya pada saat itu, maka lakukanlah." [HR. At-Tirmidzi: shahîh]

· Hadits yang diriwayatkan dari Abû Umâmah Al-Bâhili—Semoga Allah meridhainya, bahwa seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Doa apakah yang paling didengar (dikabulkan oleh Allah)?" Beliau bersabda, "(Doa yang dilantunkan) di paruh malam terakhir dan doa setelah shalat wajib." [HR. At-Tirmidzi: hasan]

· Hadits yang diriwayatkan dari Abû Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa RasulullahShallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tuhan kita—Tabâraka wa ta`âlâ—turun ke langit dunia setiap malam, yakni ketika tersisa sepertiga malam terakhir, seraya berseru: 'Siapakah yang sedang berdoa kepada-Ku? Aku akan mengabulkannya. Siapakah yang sedang meminta kepada-Ku? Aku akan memenuhinya. Siapakah yang sedang memohon ampun kepada-Ku? Aku akan mengampuninya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

· Hadits yang diriwayatkan dari `Utsmân Ibnu Abil `Âsh—Semoga Allah meridhainya, bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Pintu-pintu langit dibuka di pertengahan malam. kemudian Sang Penyeru berseru, 'Apakah ada orang yang berdoa, sehingga doanya akan dikabulkan? Apakah ada orang yang sedang meminta, sehingga permintaannya dipenuhi? Apakah ada orang yang sedang (mengadukan) kesulitannya, sehingga kesulitannya itu dihilangkan? Tiada seorang mukmin pun yang berdoa (saat itu), melainkan Allah mengabulkan doanya, kecuali pezina yang mencari nafkah dengan kemaluannya dan penarik pajak (secara batil)." [HR. At-Tirmidzi: hasan]

Wahai Anda yang Kesusahan!

Ingatlah, Allah turun ke langit dunia dan mendekati kita setiap malam. Dia menawarkan kepada kita rahmat, pengabulan doa, kasih sayang, dan cinta-Nya. Dia seru kita dengan penuh kasih: "Adakah orang yang (mengadukan) kesulitan, sehingga Aku lepaskan ia dari kesulitaannya?" Lalu bagaimana kita menanggapi tawaran yang menggiurkan ini?

Wahai saudaraku yang sedang mengalami kesulitan, bangunlah pada sepertiga malam terakhir, lalu katakanlah: "Tuhan, aku penuhi panggilan dan seruan-Mu.ِ Aku adalah hamba-Mu yang sedang mengalami kesulitan; hanya pertolongan-Mu yang akan memberiku jalan keluar. Aku adalah hamba-Mu yang sedang bersedih; hanya pencerahan dari-Mulah yang akan menghapus dukaku. Aku adalah hamba-Mu yang fakir; hanya pemberian-Mu yang akan memenuhi kebutuhanku. Aku adalah hamba-Mu yang sakit; hanya obat dari-Mu yang akan menyembuhkanku."

Bangkitlah dan berwudhuklah dengan sempurna. Kemudian shalatlah beberapa rakaat dengan penuh khusuk. Tampakkanlah kerendahan diri Anda di hadapan Allah. Tampakkan niat baik dan harapan yang ada dalam hati Anda. Jangan kotori ia dengan sikap angkuh. Jangan pula biarkan niat buruk bersemayam di dalamnya. Kemudian memohon dan merataplah di hadapan-Nya, sambil mengadukan kesulitan Anda dan mengharap pertolongan dari-Nya. Yakinlah, bahwa Allah telah berjanji untuk mengabulkan doa Anda. Oleh karena itu, jangan tergesa-gesa dan teruslah mengadu kepada-Nya. Sesungguhnya Allah telah berjanji bahwa jika Anda berdoa niscaya Dia akan mengabulkan-Nya. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan (siapakah) yang menghilangkan kesusahan" [QS. An-Naml: 62]. Kemudian Allah mengatakan kepada Anda bahwa Dia lebih dekat kepada Anda di sepertiga malam terakhir. Dengan demikian, berarti dua janji yang telah Allah tawarkan kepada Anda. Dan Allah tidak akan pernah memungkiri janji-Nya.

Bangkitlah, wahai Anda yang sedang ditimpa kesulitan. Jangan sombong, sehingga tidak mau memohon kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhan menyeru Anda untuk beribadah kepada-Nya dengan doa. Ingatlah firman-Nya (yang berarti): "Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya." [QS. An-Nisâ': 32]

Bangkitlah dan jangan berputus asa, walau sebesar apapun kesusahan yang Anda hadapi. Sesungguhnya Tuhan Mahakuasa. Tidak ada yang luput dari kekuasaan-Nya. Jika menginginkan sesuatu, Dia hanya mengatakan "Jadilah!" maka yang Dia inginkan itu pun langsung terjadi. Ingat juga, bahwa di antara bentuk keindahan rahmat-Nya adalah bahwa Dia mengharamkan atas Anda berburuk sangka kepada-Nya. Sebagaimana Dia juga mengharamkan bagi Anda berputus asa dari rahmat-Nya. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir". [QS. Yûsuf: 87]

Bangun, dan berbaik sangkalah kepada Allah. Raihlah belas kasih-Nya dengan menyebut keindahan nama-Nya, kelapangan rahmat-Nya, kemuliaan ampunan-Nya, serta kelembutanan dan kasih sayang-Nya yang luar biasa. Dengan begitu, kebutuhan Anda akan terpenuhi, kesulitan Anda akan hilang, dan gelapnya duka yang Anda hadapi akan berubah menjadi terang. Janganlah Anda berputus asa. Mintalah pertolongan-Nya dari mihrab, tempat sujud Anda.

Wahai Pendosa!

Kesempatan memperoleh ampunan telah datang menemui Anda. Setiap malam, bahkan di setiap detik yang Anda lalui, kesempatan itu ditawarkan kepada Anda. Namun, peluang mendapatkannya di sepertiga malam terakhir lebih besar. Sebuah hadits diriwayatkan dari Abû Mûsâ Al-Asy`ari—Semoga Allah meridhainya, bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada siang hari. Dan Allah juga membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada malam hari, sampai matahari terbit di barat." [HR. Muslim]

Sebelumnya, kita juga sudah mengetahui hadits yang menyatakan bahwa Allah—`Azza wajalla—turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir, seraya menyeru, "Siapakah yang sedang berdoa kepada-Ku? Aku akan mengabulkannya. Siapakah yang sedang meminta kepada-Ku? Aku akan memenuhi permintaannya. Siapakah yang sedang memohon ampun kepada-Ku? Aku akan mengampuninya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Tangan Allah senantiasa terbuka untuk mereka yang meminta ampun, baik ketika malam maupun siang hari. Namun, meminta ampun kepada-Nya di malam hari lebih utama daripada di siang hari. Keistimewaan itu dikarenakan oleh keutamaan waktu malam dan berkah waktu sahur (menjelang fajar). Makanya, Allah memuji orang-orang yang meminta ampun pada malam hari, seperti dalam firman-Nya (yang artinya): ".dan yang memohon ampun di waktu sahur." [QS. Âli `Imrân: 17]

Hal ini wajar, karena meminta ampun pada waktu sahur merupakan pekerjaan yang sulit, sehingga Allah membalasnya dengan pahala yang besar. Sulitnya untuk bangkit dari kasur, beratnya meninggalkan kenikmatan tidur, serta tidak mudahnya melawan rasa kantuk adalah faktor-faktor yang membuat doa dan permohonan ampun pada saat itu berpeluang besar untuk dikabulkan. Apalagi jika dikaitkan dengan turunnya Allah ke langit dunia dan dekatnya Dia dengan orang-orang yang meminta ampun pada saat itu. Merupakan sesuatu yang tidak diragukan lagi, bahwa turunnya Allah ini membawa berkah yang berimplikasi kepada terkabulnya doa para hamba yang berdoa, diampuninya orang-orang yang meminta ampun, dan didengarnya keluhan orang-orang yang mengadu.

Bangkitlah, wahai sauadaraku yang larut dalam dosa, sehingga merasakan hidup ini sempit. Bangkitlah, wahai saudaraku yang merasa berat untuk memohon ampun lantaran besarnya aib dan banyaknya maksiat yang dilakukan. Bangkitlah dan shalatlah dua rakaat dengan penuh khusuk untuk Tuhan Anda. Sesungguhnya dengan dua rakaat itu, Allah telah menawarkan ampunan untuk Anda, sebagaimana firman-Nya di dalam Hadits Qudsi tadi: "Siapakah yang sedang meminta ampun kepadaku? Aku akan mengampuninya."

Bangunlah, dan bisikkanlah di dalam sujud Anda dengan penuh kerendahan dan kekhusyukan: "Ya Allah, hamba memohon ampun dan bertobat kepada-Mu. Tuhanku, ampuni dan kasihilah hamba. Sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik dzat yang mengasihi. Tiada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya hamba termasuk orang-orang yang zalim. Ya Allah, sesungguhnya hamba telah begitu banyak menzalimi diri hamba sendiri, dan tiada yang mengampuni dosa selain Engkau. Oleh karena itu, ampunilah hamba dengan ampunan-Mu, dan kasihilah hamba; sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Pengasih."

Wahai Anda yang Bergelimang Nikmat!

Menghadaplah kepada Tuhan Anda di malam hari, dan tunaikanlah kewajiban syukur Anda atas nikmat-Nya. Sesungguhnya malam hari adalah waktu yang paling tepat bagi Anda untuk mengungkapkan rasa syukur itu. Bukankah syukur pada hakikatnya adalah menjaga dan menambah nikmat?

Ingatlah Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—yang kaki beliau bengkak karena shalat di malam hari. Ketika ditanya, "Bukankah Allah sudah mengampuni dosa Anda yang telah lampau dan juga yang akan datang?" Beliau menjawab, "Kenapa aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?" [HR. Al-Bukhâri]

Hadits ini menunjukkan bahwa shalat malam merupakan salah satu sarana bersyukur yang paling utama. Adakah di antara kita yang tidak mengecap nikmat Allah?! Sesungguhnya nikmat Allah membentang di seluruh jagat raya. Ia terlihat di semua lini hidup kita, mulai dari yang kecil hingga yang besar. Ia muncul dalam bentuk rezeki, kesehatan, anak, dan fasilitas hidup kita dari A sampai Z. Ada juga nikmat yang tidak terlihat, dan jumlahnya lebih banyak lagi. Semua nikmat ini memiliki hak syukur yang harus kita tunaikan setiap saat.

Ingatlah, bahwa orang yang layak mendapatkan tambahan nikmat hanyalah orang yang bersyukur. Sedangkan waktu yang paling baik untuk bersyukur adalah waktu di mana Allah yang memberi nikmat itu mendekat dan turun ke langit dunia. Itulah sebabnya mengapa ketika ditanya sebab kesungguhan beliau dalam shalat malam, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—menjawab, ""Kenapa aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?" [HR. Al-Bukhâri]. Maksudnya: Kenapa aku tidak bersyukur pada Allah—`Azza wajalla—atas nikmat-nikmat-Nya?

Saudaraku, bangunlah pada malam hari dengan niat berzikir, dengan niat meminta ampun kepada-Nya, dan dengan niat mensyukuri nikmat-nya. Dengan demikian, Allah akan menambah nikmat-Nya untuk Anda. Allah juga akan memberkati harta, kesehatan, istri, anak, rumah, dan segala urusan Anda.

Beberapa Tips Yang Membantu Kita untuk Bisa Shalat Malam

Pertama, kurangi makan. Karena makan yang banyak akan menyebabkan kantuk. Shalat malam hanya akan terasa ringan oleh orang-orang yang sedikit makan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—menjelaskan kepada kita aturan dan adab makan seorang mukmin. Beliau bersabda, "Tidak ada wadah yang lebih jelek diisi oleh seorang manusia daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suapan kecil makanan untuk menguatkan tulang punggungnya (tubuhnya). Seandainya terpaksa, jadikanlah sepertiga (rongga perut) untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga lagi untuk nafas." [HR. Ahmad dan At-Tirmidzi; Menurut Al-Albâni: shahîh]

Abdul Wâhid Ibnu Zaid pernah berkata, "Barang siapa yang kuat menahan (nafsu) perutnya, akan kuat pula mempertahankan Agamanya. Dan barang siapa yang kuat menahan (nafsu) perutnya, akan kuat pula mempertahankan akhlak yang baik. Orang yang tidak tahu mudarat (bahaya) yang datang dari perutnya terhadap Agamanya adalah seorang ahli ibadah yang buta (bodoh)."

Wahab Ibnu Munabbih berkata, "Tiada orang yang lebih dicintai oleh Syetan daripada orang yang banyak makan lagi penidur." Sementara Sufyân Ats-Tsauri juga berkata, "Hendaklah kalian makan sedikit, supaya kalian bisa menunaikan shalat malam."

Kedua, bantu dengan tidur siang. Tidur siang dianjurkan oleh RasulullahShallallâhu `alaihi wasallam—demi memudahkan kita untuk menunaikan shalat malam, sekaligus untuk menyalahi kebiasaan Syetan. Beliau bersabda, "Tidur sianglah kalian, karena sesungguhnya Syetan tidak tidur siang." [HR. Ath-Thabrâni; Menurut Al-Albâni: shahîh]

Suatu ketika, Al-Hasan lewat di dekat sekelompok orang di pasar. Karena menyaksikan hiruk-pikuk dan keributan mereka, ia berkata, "Apakah mereka tidak tidur siang?" Orang-orang menjawab, "Tidak." Ia lalu berkata, "Menurutku, malam mereka adalah malam yang buruk."

Ishâq Ibnu `Abdillah Ibnu Abi Farwah berkata, "Tidur siang termasuk pekerjaan orang baik. Ia menenangkan hati dan menguatkan (badan) untuk qiyâmul lail."

Ketiga, tidak berlebihan dalam bekerja di siang hari. Maksudnya, tidak membuat badan lelah dengan melakukan sesuatu yang tidak penting serta tidak mendatangkan maslahat yang berarti. Misalnya berlebihan melakukan atau membicarakan sesuatu yang tidak perlu. Adapun sesuatu yang menjadi tuntutan hidup dan usaha yang tidak bisa ditinggalkan, maka hendaknya dilakukan sewajarnya, yaitu sekedar untuk mendapatkan maslahat yang diinginkan.

Keempat, menjauhi dan meninggalkan maksiat. Maksiat membuat seseorang malas melakukan ketaatan dan melalaikannya dari ibadah. Sebagaimana maksiat juga menghalangi seorang hamba untuk melaksanakan amalan sunah dan berbuat kebajikan. Itulah sebabnya mengapa sangat banyak para ulama salaf menyatakan bahwa maksiat menghalangi seorang mukmin untuk melaksanakan shalat malam.

Seorang lelaki berkata kepada Al-Hasan Al-Bashri, "Wahai Abu Sa`id, aku tidur dalam keadaan sehat, dan aku ingin melaksanakan shalat malam. Aku sudah menyediakan air untuk bersuci. Namun, kenapa aku tidak bisa juga melaksanakannya?" Hasan menjawab, "Karena engkau dibelenggu oleh dosa-dosamu."

Imam Ats-Tsauri juga pernah berkata, "Aku tidak bisa melaksanakan shalat malam selama lima bulan lantaran satu dosa yang aku lakukan." Seseorang bertanya kepadanya, "Dosa apakah itu?" Ia menjawab, "Suatu saat, aku melihat seseorang menangis, lalu aku berguman dalam hati, 'Orang ini riyâ`."

Sementara itu, seorang lelaki pernha berkata kepada Ibrâhim Ibnu Adham, "Aku tidak mampu melaksanakan shalat malam. Tunjukilah aku apa obatnya." Ibrâhim Ibnu Adham menjawab, "Janganlah engkau durhakai Allah (berbuat dosa) di siang hari, niscaya Dia akan mengizinkan engkau berdiri di hadapan-Nya pada malam harinya. Sesungguhnya berdiri di hadapan Allah di malam hari adalah sebuah kehormatan yang besar, dan orang yang berbuat maksiat (dosa) tidak layak mendapatkan kehormatan itu."

Kelima, bersihkan hati dari sifat dengki terhadap kaum muslimin, bid'ah, dan ambisi duniawi yang berlebihan. Semua itu melalaikan dan menyibukkan hati seseorang, sehingga ia tidak sempat memiliki perhatian kepada selain itu.

Keenam, kuatkan rasa takut di dalam hati, dan jauhi panjang angan-angan. Orang yang bersifat demikian, jika mengingat dahsyatnya Akhirat tidak akan bisa tidur dan akan selalu waspada.

Ketujuh, mengetahui keutamaan shalat malam dan keuntungan yang didapat dari melakukannya. Hal itu akan membangkitkan semangat, meninggikan harapan, serta menyalakan obsesi untuk menggapai ridha dan pahala dari Allah. Di atas, kita sudah menjelaskan beberapa keuntungan shalat malam ini.

Kedelapan, dan ini adalah faktor motivasi yang paling mulia, yaitu cinta kepada Allah dan keimanan yang kuat bahwa tidak satu kata pun yang kita ucapkan di shalat malam kecuali untuk bermunajat kepada Allah. Dan Allah pasti melihat kita, serta menyaksikan apa yang terbersit di hati kita. Semua yang terbetik di dalam hati itu berasal dari Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ. Seorang yang mencintai Allah, niscaya akan suka berduaan dengan-Nya serta menikmati munajat kepada-Nya. Dan kenikmatan munajat itu akan membuat si hamba tahan berdiri lama di hadapan-Nya.

[Oleh: Al-Hasan Ibnu Muhammad Al-Faqih]

Artikel Terkait