Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Ringkasan Ajaran Islam

Pintu Taubat bagi Pelaku Dosa Besar

Pintu Taubat bagi Pelaku Dosa Besar

Oleh: Syaikh Mushthafâ Al-`Adawi

Allah—Subhânahu wata`âlâ—selalu membuka pintu taubat, pintu kembali kepada-Nya dan pintu ampunan bagi setiap perbuatan dosa besar, supaya tak seorangpun yang berputus asa dari rahmat-Nya. Maka lihatlah dosa-dosa dan maksiat-maksiat besar ini, syirik, membunuh jiwa dan zina, Allah—Subhânahu wata`âlâ—tetap membuka pintu taubat di hadapan para pelakunya sebelum mereka meninggal.

Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman yang artinya: "Dan orang-orang yang tidak menyembah sesembahan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya ia mendapat (pembalasan) dosa(nya). (Yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada Hari Kiamat dan ia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih; maka kejahatan mereka itu diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih, maka sesungguhnya ia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya." [QS. Al-Furqân: 68-71]

Lihatlah Ashhâbul Ukhdûd (pemilik parit):

Mereka adalah orang-orang kafir dan zalim yang membakar orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, mereka melempar kaum mukminin ke dalam kobaran api, padahal orang-orang yang beriman itu tak memiliki kesalahan apapun, melainkan hanya karena mereka beriman kepada Allah yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji. Mereka duduk santai di pinggir ukhdûd (galian parit yang di dalamnya dikobarkan api), menikmati dan bersenang-senang dengan menyaksikan orang-orang beriman yang dilemparkan ke dalam parit api. Mereka para pemilik ukhdûd yang telah berusaha habis-habisan memalingkan kaum mukminin dari agama mereka. Walaupun sedemikian besarnya dosa yang mereka lakukan ini, Allah—Subhânahu wata`âlâ—tetap membuka pintu taubat bagi mereka supaya mereka bertaubat kepada-Nya. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan [menyiksa dengan membunah, membakar dan sebagainya] kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan, kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (Neraka) yang membakar." [QS. Al-Burûj: 10]

Firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—yang artinya: ".Kemudian mereka tidak bertaubat." mengandung makna bahwa jikalau mereka bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat mereka. Maka Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami, betapa sabar dan penyayang-Nya diri-Mu!!

Lihatlah mereka para perampok jalanan:

Dibukakan di hadapan mereka pintu taubat supaya mereka bertaubat dan kembali dari perbuatan zalim dan merusak mereka, serta menghentikan kejahatan mereka terhadap manusia. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman yang artinya: "Sesungguhnya satu-satunya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya serta berbuat kerusakan di muka bumi ialah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik [memotong tangan kanan dan kaki kirinya; dan kalau melakukan lagi maka dipotong tangan kiri dan kaki kanannya], atau dibuang dari negeri (di asingkan). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di Akhirat mereka mendapatkan siksaan yang besar. Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum engkau dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. Al-Mâ'idah: 33-34]

Lihatlah orang-orang yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsu:

Dibukakan di hadapan mereka pintu-pintu taubat dan inâbah (pintu kembali) kepada Tuhan mereka, supaya mereka bertaubat dan melakukan amal kebajikan, mendirikan shalat dan meninggalkan syahwat. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman yang artinya: "Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya. Mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih, mereka itu akan masuk Surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." [QS. Maryam: 59-60]

Orang yang melakukan dosa-dosa besar dan buruk seperti menuduh perempuan baik-baik melakukan zina, dibukakan bagi mereka pintu-pintu taubat dari dosa besar ini. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman yang artinya: "Dan orang-orang yang menuduh wanita baik-baik [wanita muslimah yang suci] (berbuat zina), dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kalian terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. An-Nûr: 4-5]

Banyak para ulama yang mensyaratkan taubat dari perbuatan ini dengan cara si penuduh harus mendustakan dirinya (mengakui kedustaan tuduhannya) dan menampakkan keterbebasan perempuan atau laki-laki beriman (yang ia tuduh) itu dari tuduhan yang ia alamatkan kepadanya.

Lihatlah kepada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilanpuluh sembilan orang. Ia menanyakan siapakah penduduk bumi yang paling alim. Lalu ia ditunjukkan kepada seorang pendeta, dan ia pun mendatanginya. Akan tetapi sayang sekali pendeta tersebut sedikit ilmu dan pemahamannya. Ia mengatakan bahwa tidak ada taubat lagi baginya. Akhirnya laki-laki itupun membunuh si pendeta sehingga sempurna ia membunuh seratus orang. Lalu ia bertanya lagi siapakah penduduk bumi yang paling alim. Ia pun ditunjukkan kepada seorang alim yang mengabarkan bahwa pintu taubat masih terbuka untuknya. Akhirnya tempat kembali pembunuh itu ialah rahmat Allah—Subhânahu wata`âlâ.

Ia pun dijemput olah Malaikat rahmat, sebagaimana dikabarkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Al-Bukhâri dan Muslim, dari Abu Sa`îd Al-Khudri—Semoga Allah meridhainya—dari Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—beliau bersabda: "Dahulu ada seorang laki-laki dari umat sebelum kalian telah membunuh sembilan puluh sembilan orang manusia. Kemudian ia bertanya siapakah penduduk bumi yang paling alim. Maka ia ditunjukkan kepada seorang pendeta dan ia menanyakan bahwa ia telah membunuh sembilanpuluh sembilan orang, lalu adakah pintu taubat masih terbuka untuknya. Pendeta itu menjawab: 'Tidak.' Lalu laki-laki itu membunuh pendeta tersebut, sehingga lengkap ia membunuh seratus orang dengan pendeta tersebut. Kemudian ia bertanya lagi siapakah penduduk bumi ini yang paling alim. Ia pun ditunjukkan kepada seorang laki-laki. Lalu ia bertanya kepadanya, bahwa ia telah membunuh seratus orang, apakah pintu taubat masih terbuka intuknya? Laki-laki itu menjawab: 'Ya, siapakah yang akan menghalangi antara dia (pembunuh itu) dan pintu taubat? Pergilah engkau ke negeri ini, karena di sana terdapat orang-orang yang menyembah Allah, dan sembahlah Allah bersama mereka, dan janganlah engkau kembali ke negerimu, karena negerimu adalah negeri yang buruk!' Kemudian laki-laki orang itu pergi (menuju negeri yang dimaksud). Ketika sampai setengah perjalanan, laki-laki itu meninggal dunia. Lalu atas kejadian itu Malaikat rahmat dan Malaikat azab berselisih. Malaikat rahmat berkata: 'Ia datang untuk bertaubat, menghadapkan hatinya kepada Allah.' Malaikat azab berkata: 'Ia tak pernah melakukan kebaikan sedikitpun.' Lalu datanglah kepada mereka seorang Malaikat dalam bentuk manusia, kemudian Malaikat rahmat dan Malikat azab menjadikannya sebagai hakim. Lalu Malaikat (yang datang itu) berkata: 'Ukurlah jarak antara kedua tanah (negerinya dan negeri orang-orang shalih itu), kemana ia lebih dekat maka orang ini termasuk ke sana.' Lalu para Malaikat itu mengukur jarak kedua tanah itu, dan mereka mendapatkan bahwa orang itu lebih dekat ke tanah yang ditujunya. Maka orang itu akhirnya dijemput oleh Malaikat rahmat." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]. Qatâdah berkata: "Al-Hasan berkata: 'Diceritakan kepada kami bahwa ketika orang itu menghadapi kematian, ia memegang dadanya'." [HR. Muslim]

Demikian pula dengan mereka, kaum yang tidak menggunakan akalnya. Orang-orang yang memanggil Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—dari luar rumah beliau, mereka tidak tahu sopan santun. Bagi mereka Allah—Subhânahu wata`âlâ—juga membuka pintu taubat dan ampunan atas perbuatan mereka ini, apabila mereka berlaku sopan. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang memanggilmu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai engkau keluar menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. Al-Hujurât: 4-5]

Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami, betapa penyabar dan penyayangnya Engkau!! Ketika Engkau menyeru hamba-Mu engkau berfirman—dan firman-Mu adalah kebenaran: "Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. An-Nisâ': 110]

Mahasuci Engkau (Tuhan kami), betapa luas rahmat-Mu dan betapa besar kesabaran-Mu ketika Engkau berfirman: ".Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya [berhakim kepada selain NabiShallallâhu `alaihi wasallam] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." [QS. An-Nisâ': 64]

Betapa besar kesabaran-Mu, betapa penyayangnya Engkau, betapa besar ampunan-Mu, betapa indah kemuliaan-Mu, ketika Engkau berfirman: ".Dan Allah ingin menerima taubat kepada kalian." [QS. An-Nisâ': 27]

Betapa adil dan bijaksananya Engkau dalam setiap ketetapan-Mu. Maka bagi-Mu segala puju sepanjang malam dan siang hari.

Artikel Terkait