Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Ringkasan Ajaran Islam

Kiat-kiat Menjaga Diri dari Godaan Syetan (Bag. 1)

Kiat-kiat Menjaga Diri dari Godaan Syetan (Bag. 1)

Tidak diragukan lagi, bahwa Syetan adalah musuh terbesar manusia. Dan permusuhan ini bukanlah hal yang baru, tetapi sudah merupakan perseteruan klasik sejak hari di mana Allah menyuruh Syetan untuk bersujud kepada Adam, namun ia menolak.

Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—telah memperingatkan para hamba-Nya dari musuh yang terlaknat ini di banyak tempat dalam Al-Quran. Dan sejak hari pertama Nabi Adam—`Alaihis salâm—diturunkan ke bumi, Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah menjelaskan hal ini. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan Kami berfirman: 'Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan'." [QS. Al-Baqarah: 36]

Makna yang sama juga dinyatakan dalam surat Al-A`râf. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—memerintahkan untuk memakan makanan yang halal lagi baik, serta melarang untuk mengikuti langkah-langkah Syetan. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah Syetan; karena sesungguhnya Syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian." [QS. Al-Baqarah: 168]

Selain itu, Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—juga telah menjelaskan permusuhan Syetan terhadap orang-orang yang beriman dalam firman-firman-Nya (yang artinya):

· "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian turuti langkah-langkah Syetan. Sesungguhnya Syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian." [QS. Al-Baqarah: 208];

· "Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, wahai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah Syetan? Sesungguhnya Syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian." [QS. Yâ Sîn: 60];

· "Dan janganlah sekali-kali kalian dipalingkan oleh Syetan; sesungguhnya Syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian." [QS. Az-Zukhruf: 62]

Perlu diketahui, bahwa seorang hamba tidak mempunyai kemampuan untuk menepis kejahatan musuh yang satu ini kecuali dengan cara memohon pertolongan kepada Allah—`Azza wajalla. Karena ia tidak seperti manusia yang kejahatannya mungkin bisa dicegah dengan bersikap lunak, berbuat baik, diabaikan, atau cara-cara lainnya. Syetan adalah musuh yang tidak terlihat. Sikap santun dan lemah lembut tidak akan berguna untuk menghadapinya. Jadi, untuk menjaga diri dari kejahatan dan godaannya, kita harus memohon pertolongan kepada Allah. Karenanya, Allah—`Azza wajalla—berfirman (yang artinya):

· "Dan jika engkau ditimpa suatu godaan Syetan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." [QS. Al-A`râf: 200];

· "Dan jika Syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." [QS. Fushshilat: 36]

Tiada jalan selamat bagi seorang hamba dari berbagai tipu daya Syetan kecuali dengan pertolongan Allah—Subhânahu wata`âlâ. Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah mensyariatkan untuk kita berbagai kiat unuk dapat menjaga diri dari kejahatan musuh yang terkutuk ini. Di antara kiat-kiat tersebut adalah:

Pertama: Membaca Isti'âdzah (Memohon Perlindungan kepada Allah)

Ini termasuk cara paling ampuh untuk menolak kejahatan Syetan, sebagaimana dinyatakan di dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Dan jika Syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." [QS. Fushshilat: 36]

Dua orang lelaki pernah saling mencaci di dekat Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam. Beberapa orang shahabat ketika itu duduk di dekat beliau. Salah seorang dari dua lelaki itu memaki temannya dengan sangat marah sehingga mukanya merah. Baginda Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—lantas bersabda, "Sesungguhnya aku betul-betul mengetahui satu kalimat yang kalau saja ia ucapkan, niscaya apa yang ada dalam dirinya (kemarahan) akan hilang. Kalimat itu adalah: 'A'ûdzu billâhi minasy Syaithânir rajîm (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)'." [HR. Al-Bukhâri]

Kedua: Membaca Ayat Kursi

Banyak dalil yang menunjukkan hal itu. Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—pernah menunjukku untuk menjaga zakat Ramadhan. Kemudian datang kepadaku seseorang, lalu mengambil makanan yang ada di sana dengan tangannya. Aku pun menangkapnya. Aku berkata kepadanya, 'Demi Allah, aku akan membawamu menghadap Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam'. Ia berkata, 'Sesungguhnya aku orang miskin. Aku menanggung banyak anggota keluarga, dan aku sangat membutuhkan'."

Abu Hurairah berkata, "Aku pun lalu melepaskannya. Keesokan paginya, Baginda Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bertanya, "Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu tadi malam?" Aku menjawab, 'Wahai Rasulullah, ia mengeluhkan kebutuhannya yang teramat sangat dan kebutuhan keluarganya. Aku pun mengasihaninya lalu melepaskannya'. Rasulullah bersabda, 'Ketahuilah, sesungguhnya ia telah berdusta kepadamu, dan ia akan kembali lagi'."

Abu Hurairah berkata, "Aku tahu bahwa ia akan datang lagi karena sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, 'Sesungguhnya ia akan kembali lagi'. Aku pun mengintainya, dan ternyata ia benar-benar datang mengambil makanan. Aku lalu menangkapnya dan berkata, 'Sungguh aku akan membawamu menghadap RasulullahShallallâhu `alaihi wasallam'. Ia berkata, 'Bebaskanlah aku, sesungguhnya aku adalah orang yang membutuhkan dan memiliki tanggungan keluarga. Aku tidak akan kembali lagi'. Aku pun merasa kasihan kepadanya, lalu aku lepaskan. Keesokan paginya, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bertanya kepadaku, 'Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu?' Aku menjawab, 'Wahai Rasulullah, ia mengeluhkan kebutuhannya yang teramat sangat dan kebutuhan keluarganya. Aku pun merasa kasihan dan lalu melepaskannya'. Rasulullah kembali bersabda, 'Ketahuilah, sesungguhnya ia telah berdusta kepadamu, dan ia akan kembali lagi'.

Abu Hurairah berkata, "Kemudian aku pun mengintainya untuk ketiga kalinya. Ia pun kembali datang mengambil makanan. Aku menangkapnya lalu aku katakan kepadanya, 'Aku betul-betul akan membawamu menghadap Rasulullah. Ini yang terakhir dari tiga kali engkau mengaku tidak akan kembali lagi, tapi kemudian engkau tetap datang lagi'. Ia berkata, 'Lepaskanlah aku. Aku akan mengajarimu kalimat-kalimat yang akan bermanfaat untukmu dengan izin Allah'. Aku bertanya, 'Apakah itu?' Ia menjawab, 'Bila engkau telah berbaring di tempat tidurmu, bacalah ayat kursi (Allâhu lâ ilâha illâ huwal hayyul qayyûm) sampai selesai. Kalau engkau lakukan itu, sesungguhnya akan senantiasa ada penjaga dari Allah untukmu, dan Syetan betul-betul tidak akan dapat mendekatimu hingga pagi hari'. Stelah itu, Aku pun lalu melepaskannya.

Esok paginya, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bertanya kepadaku, 'Apa yang dilakukan tawananmu tadi malam?' Aku menjawab, 'Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajariku kalimat-kalimat yang akan bermanfaat kepadaku dengan izin Allah, sehingga kemudian aku pun melepaskannya'. Rasul bertanya, 'Apakah (kalimat-kalimat) itu?' Aku menjawab, 'Ia mengatakan kepadaku, Bila engkau telah berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat kursi dari awal hingga selesai (Allâhu lâ ilâha illâ huwal hayyul qayyûm). Dan ia mengatakan kepadaku, akan senantiasa ada penjaga dari Allah untukmu, dan Syetan betul-betul tidak akan dapat mendekatimu hingga pagi hari. Baginda Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—pun bersabda, 'Ketahuilah, Sesungguhnya ia telah berkata benar kepadamu, padahal ia pendusta. Tahukah engkau, siapa yang engkau ajak bicara sejak tiga malam ini, wahai Abu Hurairah?' Aku menjawab, 'Tidak'. Rasul bersabda, 'Ia adalah Syetan'." [HR. Al-Bukhâri]

Ubay ibnu Ka'ab menceritakan bahwa ia mempunyai sebuah baskom besar tempat menyimpan kurma yang sering ia hampiri. Suatu ketika, ia mendapati jumlah kurmanya berkurang. Maka pada suatu malam, ia memutuskan untuk menjaga baskom itu. Tiba-tiba ia melihat sesosok makhluk menyerupai seorang anak lelaki yang baru baligh. Ubay pun mengucapkan salam, dan makhluk itu membalas ucapan salamnya. Ubay kemudian bertanya, "Apakah engkau jin atau manusia?" Ia menjawab, "Jin." Ubay kembali berkata, "Ulurkan tanganmu kepadaku!" Ternyata tangannya seperti tangan anjing dan berbulu seperti anjing. Ubay bertanya, "Apakah memang seperti ini bentuk jin?" Ia menjawab, "Sungguh engkau telah mengetahui bahwa di kalangan jin ada yang lebih menyeramkan dariku." Ubay bertanya lagi, "Apa yang membuatmu melakukan perbuatan ini (mencuri makanan)?" Ia menjawab, "Aku dengar bahwa engkau suka bersedekah. Karenanya, aku ingin mengambil bagian dari makananmu." Ubay kembali bertanya, "Apa yang dapat menjaga kami dari (gangguan) kalian?" Ia menjawab, "Ayat ini. Ayat kursi." Setelah itu, Ubay pun melepaskannya. Esok paginya, Ubay pergi menemui Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, lalu memberitahu hal tersebut kepada beliau. Rasulullah bersabda, "Syetan yang keji itu telah berkata benar." [HR. Al-Mundzirî]

Ketiga: Membaca Surat Al-Falaq dan Surat An-Nâs

Sebuah hadits diriwayatkan dari Abû Sa'îd Al-Khudri—Semoga Allah meridhainya, ia berkata, "Dahulu Rasulullah selalu berlindung dari (kejahatan) mata jin dan mata manusia. Lalu ketika turun Al-Mu'awwidzatân (surat Al-Falaq dan surat An-Nâs), beliau menggunakan kedua surat tersebut dan meninggalkan yang lainnya." [HR. An-Nasâ'i; Menurut Al-Albâni: shahîh]

Hadits lain diriwayatkan dari 'Uqbah ibnu 'Âmir—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda kepadanya, 'Tidakkah engkau perhatikan ayat-ayat yang diturunkan pada malam ini, yang belum pernah ada ayat lain yang seperti itu sebelumnya? Yaitu 'Qul a'ûdzu birabbil falaq' (surat Al-Falaq) dan 'Qul a'ûdzi birabbinnâs' (Surat An-Nâs)." [HR. Muslim]

Dalam riwayat lain, 'Uqbah ibnu 'Âmir—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Ketika aku sedang berjalan (pada malam hari) bersama Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—di antara Juhfah dan Abwa`, tiba-tiba kami diterpa angin kencang dan gelap yang sangat pekat. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—lantas memohon perlindungan dengan (membaca) 'Qul a'ûdzu birabbil falaq' (surat Al-Falaq) dan 'Qul a'ûdzi birabbinnâs' (Surat An-Nâs). Dan beliau bersabda, 'Wahai 'Uqbah, berlindunglah dengan (membaca) kedua (surat) itu. Tidak ada senjata lain yang lebih ampuh digunakan seseorang untuk berlindung melebihi kedua surat itu'." 'Uqbah berkata, "Dan aku pernah mendengar Rasulullah mengimami kami dengan membaca kedua surat itu di dalam shalat." [HR. Abû Dâwûd; Menurut Al-Albâni: shahîh]

Masih ada kiat-kiat lain untuk menjaga diri dari kejahatan Syetan. Dan itu—insyâallâh—akan kami paparkan pada artikel berikutnya.

Walhamdulillâhi Rabbil 'âlamîn.

Artikel Terkait