Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. POKOK BAHASAN
  4. Islam
  5. Puasa

Mengapa Mereka Bisa Menangis di Bulan Ramadhan Sementara Saya Tidak?

Mengapa Mereka Bisa Menangis di Bulan Ramadhan Sementara Saya Tidak?

Oleh: Ibrâhîm Al-Hamd

Sesungguhnya di antara sebab seseorang dapat meraih keberuntungan dan kesuksesan dalam urusan agama dan dunia adalah sikap jujur terhadap dirinya sendiri dan tidak mencari-cari alasan, sehingga ia dikejutkan oleh kematian, kemudian ia pun menyesal. Di saat itu, penyesalan tidak lagi berguna.

Wahai saudara dan saudariku sekalian.

Sesungguhnya keutamaan menangis karena takut kepada Allah itu besar. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—telah bersabda, "Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya." Beliau menyebutkan di antara mereka adalah, "Seseorang yang berdzikir mengingat Allah di kesunyian, lalu air matanya mengalir." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Wahai saudara dan saudariku sekalian.

ketika diperdengarkan ayat-ayat Al-Quran, hadits-hadits Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, atau kisah-kisah orang-orang shalih terdahulu, kita dapati banyak di antara orang-orang yang berhati lembut menangis. Mengapa mereka bisa menangis sedangkan saya tidak? Saya sudah berusaha untuk khusyu' dan menangis, tapi tidak bisa. Orang di samping, di depan, dan di belakang saya menangis. Apa sebabnya?

Inilah pertanyaan yang selalu berputar di dalam pikiran kebanyakan orang-orang yang lalai—kita semua adalah orang-orang yang lalai, dan kita berdoa semoga Allah mengampuni kita semua.

Saudara dan saudariku sekalian.

Sebabnya telah dijelaskan oleh Allah—Subhânahu wata`âlâ—dalam firman-Nya (yang artinya): "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." [QS. Al-Muthaffifîn: 14]

Artinya, karena amal perbuatan mereka sendirilah, hati-hati mereka menjadi tertutup dari kebaikan dan semakin bertambah dalam kelalaian.

Inilah penyebab hakiki yang membuat seseorang sedikit menangis karena takut kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ.

Mengapa mereka bisa menangis? Apa yang menjadikan mereka bisa khusyu' dan menangis, bahkan menikmatinya, sementara kita tidak?

Sesungguhnya mereka menjauhi maksiat, dan menjadikan akhirat ada di depan mata mereka, di saat mereka sendiri, maupun ketika bersama orang lain. Pada saat itulah, hati mereka membaik, dan air mata mereka pun mengalir.

Sedangkan kita, ketika kita kehilangan perkara-perkara tersebut, hati kita menjadi rusak, dan mata kita pun kering.

Saudara dan saudariku sekalian.

Ketahuilah bahwa rasa takut kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ—yang diiringi tangisan tidak akan datang, dan tidak akan berlanjut, kecuali dengan sikap komitmen untuk melakukan hal-hal berikut:

1. Bertaubat dan memohon ampun kepada Allah dengan hati dan lisan. Dia menghadap kepada Allah dalam keadaan bertaubat dan takut. Hatinya dipenuhi rasa malu kepada Rabbnya Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun, yang telah memberinya tenggang waktu, mencurahkan kenikmatan kepadanya, serta memberinya taufik untuk bertaubat.

Cara ini menuntut perenungan jujur yang kuat dengan diri sendiri, serta introspeksi diri.

2. Meninggalkan kemaksiatan, dan betul-betul waspada terhadap kemaksiatan, baik yang kecil, yang besar, yang tampak, maupun yang tersembunyi. Maksiat adalah penyakit kronis yang dapat menghalangi hati dari dekat dengan Allah. Dan maksiatlah yang menggelapkan hati, dan menjadikannya sempit.

3. Mendekatkan diri kepada Allah dengan segala bentuk ketaatan, seperti puasa, shalat, haji, sedekah, dzikir, dan semua kebaikan.

4. Mengingat akhirat.

Sungguh sangat mengherankan, wahai saudara dan saudariku, bila kita mengetahui bahwa dunia akan berakhir, dan masa depan yang hakiki adalah akhirat, namun sungguhpun demikian kita tidak berbuat untuk masa depan yang hakiki nan abadi itu.

Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik." [QS. Al-Isrâ': 18-19]

5. Memiliki ilmu tentang Allah—Subhânahu wata`âlâ—, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan syari'at-Nya. Sebagaimana firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu." [QS. Fâthir: 28]

Dan seperti dikatakan, "Siapa yang lebih mengenal Allah, maka ia akan lebih takut kepada Allah."

6. Kemudian saya berpesan kepada Anda untuk banyak membaca buku tentang keadaaan orang-orang yang shalih, dan berusaha meneladani mereka.

Saudara dan saudariku sekalian.

Sesungguhnya di dalam hari-hari bulan Ramadhan, yang merupakan hari-hari kebaikan dan keberkahan terdapat banyak peluang besar untuk seorang hamba kembali kepada Rabbnya. Karena pada hari-hari itu syetan-syetan dirantai, pintu-pintu kebaikan dibuka, dan ketaatan meningkat. Maka, kembalilah kepada Rabb Anda, mendekat dan menghadaplah kepada-Nya. Berlepasdirilah dari belenggu kemaksiatan dan pagar-pagar dosa. Pada saat itulah, Anda akan mendapatkan air mata Anda berlinang, dan hati Anda menjadi khusyu'.

Sumber: Dârul Wathan

Artikel Terkait