Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. KELUARGA DAN MASYARAKAT
  4. Anak-Anak

Wawasan Anak

Wawasan Anak

Bacaan Anak: Bacaan memberi dampak yang luas dan mendalam pada anak. Membaca akan memuaskan rasa ingin tahunya, sekaligus memberinya informasi-informasi penting yang membantunya untuk memecahkan banyak masalah.

Melalui membaca, anak dapat memperoleh kepercayaan dirinya, serta kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan mudah. Di samping juga memperkaya kosakata bahasa yang ia gunakan, serta membuka jalan kemandirian baginya dari orangtua dan orang dewasa secara umum.

Membaca bermanfaat untuk pembekalan ilmu anak. Dengan membaca, anak akan mendapatkan wawasan keilmuan yang membantunya berhasil di sekolah. Membaca juga akan membantu anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu, membaca akan memberikan hiburan dan kesenangan bagi anak, sekaligus mendidik standar rasanya.

Peran Ibu dalam Proses Membaca: Banyak ibu yang meyakini bahwa anak tidak akan terpengaruh oleh buku sebelum ia masuk sekolah, karena anak belum belajar membaca. Keyakinan seperti ini tidak benar, karena anak yang biasa membuka buku akan bersemangat kelak untuk perhatian terhadap aktivitas membaca. Selain itu, partisipasi ibu dalam menelusuri buku bersama anaknya akan membantu anak belajar berbahasa dengan benar, dan akan membuka baginya cakrawala ilmu pengetahuan dan penemuan yang luas. Proses membaca bersama antara ibu dengan anaknya juga akan mewujudkan hubungan yang erat antara mereka berdua. Oleh karena itu, ibu harus ikut bersama anaknya dalam memberikan perhatian terhadap buku yang dibacanya dengan cara melemparkan pertanyaan-pertanyaan dan membantunya memahami apa yang belum dapat ia pahami.

Sebagai hasilnya, kelak ibu akan mendapatkan anaknya gemar membaca buku, mengambil buku sendiri, dan meminta ibunya untuk menemaninya membaca.

Selama proses membaca, suara ibu harus mengandung motivasi agar anak memperhatikan, sekaligus berusaha mendorong anak untuk melihat gambar dan memperhatikan bentuk huruf. Hal ini akan mendorong anak untuk memegang pena dan mencoba menggambar apa yang ia lihat atau meniru bentuk huruf yang dibaca. Dan ini akan menanamkan naluri seni dalam diri anak.

Ibu juga dapat mengembangkan kecenderungan membaca anak sejak tahun pertama dari usianya, dengan cara memperlihatkan beberapa buku yang terbuat dari kain berisi foto-foto berwarna cerah dan menggembirakan. Selain itu, ibu juga bisa menciptakan pengalaman menyenangkan bersama buku sekaligus mendekatkan buku kepada anak dengan cara membeli buku-buku bergambar dengan warna kontras, seperti warna merah, orange, kuning, hijau, dan warna-warna cerah lainnya. Ibu juga harus menyiapkan suasana membaca yang nyaman untuk anaknya. Tempat membaca harus memiliki ventilasi udara yang baik, bersih, luas, serta tersedia kursi dan meja yang nyaman, di samping juga karpet jika anak ingin duduk di lantai. Dinding ruangan membaca anak juga harus dihiasi lembaran dan gambar-gambar menarik, agar anak dapat membaca selama mungkin.

Ibu mesti memastikan bahwa buku yang dibaca anak memiliki cetakan yang baik dan huruf-huruf yang jelas, demi menjaga kesehatan mata anak saat membaca.

Ibu juga harus memperhatikan satu poin penting, yaitu bahwa anak cenderung untuk mengikuti dan meniru. Oleh karena itu, ia harus diberi teladan yang baik dengan banyak membaca di depannya. Ibu harus menyediakan buku-buku kecil sederhana untuk anaknya sebelum fase sekolah, karena akan sulit bagi anak untuk bolak-balik ke perpustakaan, juga karena minimnya pengetahuan anak tentang buku.

Termasuk hal penting selama proses membaca adalah melatih anak untuk memahami makna yang ditunjukkan oleh kata-kata, serta berusaha menambah kekayaan bahasa anak dengan mengajarkan makna kosakata baru, memberitahu arti baru untuk kata-kata lama, membuat daftar kata-kata, atau mengenalkan arti kata dalam teks.

Ibu harus membiasakan anaknya untuk cermat dan mendalam dalam memahami bacaan. Mesti ada usaha melatih anak menyimpulkan ide-ide, menghafal informasi, menyimpulkan tema kalimat, menemukan kronologi peristiwa dan urutan cerita, menggali ide-ide dan informasi mendasar, serta memberikan penilaian sederhana terhadap isi bacaan.

Cerita Anak: Cerita adalah hal yang paling disukai oleh anak, dan akan selalu tersimpan di dalam ingatannya hingga ia dewasa. Lebih dari itu, cerita-cerita tersebut akan membentuk karakternya di masa depan. Ini bisa terjadi karena cerita memiliki dampak yang begitu serius pada mentalitas anak. Cerita dapat membuatnya menjadi manusia yang lurus, tangguh menghadapi kesulitan, dan tahan menanggung beban hidup. Tapi cerita juga bisa menjadikannya seorang yang pengecut, suka menyendiri, egois, dan penakut. Semua tergantung kepada konten yang ada dalam cerita tersebut.

Ketika ibu duduk menuturkan cerita-ceritanya, anak-anak mengikuti dengan penuh antusias, tidak pernah bosan, dan selalu meminta tambah setiap kali cerita hampir selesai. Ada ibu yang suka menceritakan cerita-cerita mistri kuno, seperti kuntilanak, pocong, dan cerita-cerita horor lainnya yang membuat anak ketakutan.

Kisah-kisah ini sebenarnya tidak dibuat untuk konsumsi anak-anak, tetapi merupakan kisah-kisah yang tersebar di kalangan orang dewasa di zaman kuno. Maka merupakan sebuah kesalahan bila ibu menceritakan kepada anaknya kisah-kisah tersebut yang sama sekali tidak mencerminkan realitas kehidupan kita. Selain melanggar kaidah pendidikan yang benar, sebagian besar kisah-kisah tersebut juga menciptakan spirit agresif dan brutal pada diri anak, serta memperlihatkan berbagai gambaran ketakutan dan kekhawatiran.

Jadi, ibu berkewajiban memilih cerita yang dapat mendorong anak untuk bekerjasama dan mencintai kebajikan. Cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pola kehidupan sekarang. Tidaklah boleh seorang ibu menjadikan anak-anaknya terpenjara oleh fantasi, khayalan, dan persepsi masyarakat terbelakang. Tapi ibu harus berusaha keras mengembangkan cerita-cerita yang ia dengarkan dari ibu atau neneknya dahulu, sehingga sesuai dengan realita kekinian. Bahkan sebenarnya ada beberapa kisah terkenal yang bisa dipakai oleh ibu, kemudian berusaha memodifikasinya agar sesuai dengan selera, mental, emosional, dan bahasa anak. Tentunya sejalan dengan dasar-dasar dan teori-teori baru dalam bidang pendidikan, psikologi, dan informasi.

Dengan demikian, kisah-kisah ini dapat memainkan perannya dalam mengembangkan pikiran dan fantasi anak, daripada harus membuat anak menderita penyakit mental, mengajarkan perilaku lari diri dari tanggung jawab, nekad saat dibutuhkan kewaspadaan, pengecut, ketergantungan, serta menanamkan budaya taklid dan terikat oleh berbagai formalitas yang kaku.

Ibu bisa menemukan dalam kisah kehidupan para nabi, sirah Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, perjalanan para shahabat dan para pengikut beliau, serta kisah para ulama, orang-orang shalih, dan para pahlawan banyak materi untuk diceritakan. Selain itu, tentang alam Malaikat, ibu juga bisa menarik banyak pelajaran-pelajaran penting untuk mengembangkan imajinasi dan pikiran anak, sekaligus membiasakannya untuk beriman kepada yang gaib sejak kecil, sebagai salah satu ciri keimanan.

Kisah-kisah untuk Anak: Sebagaimana telah kita ketahui, tujuan cerita bagi anak-anak adalah untuk membangun imajinasi dan memperkaya pengetahuan mereka, sekaligus mendorong mereka untuk melaksanakan nilai-nilai luhur. Akan tetapi pada kenyataannya, banyak cerita yang diberikan kepada anak-anak kita yang justru mendorong mereka untuk melakukan kekerasan, bahkan berusaha menghapus identitas keislaman mereka dengan ide-ide beracun dan nilai-nilai yang negatif. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua berusaha memilih cerita terbaik yang berkontribusi menyampaikan akidah Islam dan akhlak terpuji kepada anak melalui narasi kisah yang sesuai dengan daya tangkap anak.

Ibu dapat mengajarkan anaknya nilai-nilai dan etika Islam melalui cerita, dengan cara memilihkan kisah-kisah yang sesuai untuk itu, terutama kisah-kisah para nabi yang kaya dengan berbagai ragam contoh pendidikan ideal.

Televisi dan Video: Anak-anak biasa duduk berjam-jam di depan televisi atau video. Sebagian ibu menggunakannya sebagai sarana untuk mengalihkan perhatian anak supaya ia tidak terganggu dalam melakukan pekerjaannya di rumah. Akibatnya, anak pun menyaksikan segala bentuk acara dan program televisi yang penuh dengan aroma pornografi, maksiat, dan lagu-lagu tidak bermoral. Anak pun kemudian tumbuh besar dengan menganggap bahwa hal-hal yang ia tonton dan saksikan pada masa kecilnya itu adalah hal-hal yang biasa, sehingga ia pun berusaha mengikutinya dan terjerumus kepada perilaku menyimpang di masa mudanya.

Cara terbaik adalah ibu langsung memilihkan untuk anak-anaknya acara-acara yang baik, guna menanamkan budi luhur, membiasakan nilai-nilai kebajikan dan kejujuran, serta mengembangkan bakatnya. Video juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, dengan mengontrol jenis kaset yang ditonton anak, serta memilih film yang berguna dan bermakna.

Radio: Sebagian ibu mungkin mengira bahwa tidak adanya gambar pada radio membuatnya menjadi media yang lebih minim efektifitas dibandingkan media-media lainnya. Akan tetapi sesungguhnya bisa dikatakan bahwa tidak adanya gambar justru dapat membantu anak memusatkan perhatiannya kepada kata dan teks yang disiarkan, sehingga kemudian dapat meningkatkan dan memperdalam apa yang ia dapatkan dari program yang ada. Namun ibu harus mengetahui bahwa program radio yang cocok bagi anak adalah program yang jelas dan sederhana, serta memiliki unsur-unsur penarik perhatian, seperti frekuensi suara yang mempengaruhi imajinasi dan mengembangkan bakat anak. Ibu dapat memilih untuk anaknya program-program radio yang memberikan nilai-nilai yang baik dan prinsip-prinsip ajaran Islam.

Lagu Anak: Keluarga secara keseluruhan—dan ibu secara khusus—bertanggung jawab atas pembentukan jiwa seni anak, dengan cara menyanyikan, membacakan, dan menghafalkan lagu-lagu yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam kepada anak. Dengan demikian, ibu berarti telah mendidik jiwa seni anak sejak usia dini di atas nilai kebajikan, sehingga ia kelak dapat tumbuh sebagai seorang yang berani, serta loyal terhadap Agama dan negaranya. Adapun lagu-lagu yang tidak baik sesungguhnya dapat membunuh semangat ksatria dan keberanian pada anak, sehingga ia kelak menjadi pribadi yang labil, serta tidak berani bergerak ketika orang lain mencela Agama dan kehormatannya. Bagaimana tidak, sejak kecil ia telah terbiasa hidup santai mendengarkan lantunan lagu-lagu para penari tidak bermoral yang membunuh jiwa keberaniannya.

Memang, kita tidak bisa membebankan tanggung jawab ini hanya kepada ibu semata. Tetapi masyarakat secara keseluruhan, penguasa dan rakyat, bertanggung jawab di hadapan Allah atas hal ini. Seorang anak mungkin saja tumbuh dalam keluarga yang memegang teguh nilai-nilai Islam, sehingga anak terbentengi dari lagu-lagu tidak bermoral. Akan tetapi, begitu keluar ke jalanan, anak harus menghadapi badai gelombang lagu-lagu murahan sehingga ia pun secara tidak sengaja mesti mendengarnya.

Akhir-akhir ini, nasyid-nasyid islami khusus untuk anak sudah banyak tersebar. Nasyid-nasyid itu sesuai dengan psikologi masa kecil dan kemampuan seni anak-anak. Pada saat yang sama, nasyid-nasyid itu juga memiliki nilai kemerduan yang tinggi, mampu memperdalam nilai-nilai estetika anak, mengangkat daya rasa mereka, mengembangkan imajinasi mereka, menggerakkan perasaan mereka, serta memberi mereka warna suka-cita. Lebih dari itu semua, nasyid-nasyid tersebut dapat mendekatkan mereka kepada Allah dengan nilai-nilai iman yang terdapat di dalamnya.

Nasyid-nasyid seperti ini akan mendidik jiwa seni yang masih belum mengembang pada diri anak-anak. Ia dapat menggelorakan semangat mereka, meneguhkan jiwa keberanian di dalam diri mereka, mendorong mereka untuk memiliki kelembutan dan penuh kasih sayang dalam berinteraksi, serta membangkitkan emosi dan perasaan mereka yang baik. Nasyid-nasyid itu sekaligus juga menjadi sumber kebahagiaan dan kegembiraan hati mereka, baik mereka sekedar mendengarkan maupun langsung mendendangkannya. Nasyid-nasyid tersebut dapat menjadi sarana pendidikan moral dan emosional, juga sarana pendidikan dan pelatihan keterampilan motorik.

Adalah penting memenuhi keinginan anak untuk mendengarkan nada-nada merdu dan indah melalui lagu-lagu yang baik, serta menjauhkan telinganya dari suara lagu-lagu murahan. Dan ini dapat dilakukan dengan melatih anak mendengar suara-suara yang bersumber dari alam, ungkapan-ungkapan berirama, dan harmoni bahasa yang indah.

Ibu harus memilih lagu-lagu yang bertujuan menanamkan nilai-nilai kebaikan, kemuliaan, dan keberanian ke dalam jiwa anak. Juga bertujuan mengasah kata-kata dan kalimat anak, sehingga harus dipilihkan lagu-lagu yang dapat membantu anak dalam mengucapkan kata dengan benar. Selain itu, lagu yang dipilihkan juga hendaknya meningkatkan jiwa estetika anak, sekaligus meningkatkan pertumbuhan indrawi dan,perasaan anak.

Harus diingat pula, bahwa ibu mesti memilih lagu-lagu yang mengandung makna kebenaran, penuh humor dan optimisme, kata-katanya pun mudah dan tidak rumit, sehingga mudah dicerna oleh anak-anak. Selain itu, lagu-lagu itu haruslah bercerita tentang tema, nilai, karakter, dan nama-nama yang disukai oleh anak. Lebih dari itu, lagu untuk anak-anak harus mampu menebarkan harapan pada diri mereka, sekaligus menjauhkan mereka dari segala hal yang memancing kesedihan dan mengundang kemalasan.

[Sumber: Ensiklopedia Keluarga Muslim]

Artikel Terkait