Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. KELUARGA DAN MASYARAKAT
  4. Anak-Anak

Anak Usia Dini (2-6 Tahun)

Anak Usia Dini (2-6 Tahun)

Periode anak usia dini membentang dari awal tahun kedua hingga tahun keenam kehidupannya. Dalam fase ini, kesadaran anak mulai tumbuh menuju kemandirian, ciri-ciri utama kepribadiannya mulai tampak, dan ia mulai bergantung pada dirinya sendiri dalam berbagai aktivitas dan gerakannya dengan penuh kepercayaan dan spontanitas. Di antara ciri khas terpenting dari fase ini adalah:

· Berlanjutnya pertumbuhan anak secara cepat, walaupun dengan persentase yang lebih rendah daripada periode sebelumnya;

· Peningkatan kematangan motorik secara signifikan. Anak pada usia lima tahun tampak memiliki keserasian saraf otot pada otot-otot kecil di kedua tangan, di mana ia mampu menggunakan pena yang besar untuk menggambar garis lurus, lingkaran, dan segitiga;

· Pada periode ini, panca indra anak tumbuh hingga hampir mencapai titik sempurna, sehingga kekuatan pengamatannya pun mencapai tingkat yang signifikan;

· Kemampuan anak untuk fokus dan konsentrasi masih terbatas. Meskipun sudah bisa belajar dan mengamati dunia sekitarnya, tetapi anak masih tetap terkonsentrasi seputar dirinya, di mana ia tidak bisa melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, meskipun ia mampu membayangkan dan memikirkan benda-benda dan berbagai peristiwa;

· Anak pada fase ini mampu mengontrol proses pembuangan. Di samping juga mendapatkan beberapa keterampilan baru, memahami berbagai konsep sosial, serta dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk;

· Anak telah mulai belajar bahasa ibunya pada awal periode ini (usia 2-6 tahun), dan dapat memberi isyarat simbolik tentang sesuatu serta berpikir sederhana sebagai bentuk aktivitas nalarnya. Misalnya, anak mampu meniru suara binatang-binatang tertentu, seperti burung, kucing, anjing, ayam jantan, dan berbagai benda lain yang ada di sekelilingnya;

· Bersamaan dengan aktivitas belajar anak terhadap bahasa orangtuanya dan orang-orang di sekitarnya, meningkat pula kemampuannya meniru. Kemampuannya berbicara terus meningkat lebih cepat secara bertahap, sehingga ia dapat mengekspresikan kebutuhan dan emosinya dengan menggunakan kata-kata sederhana, sebagai ganti dari menangis;

Untuk memudahkan para pembaca, kami akan menyampaikan penjelasan ringkas seputar karakteristik pertumbuhan yang dilalui oleh anak pada periode ini dari beberapa aspek: Pertumbuhan fisik, pertumbuhan fisiologi, Pertumbuhan motorik, pertumbuhan indra, pertumbuhan emosi, perkembangan bahasa, perkembangan akal, dan perkembangan sosial.

Pertumbuhan Fisik pada Anak Usia Dini

Gigi: Gigi terus bermunculan, dan jumlah gigi susu ini akan sempurna antara tahun kedua dan ketiga. Gigi ini akan terus ada sampai tahun keenam atau ketujuh, hingga kemudian digantikan oleh gigi permanen. Walaupun demikian, gigi susu anak harus tetap mendapatkan perawatan medis supaya tidak mengalami kerusakan.

Kepala: Ukuran kepala anak pada akhir periode ini sampai pada ukuran seperti kepala orang dewasa. Walaupun demikan, ukuran kepala dan wajah masih lebih besar dibandingkan anggota badan yang lain, meskipun tingkat pertumbuhan kepala tergolong lebih lambat dibandingkan periode-periode sebelumnya.

Batang Tubuh: Batang tubuh tumbuh dalam kecepatan sedang, dan ia akan terus tumbuh sehingga tubuh anak semakin lurus dan kebundarannya semakin menyusut. Pada periode ini, anak mulai terbebas dari lemak-lemak yang berkumpul di tubuhnya pada periode-periode sebelumnya, dan hal ini terjadi melalui proses pembongkaran dan konstruksi pada jaringan lemak.

Tinggi: Tinggi badan anak pada akhir tahun ketiga mencapai sekitar 90 cm, kemudian perlahan-lahan meningkat secara relatif (6-7-8-9) cm selama tahun ke-3, ke-4, ke-5, dan ke-6. Pada fase ini, rata-rata tinggi badan anak lebih besar daripada berat badannya, dan anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan. Pada awal tahun ketiga, tinggi anak—baik laki-laki maupun perempuan—mencapai kurang lebih 84 cm. Dan pada akhir tahun kelima, tinggi rata-rata anak laki-laki mencapai 108 cm, dan tinggi rata-rata anak perempuan 107 cm. Pada akhir fase ini, tinggi anak mencapai dua kali panjang badannya saat lahir.

Berat: Berat badan anak meningkat rata-rata satu kilogram pertahunnya. Rata-rata berat badan lebih kecil daripada rata-rata tinggi badan, dan laki-laki lebih berat daripada anak perempuan. Berat rata-rata untuk anak laki-laki dan perempuan pada awal fase ini mencapai 12 kg. Pada akhir fase ini, berat rata-rata anak laki-laki mencapai 18 kg dan berat rata-rata anak perempuan 17,5 kg. Dan pada akhir fase ini, berat anak sudah mencapai tujuh kali lipat beratnya saat lahir.

Ibu harus menjaga kesehatan anak, serta memperhatikan gizi dan imunitasnya terhadap penyakit. Demikian juga, ibu harus memahami secara cukup persentase pertumbuhan anaknya. Di samping juga harus memperhatikan perawatan gigi, serta membantu dan mendorong anak untuk melakukan akitivitas yang sesuai dengan usianya.

Pertumbuhan Fisiologis pada Anak Usia Dini

Otak: Sistem saraf adalah perangkat tubuh anak yang paling aktif pertumbuhannya pada fase ini. Dengan anak mencapai usia tiga tahun, berat otaknya sudah mencapai sekitar 75% dari berat otak orang dewasa. Kulit otak pada periode ini mengalami pertumbuhan yang lebih maju. Bagian otak yang satu ini terdiri dari sejumlah besar serabut saraf, dan ia merupakan bagian otak yang paling cepat pertumbuhannya. Ia berkaitan dengan perilaku dan aktivitas mental. Bagian ini jugalah yang membantu anak dalam berpikir dan mendapatkan pengetahuan. Ini artinya bahwa perkembangan mental dan pengetahuan pada periode ini boleh jadi berkaitan erat dengan pertumbuhan kulit otak. Pada fase ini juga pengendapan jaringan lemak yang mengelilingi ujung sel saraf terus berlanjut sehingga menjadikan komunikasi sistem saraf dalam otak semakin mapan.

Pernapasan: Pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih lambat dari sebelumnya.

Jantung: Detak jantung semakin lambat dan menjadi relatif stabil, sementara tekanan darah meningkat secara konstan.

Lambung: Ukuran lambung semakin meningkat, sistem pencernaan anak sudah dapat mencerna makanan padat.

Pembuangan: Anak telah dapat mengontrol proses pembuangan dan membebaskan diri dari kotoran di dalam usus dan kandung kemihnya.

Tidur: Semakin bertambah usia anak semakin berkurang waktu tidurnya, sampai menjadi kira-kira 10 jam dalam sehari pada fase kanak-kanak akhir.

Ibu harus menciptakan suasana yang nyaman untuk membantu stabilitas jiwa anak, melalui kebiasaan-kebiasaan sehat dalam makan dan tidur, serta mengetahui penyebab hilangnya nafsu makan atau makan berlebihan.

Pertumbuhan Indra pada Anak Usia Dini

Persepsi: Anak pada awal periode ini masih belum dapat memahami hubungan ruang bagi segala sesuatu. Persepsinya tentang jarak, besar, bobot, dan angka masih belum akurat. Akan tetapi ketika usianya bertambah, anak akan dapat membedakan berbagai unsur rangsangan. Pada usia tiga tahun, ia dapat merespon seluruh rangsangan. Dan setelah itu, ia mulai dapat merespon bagian-bagian yang terpisah, dan ia masih mengalami kesulitan dalam membedakan antara bentuk dan bayangan dalam cermin.

Persepsi Tentang Waktu: Anak belum bisa memahami waktu selain waktu sekarang. Setelah itu, persepsinya tentang waktu akan bertambah hingga bisa memahami waktu esok dan masa depan pada usia tiga tahun. Adapun pada usia empat tahun, anak telah bisa memahami masa lalu, hari ini (masa sekarang), besok, dan kemarin. Pada usia lima tahun, anak telah memahami urutan peristiwa, serta memahami hari-hari dan hubungannya dengan pekan. Pada periode ini, anak masih tetap berkonsentrasi seputar dirinya.

Penglihatan: Pada fase ini, secara signifikan, kemampuan anak dalam melihat dan memfokuskan penglihatan semakin membaik. Ketika anak mencapai usia enam tahun, organ penglihatannya masih belum sempurna. Organ ini tidak akan sempurna kecuali setelah mencapai masa pubertas (balig). Ini berarti pertumbuhan mata masih terus berlanjut pada periode-periode berikutnya sampai mencapai taraf penglihatan yang jelas. Sebagian anak pada masa ini membutuhkan kacamata.

Pendengaran: Pendengaran anak berkembang dengan pesat. Dan dengan bertambahnya usia anak, jarang terjadi masalah pendengaran kecuali pada sebagian kecil anak dengan persentase tidak lebih 2%.

Ibu harus mengembangkan pertumbuhan indra anak dengan cara membantunya melakukan kontak langsung dengan alam luar melalui aktivitas berkunjung dan wisata, membiasakan anak mendengar suara-suara yang indah, dengan terus secara intens mengatasi masalah yang dialami oleh indra anak.

Pertumbuhan Emosional pada Anak Usia Dini

Perilaku Emosional: Perilaku emosional tumbuh secara bertahap pada periode ini dari reaksi umum kepada reaksi khusus. Respon emosional verbal akan menggantikan posisi respon emosional fisik. Emosi anak pada fase ini juga sangat kuat, berlebihan, beragam, dan kontradiktif. Fase ini pun disebut sebagai "Fase Ketidakseimbangan". Tanda-tanda kuatnya emosi anak muncul dalam bentuk temperamen yang keras, kekhawatiran yang berlebihan, dan kecemburuan yang kuat. Penyebab semua ini lebih bersifat psikologis daripada fisiologis, karena anak merasa memiliki kemampuan yang luar biasa. Selain itu, anak juga akan memberontak terhadap aturan-aturan yang dipaksakan oleh orangtuanya.

Emosi Cinta: Pada awalnya, cinta anak terkonsentrasi pada dirinya sendiri, di mana ia adalah obyek yang dicintai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Cintanya kepada orangtua tidak lain hanyalah untuk memancing cinta orangtua kepada dirinya, supaya mereka memenuhi semua keinginannya. Hal ini terjadi karena anak merasa memiliki kemampuan luar biasa, dan ia akan memberontak terhadap aturan-aturan yang dipaksakan oleh orangtuanya.

Takut: Penyebab rasa takut semakin bertambah pada fase ini karena kemampuan anak dalam menyadarinya juga bertambah. Secara bertahap, ia akan merasa takut kepada hewan-hewan, kegelapan, kegagalan, dan kematian. Ketakutan-ketakuran ini mungkin saja menjadi hambatan besar bagi berjalannya pertumbuhan anak secara sehat.

Marah: Pada periode ini, mulai terlihat pada diri anak adanya gejolak amarah yang disertai dengan protes melalui ucapan, kadang-kadang balas dendam, dan disertai juga sikap keras kepala, ngotot, dan agresif, terutama ketika ia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

Mimpi Buruk: Mimpi buruk akan menghantui anak pada periode ini dangan porsi yang relatif lebih besar daripada periode-periode lain. Tidurnya juga sering terganggu.

Kecemburuan: Anak akan merasa cemburu ketika kelahiran bayi baru. Hal ini terjadi karena bergesernya perhatian dari dirinya, padahal sebelumnya ia merupakan pusat perhatian.

Ekspresi Emosional: Anak menemukan banyak tempat unuk mengekspresikan kehidupan emosionalnya, seperti mimpi dan bermain yang dapat mengurangi gejolak emosinya. Pada saat yang sama, mimpi dan bermain juga merupakan sarana yang baik untuk mendeteksi emosi anak bahkan untuk mengobatinya.

Kewajiban ibu adalah menyelimuti anaknya dengan kehangatan dan kasih sayang, mengajarnya bagaimana mengontrol emosi pada usia dini ini, serta melindunginya dari sumber-sumber rasa takut. Akan tetapi, ibu hendaknya tidak menggunakan hukuman fisik sebagai alat untuk mengontrol emosi, tidak memaksakan perintah dan larangan kepadanya, dan tidak membebaninya dengan pekerjaan yang tidak mampu ia lakukan. Ibu juga harus berbuat adil kepada anak-anaknya supaya tidak terlahir perasaan cemburu, iri hati, dan kebencian antara sesama mereka.

Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini

Kecepatan Pertumbuhan: Periode ini merupakan salah satu periode perkembangan bahasa tercepat pada anak, baik dari segi penyerapan maupun pengucapan dan pemahaman. Ada hubungan erat antara kemampuan anak berbicara dengan kemampuannya untuk berjalan. Semakin mampu anak berjalan dengan baik, akan semakin baik pula kemampuannya untuk berbicara dan mendapatkan banyak kata-kata.

Aspek-aspek Perkembangan Bahasa: Di antara aspek perkembangan bahasa anak pada periode ini adalah: kejelasan, ketepatan ungkapan, pemahaman, pengucapan yang membaik, hilangnya gaya ucapan kanak-kanak, peningkatan pemahaman terhadap perkataan orang lain, kemampuan mengartikulasikan kebutuhan dan pengalaman, kemampuan untuk merumuskan kalimat yang benar dan panjang, serta penggunaan kata ganti dan waktu.

Fase-fase Perkembangan Bahasa: Ekspresi bahasa pada anak-anak melewati dua fase: Pertama, fase kalimat-kalimat pendek berisi 3 sampai 4 kata yang mengandung makna tertentu, meskipun belum terlalu benar secara struktur linguistik. Kedua, fase kalimat sempurna, di mana kalimat terdiri dari 4 sampai 6 kata, dan merupakan kalimat sempurna serta lebih kompleks dalam pengungkapannya.

Kemampuan Berkomunikasi: Meskipun anak telah mampu berbahasa pada periode ini, namun masih menderita kekurangan dalam hal kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Kewajiban ibu pada fase ini adalah tidak memperdengarkan kata-kata kotor kepada anaknya. Sebaliknya, ibu harus memberikan contoh-contoh perkataan yang baik. Ibu juga dapat berbicara dengan anak melalui cerita-cerita. Selain itu, ibu juga harus senantiasa melatih anak untuk berbicara.

Perkembangan Mental pada Anak Usia Dini

Konsepsi: Pada periode ini terbentuklah berbagai konsep pemahaman pada anak, seperti konsep tentang waktu, ruang, luas, jumlah, dan juga mengenali bentuk-bentuk geometris. Sebagian besar konsep yang bisa dimengerti oleh anak bersifat indrawi. Adapun konsep-konsep yang abstrak belum bisa ia pahami kecuali pada periode berikutnya.

Kecerdasan: Pertumbuhan kecerdasan anak semakin meningkat. Anak sudah dapat melakukan generalisasi, tetapi masih dalam batas-batas yang sempit. Jean Piaget berpendapat bahwa kecerdasan pada periode ini bersifat konseptual dengan menggunakan bahasa secara jelas. Kecerdasan ini berkaitan dengan konsep-konsep dan persepsi yang umum.

Belajar: Kemampuan anak untuk belajar semakin meningkat melalui pengalaman dan trial and error. Juga melalui praktek dan belajar dari pengalaman masa lalu.

Perhatian: Anak pada awal periode ini masih belum bisa fokus dan perhatian. Tetapi setelah itu, kemampuan memperhatikan (konsentrasi) ini akan meningkat.

Fantasi: Periode ini secara umum ditandai dengan kecenderungan bermain fantasi atau khayalan. Imajinasi anak mengalahkan realita. Oleh karena itu, pada periode ini, anak-anak sangat suka bermain boneka dan meniru orang dewasa, serta berusaha memerankan beberapa peran sosial dalam permainannya.

Ingatan: Anak lebih mudah mengingat ungkapan-ungkapan yang dipahami daripada ungkapan-ungkapan yang tidak dipahami. Ia juga dapat mengingat nama-nama orang, tempat, dan benda-benda.

Berpikir: Proses berpikir pada periode ini disebut sebagai "fase pra-operasi" yang terbagi menjadi dua bagian:

(a) Masa pra-konsep, mulai dari umur 2 hingga 4 tahun. Pada fase ini pada diri anak terlihat kecenderungan fokus terhadap diri sendiri, dalam arti bahwa ia tidak dapat mengambil sudut pandang orang lain dalam menilai atau memahamai segala sesuatu.

(b) Fase berpikir intuitif, mulai dari umur 4 hingga 7 tahun. Pada fase ini, anak terlepas dari beberapa kekurangan pada fase sebelumnya. Ia bergantung pada intuisi umum yang tidak jelas rinciannya. Pemikiran anak pada fase ini lebih banyak bergantung kepada indera dan imajinasinya daripada aspek yang lain.

Kewajiban ibu pada fase ini adalah menyediakan suasana yang kondusif untuk perkembangan akal anaknya. Ibu harus memberi kesempatan kepada anak untuk menemukan dan mencoba, serta berusaha menjawab semua pertanyaan-pertanyaannya sesuai dengan perkembangan akalnya. Ibu juga dapat mengembangkan hobi-hobi anak seperti menggambar dan bermain yang berkontribusi untuk mengembangkan jiwa inovatif anak.

Perkembangan Motorik pada Anak Usia Dini

Pertumbuhan Otot: Pada fase ini, anak telah mampu mengontrol otot-otot besar, dan secara bertahap dapat mengendalikan otot-otot kecilnya. Anak memperoleh keterampilan gerak baru, seperti lari, melompat, memanjat, bersepeda, serta gerakan-gerakan tangan yang terampil, seperti menggambar dan menulis. Jenis keterampilan yang dipelajari oleh anak tergantung pada tingkat kematangan dan bakatnya, kesempatan yang tersedia untuk mempelajarinya, serta bimbingan yang ia dapatkan untuk menguasainya. Pengalaman membuktikan bahwa anak-anak yang tinggal di lingkungan miskin biasanya mendapatkan keterampilan lebih awal daripada anak-anak yang hidup dalam lingkungan yang kaya. Selain itu, terdapat beberapa perbedaan individual antara anak laki-laki dengan anak perempuan dalam model keterampilan gerak yang dimiliki. Dan itu disebabkan oleh proses pembentukan stereotip jenis kelamin.

Menulis: Pada akhir periode ini, anak sudah dapat menggambar garis horizontal dan vertikal, serta bentuk-bentuk gambar sederhana. Anak juga sudah dapat membentuk beberapa model gambar dengan menggunakan tanah liat. Melalui proses pelatihan, anak akan dapat menulis dan melukis dengan baik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik: Di antara faktor paling penting yang mempengaruhi perkembangan motorik anak pada periode ini adalah kondisi fisik anak, kesehatannya secara umum, dan kapasitas akalnya. Di samping juga keadaan psikologisnya, faktor lingkungannya; apakah miskin atau kaya, faktor kehidupan sosialnya, proses pembentukan stereotip maskulinitas dan feminimitas, serta peluang dan kesempatan belajar.

Kewajiban ibu adalah mendorong anaknya untuk bergerak dan aktif, serta mengajarkannya berbagai keterampilan, seperti menggambar dan membentuk pola-pola tertentu dengan tanah liat. Terkhusus belajar menulis, ibu tidak boleh memaksa anak untuk mempelajarinya. Kesempatan untuk itu biasanya tersedia di sekolah-sekolah TK modern, di mana anak akan mendapatkan banyak peluang untuk belajar berbagai keterampilan motorik dan mental.

Pertumbuhan Sosial pada Anak Usia Dini

Interaksi Sosial: Dengan semakin meluasnya dunia anak, lingkaran relasi dan interaksi sosial anak juga akan semakin meluas di dalam keluarga dan di kelompok teman sebayanya. Anak-anak akan semakin banyak membaur ke dalam berbagai kegiatan, belajar berbagai kata dan konsep-konsep baru, serta terjun mengarungi beragam pengalaman baru pula. Semua itu akan membuatnya siap untuk berpindah dari seorang makhluk biologis menjadi makhluk sosial.

Pertumbuhan Perilaku Moral: Selama periode ini, anak akan menyerap nilai-nilai, norma-norma, dan kecenderungan perilaku orangtuanya. Ini adalah konsekuensi dari berbagai variabel kehidupan sosial yang ia hadapi, seperti penghargaan, hukuman, tradisi, persatuan, dan sebagainya.

Persahabatan: Pada fase ini, anak sudah mampu bersahabat, bermain, dan berbicara dengan orang lain. Kesuksesannya dalam berinteraksi sosial di luar rumah tergantung pada jenis pengalaman yang ia terima dari pendidikan orangtuanya.

Kerjasama: Fenomena kelompok akan muncul dalam kehidupan anak. Dari sini, ia akan menyadari keberadaan orang lain.

Kepemimpinan: Jiwa kepemimpinan anak pada periode ini bersifat sementara, ia muncul dan kemudian tenggelam. Ketika anak berada di ambang masuk sekolah, tanda-tanda kepribadiannya telah muncul dengan berbagai karakteristik dan sifatnya. Karena itu, kita menemukan bahwa sebagian anak memiliki kecenderungan memimpin, sebagian yang lain suka mencari perhatian, dan sebagian lagi lebih suka menyendiri.

Status Sosial: Periode ini merupakan tahun-tahun krusial dalam proses normalisasi sosial anak. Kualitas dan kuantitas perilaku sosial anak tergantung pada pengalaman anak dan kondisi lingkungan yang dihadapinya, serta hubungannya dengan lingkungan itu. Termasuk di dalamnya perilaku memimpin, mengontrol, ketergantungan, dan adaptasi sosial.

Perilaku Anak: Anak mulai mempelajari perilaku moral. Pada dirinya juga akan tampak perilaku keras kepala dan ketidaktaatan guna menarik perhatian orang lain. Selain itu, terdapat perbedaan-perbedaan individual antara anak laki-laki dengan anak perempuan dari sisi perilaku. Anak laki-laki cenderung untuk merusak, sementara anak perempuan cenderung keras kepala. Problem perilaku tampak melalui fenomena mengompol, merusak, dan gejolak amarah.

Kompetisi: Anak memiliki kecenderungan untuk bersaing, dan itu terlihat pada usia tiga tahun, lalu mencapai puncaknya pada usia lima tahun.

Keras kepala: Keras kepala anak akan berada pada puncaknya sampai usia empat tahun. Hal ini tercermin pada ketidakpatuhan terhadap aturan keluarga dan otoritas orang dewasa. Jika sistem pendidikan yang diterapkan bersifat otoriter dan menghukum, itu akan membuat berkembangnya perilaku pembangkangan anak, di samping juga memicu munculnya prilaku agresif dan kecenderungan menarik diri.

Kemandirian: Pada fase ini, anak cenderung untuk mandiri dalam beberapa hal, seperti makan dan berpakaian. Hanya saja, ia masih sangat tergantung kepada orang lain. Kemandirian ini tidak terjadi pada semua anak, karena tetap ada perbedaan-perbedaan individual dan keragaman karakter kepribadian.

Kewajiban ibu adalah mengajarkan anak berperilaku sosial, seperti kerjasama dan menghargai orang lain. Ibu harus mengajarkannya memainkan peran sosial yang sesuai dengan fase usianya, serta berusaha mendesain suasana sosial yang dapat memenuhi kebutuhan anak akan perawatan dan penerimaan orang lain. Ibu juga hendaknya lebih menggunakan metode reward (memberi hadiah) daripada punishment (menghukum) sebagai sarana perbaikan perilaku anak. Di samping harus menjauhi tindakan otoriter dan diktator dalam mendidik, agar di dalam diri anak terbentuk perasaan positif terhadap dirinya.

[Sumber: Ensiklopedia Keluarga Muslim]

Artikel Terkait