Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. KELUARGA DAN MASYARAKAT
  4. Anak-Anak

Metode Mendidik Anak (Bag. 5)

Metode Mendidik Anak (Bag. 5)

Urgensi Perhatian dalam Mendidik Anak

Banyak ibu yang melakukan kesalahan dengan meninggalkan anak-anak mereka bersama baby sitter atau orang lain yang menggantikan mereka dalam mendidik dan mengurus anak mereka. Ini sering terjadi pada para wanita karir yang menggeluti profesi tertentu, sehingga meninggalkan buah hati mereka menjadi mangsa bagi berbagai penyelewengan dan kesesatan. Mereka lupa bahwa perhatian dan pengawasan terhadap anak merupakan salah satu asas pendidikan yang paling utama, dan bahwa anak harus selalu diletakkan di bawah mikroskop perhatian dan bimbingan, di mana ibu dapat meneropong segala gerak-gerik, perbuatan, dan arah pergaulan anak. Jika ibu melihat anak melakukan kebaikan, ia harus memotivasi dan mendorongnya, dan jika ibu melihatnya melakukan keburukan, maka ia mesti segera mencegahnya seraya menerangkan segala akibat buruk dan bahaya perbuatan itu.

Adalah kewajiban ibu untuk memperhatikan siapa saja yang menjadi teman anak-anaknya, karena teman dan sahabat memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kepribadian anak. Betapa banyak anak-anak yang menempuh jalan kenistaan karena pengaruh teman-teman yang berakhlak buruk. Oleh karena itu, ibu harus berperan dalam memilihkan teman-teman yang baik bagi anaknya, serta selalu menasihati anak agar tidak berteman dengan teman-teman yang berakhlak tercela.

Banyak sekali hadits Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—yang memerintahkan kita untuk membimbing dan memperhatikan anak. Di antaranya adalah sabda beliau, "Seorang laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya, dan ia akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang perempuan adalah pemimpin di dalam rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga bersabda, "Sesungguhnya Allah akan memintai pertanggungjawaban setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaga ataukan menyia-nyiakannya." [HR. An-Nasâ'i dan Ibnu Hibbân]

Peran Cerita dalam Pendidikan Anak

Para pakar pendidikan sepakat bahwa cerita adalah model sastra yang paling hidup serta penuh gambaran konkrit dan daya tarik bagi anak. Di samping dapat memenuhi kebutuhan anak untuk mengetahui dan mempelajari sesuatu, cerita juga merupakan sarana pendidikan yang sangat efektif. Karena demikian menariknya metode cerita ini, Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—pun mendidik Rasul-Nya dengan kisah-kisah. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan semua kisah rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu." [QS. Hûd: 120]

Cerita dalam dunia pendidikan merupakan sarana pendidikan bersifat mental yang mengajarkan akidah Islam serta akhlak-akhlak mulia sejalan dengan tingkat pengetahuan anak secara bertahap dan berkembang. Kita bisa mengajarkan anak-anak kita akhlak mulia dengan menceritakan kepada mereka kisah-kisah yang cocok, terutama kisah para nabi—`Alaihimus salâm. Jalan cerita dan karakter-karakter pelaku kisah itu dapat sangat membantu anak dalam memahami kehidupan, sehingga mereka pun mengikuti jalan para pelakunya di dunia dengan sukses. Dan perlu diingat, ibu tidak akan dapat menggunakan cerita sebagai sarana pendidikan yang efektif kecuali jika disampaikan dalam suasana yang penuh kehangatan antara ibu dan anak.

Perumpamaan dan Pengaruhnya dalam Pendidikan Anak

Anak tidak dapat memahami hal-hal abstrak yang tidak dapat ditangkap indra kecuali dengan cara memberikan perumpamaan sebagai sarana pendekatan makna ke dalam pikirannya. Wasilah ini selain dapat mendekatkan makna kepada pikiran anak, pada saat yang sama juga dapat mendidik akal anak untuk berpikir dan beranalogi secara benar. Selain juga mempengaruhi emosionalnya, sehingga keinginannya tergerak untuk melakukan kebaikan dan menghindari kemungkaran.

Al-Quranul Karim banyak menggunakan perumpamaan dalam mendidik umat Islam, guna memperkuat daya pengaruhnya dan mendekatkan makna kepada pemahaman. Allah—Subhânahu wata`âlâ—misalnya berfirman (yang artinya): "Perumpamaan orang-orang yang dibebankan kepada mereka kitab Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya (tidak mengamalkan isinya) adalah seperti keledai yang membawa Kitab-Kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu, dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim." [QS. Al-Jumu`ah: 5]

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga menggunakan metode perumpamaan ini dalam mendidik kaum muslimin. Sebuah hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya—bahwa ia mendengar Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tidakkah kalian melihat jika di depan pintu rumah kalian terdapat sungai yang di sana kalian mandi lima kali dalam sehari, apakah masih akan tersisa daki di tubuh kalian?" Para shahabat menjawab, "Tidak!" Kemudian beliau bersabda, "Demikian juga dengan shalat lima waktu, Allah menghapus dengannya dosa-dosa." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Peran Nasihat dalam Mendidik Anak

Arahan dan nasihat merupakan salah satu metode pendidikan efektif yang digunakan olah Islam dan masih tetap digunakannya sampai sekarang dalam mendorong kaum muslimin untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Metode ini bisa digunakan untuk menggerakkan hati anak dan mendidik emosinya agar mencintai perbuatan mulia dan membenci perilaku tercela. Metode ini juga dapat digunakan untuk memantapkan akidah Tauhid dan ketundukan kepada syariat Allah serta kepatuhan terhadap segala perintah-Nya.

Ibu harus memberikan nasihat serta arahan kepada anaknya. Dan lebih dianjurkan itu dilakukan dengan cara tidak langsung, melalui kisah atau cerita yang darinya anak dapat menarik pelajaran saat ia menikmati alur-alur cerita itu.

Lebih diutamakan juga menggunakan kisah-kisah Al-Quran dan kisah-kisah yang terdapat dalam hadits Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam. Tentunya dengan menggunakan metode yang mudah, sehingga dapat dipahami oleh anak. Sebagai contoh, kisah Nabi Ismâ'îl—`Alaihis salâm, kisah para pemilik kebun, kisah Nabi Yûsuf—`Alaihis salâm, dan lain-lain. Dari hadits Nabi misalnya: kisah tiga orang yang terperangkap di dalam goa, kisah seorang anak dan tukang sihir, dan banyak lagi kisah yang lainnya. Di samping itu, juga ada buku-buku yang memuat berbagai kisah perjalanan hidup orang-orang shalih. Misalnya kisah perempuan penjual susu, atau kisah keberanian anak kecil bernama Az-Zubair ibnul 'Awwâm di hadapan Umar ibnul Khaththâb yang lewat di dekatnya.

Bukan hanya keluarga yang bertanggung jawab mendidik dan membina anak. Akan tetapi ada pihak-pihak lain yang ikut bertanggung jawab terhadap tugas besar ini. Sekolah-sekolah TK di zaman kita sekarang merupakan pangkalan asasi dalam mengajar dan mendidik anak. Para pakar menegaskan bahwa pendidikan anak menjadi sulit pada berbagai fase pertumbuhannya lantaran pengabaian terhadap pendidikannya ketika berada di usia TK. Mereka menyarankan, agar pertumbuhan anak berjalan lancar dan pendidikan mereka di masa mendatang menjadi baik, harus ada proses awal yang benar, dengan cara membimbing dan menyiapkan mereka semenjak dini.

Sekolah juga memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Yaitu dengan cara mengedepankan metode pendidikan yang berdiri di atas dasar ilmu. Peran sekolah merupakan penyempurna bagi peran keluarga, karena sekolah akan mempersiapkan anak untuk menghadapi beban kehidupan, dan ia sangat berperan besar dalam mencetak pejuang-pejuang masa depan.

Media informasi juga ikut serta bersama orang tua dalam mendidik anak-anak. Dengan segala karakteristik dan kemampuannya, media ikut bersaham dalam mengarahkan anak dan menciptakan pola pikir tertentu dalam diri mereka. Tidak seorang pun yang membantah besarnya peran yang dimainkan oleh media-media informasi ini dalam rangka mendidik karakter anak, baik medianya berbentuk audio, visual, maupun cetak. Salah satu jenis media ini yaitu televisi bahkan telah mendapat gelar sebagai orang tua ketiga, disebabkan panjangnya waktu yang dihabiskan oleh anak di depannya. Peran yang sama juga dimainkan oleh media-media informasi lainnya, seperti radio, koran, bioskop, teater, serta buku-buku dengan berbagai macamnya.

Selain itu, ada juga lembaga-lembaga sosial yang mengambil peran penting dalam mendidik anak, seperti klub-klub olah raga dan lain sebagainya. Oleh karena itu, proses pendidikan tidak akan memberikan buahnya secara sempurna kecuali dengan upaya maksimal dan kerjasama yang erat antara keluarga dan lembaga-lembaga pendidikan yang lain itu.

Artikel Terkait