Jika Anda Ingin Bahagia

06/07/2023| IslamWeb

Apakah Anda ingin berbahagia melihat catatan amal Anda pada hari Kiamat kelak? Sungguh tidak ada seorang pun di antara kita—sebagai hamba-hamba Allah yang banyak dosa dan zalim terhadap diri—kecuali ingin berbahagia melihat catatan amalnya pada hari Kiamat nanti. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "(Yaitu) hari di mana harta dan anak-anak tidak lagi berguna,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." [QS. Asy-Syu`arâ': 88-89]

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda, "Barang siapa yang ingin berbahagia dengan catatan amalnya hendaklah ia memperbanyak membaca istighfâr." [HR. Al-Baihaqi; menurut Al-Albani: hasan]. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—juga bersabda, "Sesungguhnya Syetan berkata, 'Demi kemuliaan-Mu, wahai Tuhan, aku senantiasa akan menggelincirkan hamba-hamba-Mu selama ruh mereka masih ada di dalam jasad-jasad mereka'. Tuhan pun berfirman (yang artinya): 'Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepada-Ku'." [HR. Ahmad]

Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya):

·    "Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah maha pengampun lagi maha penyayang." [QS. An-Nisâ': 110]

·    "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui." [QS. Âli 'Imrân: 135]

·    "(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur (dinihari)." [QS. Âli 'Imrân: 17]

·     "Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang engkau berada di tengah mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun." [QS. Al-Anfâl: 33]

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda:

·      "Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfâr (meminta ampun) dan bertobat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali." [HR. Al-Bukhâri]

·   "Demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, seandainya kalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan kalian, lalu mengganti kalian dengan umat yang berbuat dosa, kemudian mereka memohon ampun kepada Allah, dan Allah pun mengampuni mereka." [HR. Muslim]

·       "Beruntunglah orang yang mendapatkan di dalam catatan amalnya istighfar yang banyak." [HR. Ibnu Mâjah dengan sanad yang shahih; menurut Al-Albani: shahih]

Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—juga berfirman (yang artinya):"Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia adalah maha pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat,dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, serta mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai." [QS. Nûh: 10-12]

Dalam hadits-hadits yang lain, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda:

·     "Barang siapa yang mengucapkan: 'Astaghfirullâhal ladzî lâ Ilâha illâ Huwal Hayyul Qayyûmu wa atûbu ilaihi (aku memohon ampun kepada Allah, Dzat yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, Yang Mahahidup dan terus mengurus makhluk-Nya, dan aku bertobat kepada-Nya)', maka ia pasti akan diampuni, walaupun ia pernah lari dari medan pertempuran." [HR. Abu Dâwûd]

·    "Penghulu Istighfâr (istighfâr yang paling baik) adalah dengan mengucapkan: 'Allahumma Anta Rabbî lâ Ilâha illa Anta khalaqtanî wa anâ `abduka wa ana `ala `ahdika wa wa`dika mastatha`tu, a`ûdzu bika min syarri mâ shana`tu abû'u laka bidzanbi wa abû'u laka bini`matika `alayya faghfirlî fa innahû lâ yaghfirudz dzunûba illâ Anta (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu, dan aku mengakui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau)'. Jika seseorang mengucapkan zikir ini di waktu siang dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal dunia pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni Surga. Dan jika ia membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal dunia sebelum masuk waktu pagi, maka ia juga termasuk penghuni Surga." [HR. Al-Bukhâri]

·    Hadits lain diriwayatkan dari Aisyah—Semoga Allah meridhainya—bahwa ia berkata, "Sebelum wafat, Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—memperbanyak membaca: 'Subhânallâh wa bihamdihî astaghfirullâh wa atûbu ilaihi (mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya, aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya)'." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

·       Dalam sebuah Hadits Qudsi, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "AllahSubhânahu wa Ta`âlâberfirman (yang artinya): 'Wahai anak Adam, tidaklah engkau berdoa dan berharap kepada-Ku melainkan Aku ampuni dosa yang ada pada dirimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai awan di langit (karena banyaknya), kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan (dosa) sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi pula." [HR. At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan]

·   "Sungguh kegembiraan Allah karena tobat hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian yang menaiki tunggangannya di sebuah padang pasir yang luas, lalu tiba-tiba hewan itu lepas, padahal di atasnya ada makanan dan minumannya. Ia pun merasa putus asa untuk dapat menemukan hewan itu kembali, sehingga ia berbaring di bawah sebuah pohon dengan membawa perasaan putus asa itu. Namun di saat ia berada dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba ia melihat untanya sudah berdiri di sampingnya. Ia pun segera mengambil tali kekangnya, kemudian karena saking gembiranya, ia berseru, 'Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu'. Ia sampai salah berdo'a karena demikian gembiranya." [HR.Muslim]

·     "Dahulu, ada seorang hamba yang telah berbuat dosa. Setelah itu, ia berdoa dan bermunajat, 'Ya Allah, ampunilah dosaku!' Allah—Subhânahu wata`âlâ—lalu berfirman (yang artinya): 'Sesungguhnya hamba-Ku mengaku telah berbuat dosa, dan ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa atau menyiksa hamba-Nya karena dosa itu.' Kemudian orang itu berbuat dosa lagi dan kembali berdoa, 'Ya Allah, ampunilah dosaku!' Allah—Subhânahu wata`âlâ—juga berfirman (yang artinya): 'Hamba-Ku telah berbuat dosa, dan ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa atau menyiksa hamba-Nya karena dosa itu. Oleh karena itu, berbuatlah sekehendakmu, karena Aku pasti akan mengampunimu (jika engkau bertobat)'." [HR. Muslim]

Kita berharap semoga Allah menjadikan kita, kedua orang tua kita, anak cucu kita, dan seluruh saudara-saudara kita sesama muslim tergolong kepada hamba-hamba Allah yang selalu meminta ampun kepada-Nya di siang dan malam hari, secara tersembunyi maupun terang-terangan. Semoga Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—mengampuni kita semua. "Wahai Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman, dan semua orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan untuk orang-orang yang lalim itu selain kebinasaan." [QS. Nûh: 28]

Oleh: Nayîf ibnu Mamdûh

 

 

www.islamweb.net