Latihan Gratis di Bulan Ramadhân

| IslamWeb

Sudah menjadi sebuah aksioma bagi mayoritas pakar ilmu kejiwaan dan akhlak, bahwa kecerdasan emosional jauh lebih penting daripada kecerdasaan akademik. Artinya, orang-orang yang mampu mengelola emosi dan menahan segala dorongan keinginan mereka secara baik, biasanya lebih unggul di segala bidang kehidupan dan memiliki peluang lebih besar untuk sukses. Adapun orang-orang yang tidak mampu mengendalikan emosi dan keinginan mereka, biasanya akan menghadapi berbagai gejolak internal yang menghancurkan kemampuan mereka untuk berpikir sehat dan fokus dalam bekerja. Oleh karenanya, sekian banyak pelatihan dan simposium diselenggarakan di berbagai negara untuk menyuguhkan berbagai strategi dalam metode pengembangan kecerdasan emosional ini.

Kita sebagai umat Islam di semua negara muslim sangat beruntung karena kita sudah menerapkan pelatihan wajib seperti itu setiap tahun dengan gratis. Suatu pelatihan yang menempa kecerdasan emosional kita melalui metode terbaik. Karena latihan menunda pemenuhan syahwat perut (lapar dan haus) sebagai dorongan biologis terkuat dalam tubuh manusia, dipandang sebagai usaha yang paling banyak berkontribusi dalam meningkatkan kecerdasan emosional manusia. Urgensi latihan ini terdapat dalam kesiapan setiap pribadi untuk menunda keinginan nafsu terkuatnya itu. Sisi ini saja sudah cukup untuk melatih pribadi manusia dalam menghadapi semua praktik kehidupan yang begitu banyak menuntut penundaan keinginan. Frustasi merupakan ciri yang mendasar dalam mayoritas realita hidup manusia, karena angin kehidupan sering bertiup ke arah yang tidak sejalan dengan apa yang diinginkan nahkoda. Sehingga adalah mustahil membayangkan bahwa setiap orang berhasil mewujudkan semua yang diinginkannya di dalam hidup. Fakta ini membuatnya harus berhadapan dengan rasa frustasi yang terkadang berefek buruk kepada kesehatan jiwa. Oleh karenanya, latihan menghadapi rasa frustasi adalah cara efektif untuk membentuk pribadi manusia yang senantiasa stabil dan tegar. Puasa, baik yang wajib maupun sunnah, hadir sebagai salah satu unsur yang memiliki andil dalam membentuk kepribadian manusia agar mampu menghadapi tekanan dan kegagalan hidup secara tenang dan elastis.

Adapun bentuk latihan lain dari puasa ini adalah menanamkan kepekaan terhadap kondisi orang lain, sekaligus menumbuhkan rasa empati yang dianggap sebagai salah satu parameter yang membedakan antara pribadi normal dengan pribadi abnormal. Rasa lapar dan dahaga dapat membentuk pribadi yang peka terhadap kesusahan orang lain, dan selanjutnya tergerak untuk membantu mereka. Kepekaan ini sudah cukup melatih pribadi seseorang untuk membatasi egoisme dirinya, sekaligus menuntunnya untuk berpikir tentang orang lain. Suatu kondisi yang tentu akan memperkuat kesehatan jiwanya dan meningkatkan perangkat kecerdasaan emosionalnya.

Kami juga tidak lupa menyebutkan faedah lain dari praktik menahan diri yang dilakukan dalam puasa, yaitu: mengatur libido seksual dan menundukkan gejolak amarah. Hal itu dapat dilihat dalam anjuran kepada orang yang berpuasa untuk mengatakan (kepada orang yang mengganggunya): "Ya Allah, aku sedang berpuasa."

Mungkin tidak ada kecerdasaan psikologis yang lebih penting daripada kemampuan melawan dorongan-dorongan nafsu itu, karena ia merupakan dasar dalam usaha mengontrol emosi. Membebani diri dengan menunda keinginan syahwat dan menolak hentakan nafsu demi mewujudkan tujuan tertentu merupakan inti dari kemampuan diri dalam mengelola dorongan-dorongan emosional.

Setelah penjelasan di atas, apakah ada yang kira-kira mampu menyaingi madrasah Ramadhân dalam usaha melatih kecerdasan emosional?

Oleh: Lama Al-Ghayîni.

www.islamweb.net