Islam Web

  1. Ramadhan
  2. Teladan & Keutamaan

Keutamaan Puasa Sunnah

Keutamaan Puasa Sunnah

Diriwayatkan dari Abu Umâmah—Semoga Allah meridhainya—ia berkata, "Aku pernah mendatangi Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—dan berkata, 'Perintahlahkanlah kepada saya sesuatu yang akan saya jadikan pegangan dari Anda!' Beliau bersabda, 'Hendaklah engkau berpuasa, karena ia tidak mempunyai bandingan."

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Abu Umamah bertanya kepada Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Amalan apakah yang paling utama?" Rasulullah menjawab, "Hendaklah engkau berpuasa, karena ia tidak mempunyai bandingan." Perawi berkata, "Semenjak itu, tak pernah terlihat asap api di rumah Abu Umâmah pada siang hari, kecuali jika mereka kedatangan tamu. Jika orang-orang melihat asap (di rumah Abu Umâmah) pada siang hari, mereka mengetahui bahwa ada tamu yang datang."

Dalam riwayat lain Abu Umâmah berkata, "Wahai Rasulullah, perintahkanlah saya dengan suatu amalan." Lalu Rasulullah bersabda, 'Hendaklah engkau berpuasa, karena ia tidak memiliki bandingan.' Perawi berkata, "Setealah itu Abu Umâmah, istrinya dan pembantunya tidak pernah terlihat melainkan berpuasa. Perawi berkata, "Dan kalau terlihat asap di rumah mereka, dikatakan bahwa mereka sedang kedatangan tamu." Ia berkata, "Itulah yang kami lakukan dalam waktu yang lama, hingga aku mendatangi Rasulullah dan berkata, 'Wahai Rasulullah, Anda telah memerintahkan kami untuk berpuasa, maka saya berharap Allah memberkahi kami dengannya. Wahai Rasulullah, perintahkanlah saya dengan amalan yang lain!' Lalu beliau bersabda, 'Ketahuilah, tidaklah engkau sujud satu kali sujud kepada Allah melainkan Allah akan mengangkat satu derajat bagimu dengannya dan menggugurkan satu dosa." [HR. An-Nasâ'i, Ahmad. Menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibbân dan Al-Hâkim: Shahih].

Kandungan dan Hukum

Pertama: Semangat para shahabat untuk menanyakan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka di Akhirat.

Kedua: Puasa adalah salah satu amal ibadah yang paling utama. Hadits ini menunjukkan bahwa puasa adalah yang paling utama. Sementara terdapat riwayat lain yang menerangkan bahwa ibadah yang paling utama adalah shalat, yaitu hadits: "Ketahuilah bahwa amalan kalian yang paling utama adalah shalat." Makna yang zahir adalah, bahwa keutamaan di sini adalah sesuai dengan kondisi masing-masing orang. Bisa jadi puasa adalah yang paling utama bagi sebagian orang, karena ia dapat mejaganya dari syahwat yang diharamkan dan menjernihkan hatinya untuk menyembah Allah—Subhânahu wata`âlâ. Dan shalat lebih utama bagi orang yang lain, karena mungkin badan mereka tidak kuat untuk berpuasa, atau dengan berpuasa ia menjadi lemah dalam menjalankan kewajiban yang lain. Ibnul Qayyim—Semoga Allah merahmatinya—berkata, "Barang siapa yang dikuasai oleh syahwatnya terhadap perempuan, maka puasanya adalah amalan yang paling afdhal baginya dari amalan-amalan yang lain."

Ketiga: Sesungguhnya puasa adalah sarana untuk memangkas dorongan-dorongan syahwat yang merupakan penyebab dosa dan menjauhi ketaatan. Para pemuda yang tidak memiliki biaya untuk menikah dan khawatir terjerumus ke dalam perkara haram diperintahkan untuk berpuasa. Oleh karena itu, ibadah ini tidak memiliki bandingan pada sisi ini.

Keempat: Pelaksanaan Abu Umâmah dan keluarganya terhadap perintah Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—kepada mereka untuk berpusa. Hal ini menunjukkan tanggapnya para shahabat dalam menjalankan ajaran Syariat yang lurus.

Kelima: Disyariatkannya memuliakan tamu. Di antara cara menghormati mereka adalah meninggalkan puasa sunnat demi menyambut mereka.

 

 

Artikel Terkait