Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. POKOK BAHASAN
  4. Islam
  5. Haji dan Umrah

Musim Haji Adalah Masa-Masa Berdakwah

Musim Haji Adalah Masa-Masa Berdakwah

Dakwah kepada Allah merupakan salah satu amal kebajikan yang paling mulia, disebabkan karena manfaat dan maslahatnya yang sangat besar yang semuanya kembali kepada dai, orang yang didakwahi, masayarakat, umat dan seluruh manusia. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—memuji para hamba-Nya yang berdakwah dengan firman-Nya yang artinya: "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" [QS. Fushshilat: 33]

Haji adalah peluang besar dan kesempatan yang sangat berharga untuk berdakwah kepada Allah, menerangkan agama kepada jutaan kaum muslimin yang berdatangan dari berbagai belahan bumi pada musim ini, dalam rangka beribadah kepada Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ. Sementara mereka sangat membutuhkan orang yang mampu mentransfer kebaikan, kebajikan dan amal baik dunia dan Akhirat kepada mereka.

Berdakwah pada musim haji adalah sunnah Nabi—Shallallâhu `alaihi wa Sallam, karena pada musim ini Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—selalu menyampaikan risalah dakwahnya kepada segenap manusia. Beliau juga mengutus beberapa orang shahabatnya untuk melakukan hal yang sama. Pada saat haji Wadâ` pun Rasulullah tetap berdakwah menyampaikan nasehat yang begitu mendalam dan terang benderang kepada umatnya.

Para ulama dan dai Islam pun tetap istiqamah meneladani beliau dalam memanfaatkan musim haji yang mulia ini (untuk berdakwah) sepanjang masa. Mereka berupaya dengan segenap kemampuan untuk menyadarkan hati, memberikan pencerahan, menyampaikan ajaran Islam yang murni dan mengingatkan manusia agar tidak terjerumus ke dalam jurang kesyirikan, bid`ah dan kemungkaran.

Di antara hal yang menegaskan pentingnya berdakwah pada musim haji, selain yang telah disebutkan di atas adalah:

1. Jumlah jamaah Hají yang sangat besar dan terus menerus bertambah.

2. Maraknya kebutaan terhadap ilmu Syariat dan ketidaktahuan tentang akidah dan hukum-hukum Islam, serta merebaknya berbagai model kesyirikan dan bid`ah. Di tambah lagi dengan munculnya aneka ragam khurafat di kalangan para pengunjung Baitullah ini.

3. Di antara jamaah Haji tersebut ada yang memiliki kemudahan harta, posisi yang terpandang di tengah masyarakat mereka, sehingga sangat diharapkan dakwah mereka mampu menyentuh keluarga dan masyarakat, setelah mereka kembali ke tanah air.

4. Kesiapan jiwa para jamaah Haji untuk mendengar dan menerima ilmu, di musim penuh berkah ini. Sebab hati manusia akan mudah menerima dan telinganya khusyuk menyimak.

5. Kemudahan bagi para jamaah Haji untuk berpindah tempat di kemah-kemah mereka. Faktor yang sangat membantu dalam menyebarkan dakwah dan menyampaikan kalimat Allah.

Aktivitas dakwah pada masa-masa pertemuan yang mulia dan perkumpulan yang agung ini, tidak terbatas hanya bagi para pegawai resmi, seperti para penceramah, khâtib dan imam saja, meskipun peran mereka tentunya lebih besar. Akan tetapi, kesempatan berdakwah terbuka lebar bagi setiap muslim, sesuai kemampuan masing-masing, dengan tetap memperhatikan situasi, kondisi dan metode dakwah yang tepat.

Berdakwah pada musim haji, dapat dimulai sebelum jamaah Haji tiba di Tanah Suci. Bahkan, sebelum mereka bertolak dari tanah air mereka. Barangkali hal ini bisa dibagi menjadi beberapa fase berikut:

1. Berdakwah sebelum tiba di Tanah suci, yaitu dengan bekerjasama dengan lembaga-lembaga dakwah, pusat-pusat institusi Islam. Di samping memang harus ada sebagian juru dakwah dari negara masing-masing yang ditugaskan untuk menemani jamaah Haji yang akan berangkat dari tanah air mereka, guna memberikan pengajaran dan penyadaran kepada mereka.

2. Berdakwah di stasiun transportasi darat, bandara dan dermaga laut, dengan cara memberikan pelayanan, membantu kelancaran urusan, penyambutan yang baik, kemudahan administrasi, memanfaatkan waktu menunggu mereka dengan aktivitas dan pengarahan yang bermanfaat serta membekali mereka dengan tas-tas berisi hadiah yang bernilai dakwah.

3. Berdakwah ketika jamaah berada dalam perjalanan, karena seringkali waktu terbuang sia-sia. Di sinilah tugas para pemandu dan petugas urusan Haji untuk memilih orang yang berkompeten dan ahli, baik sopir ataupun yang lainnya, untuk memberikan pengarahan, nasehat dan peringatan kepada para jamaah Haji. Di samping itu, sangat penting memberikan pembekalan kepada para sopir Bus, dengan mengadakan training keahlian mereka sebelum musim Haji. Hal ini agar mereka mampu menjadi para penyeru kebaikan dan mempersembahkan gambaran yang indah (tentang Islam) kepada umat Islam.

4. Berdakawah saat berada di kemah-kemah dan tempat-tempat penginapan, karena jamaah Haji menetap di sana dalam waktu yang cukup lama, dan mereka siap mendengar dan menerima dakwah. Maka harus ada agenda untuk mengatur dan memanfaatkan waktu tersebut.

5. Berdakwah ketika berada di masjid-masjid, terutama di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dan masjid-masjid lainnya yang dipadati oleh para jamaah untuk menunaikan shalat pada musim haji ini. Sebab ada saja sebagian mereka ada yang tidak terbiasa mengunjungi masjid sebelum Haji. Maka, musim ini adalah kesempatan yang sangat tepat untuk menyampaikan dakwah, nasehat dam pengarahan kepada mereka agar mereka dapat mengintrospeksi diri dan kemabali ke jalan Allah.

6. Beradakwah di pasar-pasar yang dipadati oleh jamaah Haji dan yang bukan jamaah Haji pada musim ini. Sebab tempat-tempat tersebut adalah tempat yang sering melalaikan manusia. Tempat para syetan dan sekutunya berusaha sekuat tenaga untuk melengahkan manusia dari Tuhannya dan dari menaati aturan-aturan-Nya. Maka adanya seruan-seruan dakwah di tempat-tempat seperti ini memiliki peranan dan pengaruh yang signifikan. Dalam hal ini kami mengingatkan jasa para polisi Syariat yang telah melakukan tugas amar ma`rûf nahi munkar dan tugas-tugas lain yang bermanfaat dan patut disyukuri.

Di antara sarana dakwah di masa-masa Haji yang juga penting diperhatikan adalah memasang papan-papan petunjuk dan poster-poster yang bertuliskan ungkapan-ungkapan selamat datang dan selamat tinggal atas nama yayasan-yayasan dakwah, dan beruapaya menggunakan teknologi modern dalam hal ini.

Sarana yang lain adalah menerjemahkan buku-buku dan selebaran-selebaran yang menjelaskan Islam dan pilar-pilarnya dengan gaya bahasa yang gamblang dan jelas. Membagikan buku-buku panduan Haji dalam berbagai bahasa dengan mencantumkan nomor-nomor telepon penting antara lain: Nomor telepon instansi-instansi dakwah, pusat layanan umum, mahasiswa dan juru dakwah. Di samping itu, buku tersebut mesti memuat nomor telepon beberapa juru dakwah yang mampu berbicara dengan berbagai bahasa.

Sarana lainnya yaitu memperhatikan kerja lapangan, menugaskan juru dakwah laki-laki bagi kaum laki-laki dan juru dakwah perempuan bagi kaum wanita yang mampu bercakap dengan berbagai bahasa, dan ahli berceramah dan menarik simpati orang lain, serta bisa berkeliling di kawasan Kaji dengan menggunakan mobil ataupun berjalan kaki. Karena tugas mereka adalah memberikan pengajaran lansgung kepada jamaah Haji dan mendakwahi mereka dengan cara yang arif dan bjiaksana.

Sarana lainnya adalah memperbanyak pos-pos konsultasi syariah yang diletakkan di kawasan-kawasan ermukiman jamaah Haji dan miqât-mîqât sebisa mungkin, dan dengan menyiapkan pos khusus bagi jamaah haji laki-laki dan pos khusus lagi jamaah perempuan.

Terakhir adalah mengupayakan terwujudnya stasiun-stasiun TV pengarahan dan jaringan informasi internal di kawasan Haji, disiarkan dengan berbagai bahasa, agar para ulama dan dai dapat menunaikan tugas mereka dalam menyampaikan pengarahan dan nasehat yang bermanfaat bagi jamaah Haji, di dunia dan di Akhirat.

Demikianlah gambaran singkat seputar aktivitas dakwah pada musim Haji dan beberapa sarana dan wasilahnya. Kita berdoa semoga Allah meluruskan kesesatan kaum muslimin, mengajarkan mereka yang belum mengetahui dan menerima ibadah Haji mereka.

Artikel Terkait