Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. POKOK BAHASAN
  4. Islam
  5. Puasa

Karib Kerabat Lebih Utama untuk Disantuni

Karib Kerabat Lebih Utama untuk Disantuni

Allah—Subhânahu wata`âlâ—pada banyak tempat di dalam Al-Quran memuji orang-orang yang menanggung hajat hidup orang-orang miskin dan membutuhkan. Allah memberikan pahala yang banyak bagi orang-orang yang bersedekah, sebagaimana diingatkan dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)." [QS. Al-Ma`ârij: 24-25]

Allah—Subhânahu wata`âlâ—juga menjelaskan pahala bagi perbuatan baik seperti ini melalui firman-Nya (yang artinya): "Berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari harta yang Allah titipkan kepada kalian. Maka orang-orang yang beriman di antara kalian dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya akan memperoleh pahala yang besar." [QS. Al-Hadîd: 7]

Karena kemuliaan sedekah dan pahalanya yang begitu besar, Allah menyediakan pintu khusus di Surga bagi orang-orang yang gemar bersedekah, dan pintu itu tidak akan dimasuki kecuali oleh mereka. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—mengabarkan hal ini dalam sabda beliau, "Dan barang siapa yang termasuk ahli sedekah (rajin bersedekah) akan dipanggil dari pintu sedekah." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Pahala sedekah ini akan semakin besar apabila ditunaikan pada waktu-waktu yang mulia. Yaitu saat-saat khusus yang telah diistimewakan oleh Allah dengan berbagai keutamaan. Bulan Ramadhan termasuk salah satu dari musim-musim yang agung itu, dan seorang muslim seyogianya memanfaatkannya untuk berinfak dalam kebaikan sesuai kemampuannya, guna meneladani Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, karena beliau begitu rajin berinfak pada bulan mulia ini, melebihi bulan-bulan yang lainnya. Dalam sebuah hadits shahîh disebutkan bahwa: "Beliau adalah manusia yang paling dermawan, dan beliau jauh terlihat lebih dermawan pada bulan Ramadhan, ketika Jibril melakukan tadarus Al-Quran bersama beliau. Sungguh, beliau terlihat lebih dermawan daripada angin yang berhembus." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Hal ini menunjukkan keutamaan berinfak pada bulan Ramadhan, dan bisa jadi keutamaan ini akan menduduki derajat yang lebih tinggi dan mulia apabila diberikan kepada orang-orang yang paling dekat dengannya, jika mereka tergolong orang-orang yang miskin dan membutuhkan. Sehingga dengan demikian, ia menjadi orang terbaik di tengah orang-orang terbaik. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: 'Apa saja harta yang kalian nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat." [QS. Al-Baqarah: 215]

Maka orang yang paling utama dan paling berhak didahulukan adalah orang yang paling besar haknya untuk Anda tunaikan, seperti kedua orang tua Anda yang wajib Anda perlakukan dengan bakti terbaik. Dan di antara bakti terbesar Anda kepada mereka adalah memberi mereka nafkah. Oleh karena itu, memberi nafkah kepada orang tua menjadi wajib bagi anak yang memiliki kemudahan harta. Setelah orang tua, yang paling berhak disantuni adalah karib kerabat dengan berbagai tingkat kedekatan mereka. Yang lebih dekat lebih didahulukan, berdasarkan kedekatan hubungan dan kebutuhannya. Infak kepada mereka adalah sedekah sekaligus silaturahim. [Lihat Tafsir As-Sa`di]

Pesan Nabi Anda

Saudaraku para ahli sedekah, Abu Thalhah adalah seorang shahabat yang paling kaya di antara kaum Anshar di Madinah, dan di antara hartanya yang paling ia cintai adalah kebun "Bîrhâ'". Kebun ini menghadap ke arah Mesjid Nabawi. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—sering memasukinya dan meminum air yang sangat bersih di kebun itu. Anas—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Ketika turun ayat (yang artinya): 'Kalian sekali-kali tidak akan mendapatkan kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. Dan apa saja yang kalian nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya'. [QS. Âli `Imrân: 92], Abû Thalhah mendatangi Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, lalu berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah berfirman dalam Kitab-Nya: 'Kalian sekali-kali tidak akan mendapatkan kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai', dan sesungguhnya hartaku yang paling aku cintai adalah Bîrhâ', dan ia sekarang aku sedekahkan karena Allah, dengan mengharap simpanan kebaikan di sisi Allah. Maka letakkanlah kebun ini sekehendak Anda, wahai Rasulullah'. Mendengar itu, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, 'Sungguh itu adalah harta yang sangat menguntungkan, harta yang sangat menguntungkan. Aku telah mendengarkan apa yang engkau katakan tentang kebunmu itu, dan aku berpendapat engkau sebaiknya menyedekahkannya kepada karib kerabatmu'. Lalu Abu Thalhah berkata, 'Aku akan melaksanakannya, wahai Rasulullah'. Dan ia pun kemudian membagi-bagi kebun itu untuk karib kerabat dan anak-anak pamannya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Sumber Keutamaan Itu

Mungkin Anda ingin mengetahui dari mana sumber adanya keutamaan itu. Tidak mengapa, bacalah hadits yang disabdakan oleh Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Sedekah kepada orang miskin bernilai satu sedekah, dan sedekah kepada karib kerabat bernilai dua: sedekah dan silaturahim." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Al-`Allâmah Al-Munâwi berkata, "Di dalamnya (sedekah kepada kerabat) terdapat dua pahala, berbeda dengan sedekah kepada orang lain yang hanya mengandung satu pahala. Dalam hadits ini juga mengisyaratkan bahwa satu amalan dapat menggabungkan pahala dua amalan karena menghasilkan dua maksud, sehingga pelakunya berhak mendapatkan seluruh pahala yang dikandung keduanya, karena anugerah dan kemurahan Allah." [Faidhul Qadîr]

Kerabat yang Paling Utama Diberi Sedekah

Jika Anda ingin mengetahui siapakah di antara kerabat Anda yang paling utama mendapatkan sedekah Anda, jawabannya adalah bahwa mereka ada dua golongan:

Pertama: Kerabat yang yatim. Ini berdasarkan firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Tetapi ia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah engkau apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan. Atau memberi makan pada hari kelaparan. (Kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat. Atau kepada orang miskin yang sangat fakir." [QS. Al-Balad: 11-16]

"Jadi, bersedekah kepada anak yatim yang memiliki hubungan kerabat dengan kita lebih diutamakan daripada sedekah kepada selain mereka, jika mereka sama-sama membutuhkan. Karena kerabat dekat lebih utama untuk diperlakukan secara baik." [Silsilah Tafsir, karya Mushthafâ Al-`Adawi]

As-Sayyid Al-Murtadhâ berkata: "Ini merupakan penekanan untuk lebih mendahulukan keluarga yang membutuhkan daripada orang lain dalam memberi." [Mahâsin At-Ta'wîl]

Kedua: Keluarga dekat yang menyimpan permusuhan kepada Anda dan tidak baik hubungannya dengan Anda. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Sedekah yang paling utama adalah kepada keluarga yang menyimpan rasa permusuhan." [HR. Ahmad. Menurut Al-Albâni: shahîh]

"Hikmahnya adalah bahwa di dalam sedekah semacam ini ada terselip usaha memaksa diri untuk tunduk kepada orang yang justru menyakitinya. Sedekah seperti ini lebih besar pahalanya daripada sedekah kepada orang lain, karena kerabat adalah orang yang lebih utama mendapatkan kebaikan." [Faidhul Qadîr]

Orang Lain yang Hukumnya Seperti Kerabat:

- Tetangga. Karena Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah memesankan itu dalam firman-Nya (yang artinya): ".dan tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh." [QS. An-Nisâ': 36];

- Sahabat dan teman di jalan Allah. Ini berdasarkan sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Dinar yang paling baik adalah dinar yang dinafkahkan oleh seseorang kepada keluarganya, dinar yang dinafkahkan oleh seseorang kepada kuda perangnya di jalan Allah, dan dinar yang dinafkahkan oleh seseorang kepada sahabat-sahabatnya di jalan Allah." [HR. Abû Dâwûd. Menurut Al-Albâni: shahîh]

Sebelum penutup, kiranya penting untuk diingatkan bahwa pemberian untuk karib kerabat dan keluarga tidak terbatas hanya pada sedekah saja, sebagaimana dipahami oleh sebagian orang. Akan tetapi pemberian itu mencakup seluruh sisi kehidupan. Pemberian paling tinggi yang diberikan oleh seseorang kepada kerabatnya adalah mendakwahinya, menasihatinya, atau mengajarkan kepadanya ilmu yang bermanfaat di dunia dan Akhirat. Karena itu, banyak sekali nas-nas yang menyuruh untuk mendahulukan mereka daripada orang lain dalam memberikan nilai-nilai kebaikan seperti ini. Kami membatasi pembahasan ini hanya pada sedekah adalah karena yang menjadi tema makalah kali ini adalah sedekah. Semoga dapat dipahami.

Sebagai penutup, wahai saudaraku yang diberkahi.

Ini adalah transaksi yang menguntungkan bersama Tuhan Anda, di mana Anda mendapatkan keuntungan dua kali. Jangan menunda-nunda lagi, selama yang membeli dalam transaksi ini adalah Tuhan Anda. Yakinlah akan jaminan keuntungan itu. Bacalah firman-Nya (yang artinya): "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan untuk mereka pahala mereka dan menambahkan karunia-Nya bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." [QS. Fâthir: 29-30]

Sekarang, mulailah menanam saham dan bersedekahlah! Mujâhid berkata, "Disini, wahai anak Adam, semestinya engkau taruh usaha dan upayamu. Janganlah engkau menyebarkannya kesana-kemari sementara engkau meninggalkan kerabat dan orang-orang dekatmu." [Ad-Durrul Mantsûr]

Semoga Allah memberi Anda taufik menuju keridhaan-Nya.

Artikel Terkait