Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. POKOK BAHASAN
  4. Islam
  5. Puasa

SAUDARAKU, APA YANG ENGKAU PERSIAPKAN UNTUK RAMADHÂN?

SAUDARAKU, APA YANG ENGKAU PERSIAPKAN UNTUK RAMADHÂN?

Oleh: Azhari Ahmad Mahmud

Segala puji bagi Allah yang memberi petunjuk kepada perbuatan baik. Dia jadikan kitab-Nya sebagai penunjuk jalan bagi orang beriman. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam—yang dihiasi oleh Tuhannya dengan Al-Quran, serta dianugerahi-Nya malam Lailatul Qadr di bulan Ramadhân. Demikian pula bagi para shahabat beliau para pemimpin sepanjang zaman, juga semua pembela kebenaran dan kebaikan yang mengikuti mereka.

Saudaraku, apakah engkau telah mempersiapkan kegembiraan untuk Bulan Al-Quran?!

Saudaraku seiman, hari-hari ini memberikan kabar gembira tentang kedatangan bulan penuh berkah. Berbagai macam bunga bertebaran di depannya, untuk berkata kepada para hamba Allah, "Telah datang kepada kalian bulan rahmat dan pengampunan, apa yang telah kalian persiapkan untuknya?"

Saudaraku, dahulu di sana, di kota Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam, setiap tahunnya, kabar gembira datang menyapa para shahabat yang suci—Semoga Allah meridhai mereka. Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—yang langsung memberikan kabar itu! Kabar gembira dari Tuhan mereka: "Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan berpuasa di dalamnya. Pada saat itu, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup. Syetan-syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allah, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa yang tidak mendapatkan kebaikan malam tersebut berarti benar-benar tidak mendapatkan (kebaikan yang banyak)." [HR. Al-Baihaqi dan An-Nasâi]

Imam Ibnu Rajab—Semoga Allah merahmatinya—berkata, "Hadits ini merupakan dasar bagi banyak orang untuk saling memberikan selamat dengan kedatangan bulan Ramadhân. Bagaimana mungkin seorang mukmin tidak bergembira dengan terbukanya pintu-pintu Surga? Bagaimana mungkin orang yang berdosa tidak bergembira dengan tertutupnya pintu-pintu Neraka? Bagaimana mungkin orang yang berakal tidak bergembira dengan waktu dibelenggunya Syetan-syetan?"

Saudaraku, itulah kabar gembira yang berusaha maksimal dimanfaatkan oleh para hamba pekerja keras, dan dihadapi dengan menyingsingkan lengan baju oleh mereka yang bersungguh-sungguh di dalam penghambaan kepada Allah. Itulah bulan yang selalu disambut kedatangannya dengan gembira oleh orang-orang beriman.

Saudaraku, mana kegembiraanmu? Mana senyumanmu? Sementara engkau melihat hari-hari tersebut merayap semakin dekat kepadamu, sedikit demi sedikit, untuk meletakkan di hadapanmu kegembiraan setiap muslim itu: bulan Ramadhân.

Saudaraku, betapa mulianya bulan ini. Karena itu, "Hati orang-orang bertakwa selalu merindukan kedatangannya, dan merintih sakit karena berpisah dengannya." [Ibnu Rajab]

Saudaraku seiman, betapa gembiranya orang-orang yang bertemu dengan bulan pengampunan ini.

Betapa gembiranya orang-orang yang bertemu dengan bulan penuh rahmat ini.

Betapa gembiranya orang-orang yang bertemu dengan musim ketaatan ini.

Betapa gembiranya orang-orang yang bertemu dengan hari-hari yang diselimuti Allah dengan keanggunan, kemegahan, dan keindahan ini.

Saudaraku, apakah engkau tahu bahwa orang-orang shalih dahulu senantiasa berdoa sejak sekian lama agar disampaikan ke hari-hari bulan Ramadhân ini?

Ma`la ibnul Fadhl—Semoga Allah merahmatinya—berkata, "Mereka berdoa selama enam bulan agar disampaikan ke bulan Ramadhân, kemudian berdoa selama enam bulan pula agar amalan mereka di bulan itu diterima oleh Allah."

Yahya ibnu Katsîr—Semoga Allah merahmatinya—berkata, "Di antara doa mereka adalah: 'Ya Allah, serahkanlah aku ke pangkuan bulan Ramadhân, serahkanlah bulan Ramadhân ke pangkuanku, dan terimalah ia kembali dariku dengan penerimaan semua amalanku di dalamnya."

Saudaraku, berdoalah seperti doa mereka, bergembiralah seperti mereka bergembira, semoga Allah meliputimu dengan aroma Ramadhân, sehingga Allah mengampuni dosamu dan engkau keluar dari Ramadhân dengan terbebas dari Neraka.

Saudaraku seiman. Tidakkah pernah satu hari saja terpikir olehmu tentang keutamaan orang yang bertemu dengan bulan Ramadhân? Tidak pernahkah engkau berpikir betapa besar pahala orang yang ditakdirkan Allah mendapatkan bulan penuh berkah ini?

Saudaraku, agar kegembiraanmu sempurna jika kelak engkau termasuk orang-orang yang bertemu dengan Ramadhân, aku tinggalkan engkau bersama kisah berikut ini:

Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Suatu ketika, dua orang lelaki dari daerah Baliya di Bani Qudhâ`ah memeluk Islam bersama Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam. Salah seorang dari mereka kemudian mati syahid, sementara yang satu lagi menyusul setahun kemudian. Thalhah ibnu `Ubaidillah berkata, 'Aku melihat (di dalam mimpi) bahwa orang yang syahid kemudian itu lebih dahulu masuk Surga daripada yang syahid lebih dahulu. Aku pun merasa heran, sehingga pada pagi harinya, aku menceritakan hal tersebut kepada Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam, atau ada seseorang yang menceritakannya kepada beliau, lalu beliau bersabda, 'Bukankah (yang terakhir wafat itu) bertemu dengan bulan Ramadhân setelah (kematian) yang pertama, serta mengerjakan 6000 rakaat shalat wajib dan sekian rakaat shalat sunnah setelahnya?'." [HR. Ahmad; Menurut Al-Albâni: shahîh]

Saudaraku, semoga Allah menyampaikan kita semua ke bulan Ramadhân berkali-kali. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita kehidupan yang bahagia dengan bulan Ramadhân dan amalan-amalan shalih.

Saudaraku, sudahkah engkau mempersiapkan niat yang benar?

Saudaraku seiman, apakah engkau telah mempersiapkan niat dan tekad yang tulus di hadapan puasamu?

Saudaraku, apakah engkau telah menyibak hatimu ketika menghadapi Ramadhân, untuk mengetahui adakah tekad yang tulus di dalamnya ketika bulan mulia itu datang menyapamu?

Saudaraku, banyak orang yang memasuki bulan Ramadhân tanpa niat yang benar. Saya tidak berbicara hanya tentang niat puasa, karena ini jelas dilakukan oleh setiap muslim yang berpuasa. Tetapi saudaraku, apakah engkau telah mengikat niat yang ikhlas untuk berpuasa, serta ibadah yang tulus pada bulan penuh rahmat ini?

Saudaraku, apakah engkau telah menghadirkan tekad yang kuat seperti itu sebelum memasuki hari puasamu?

Saudaraku, pikiranmu tentang belanja Ramadhân dan persiapan makanan yang semestinya di bulan ini adalah sesuatu yang juga dipikirkan oleh banyak orang selainmu. Namun saudaraku, persiapanmu untuk santapan rohani, pikiranmu untuk membersihkan jiwamu, dan perencanaanmu untuk menghadapkan wajah kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ—di bulan penuh berkah ini, inilah persiapan yang sesungguhnya bermanfaat untuk menyambut bulan Ramadhân.

Saudaraku, bisakah engkau melihat, apakah sama orang yang menghadirkan tekad seperti ini dengan orang yang tidak menghadirkannya?

Jika engkau, saudaraku, ingin mengetahui perbedaan antara dua kondisi ini, marilah perhatikanlah sabda Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—berikut ini: "Barang siapa yang berpuasa Ramadhân dengan keimanan dan penuh perhitungan (mengharap ridha Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Barang siapa yang mengerjakan shalat pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan perhitungan, niscaya diampuni dosa-dosanya yang terdahulu." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Imam Ibnu Rajab berkata, "Jika keinginan nafsu demikian kuat untuk melakukan apa yang didambakannya, dan engkau mampu melakukannya, tapi kemudian engkau meninggalkan keinginan itu karena Allah—Subhânahu wata`âlâ—di tempat yang tidak ada seorang pun tahu kecuali Allah, itu merupakan bukti benarnya keimanan."

Saudaraku, persiapkanlah keikhlasan yang tulus dan tekad yang kuat ketika engkau menyambut bulan puasamu. Persiapkanlah pula tekad yang benar untuk hari berbukamu (pasca bulan Ramadhân).

Saudaraku, tekad dan keikhlasan yang paling benar untuk menghadapi puasamu adalah bertekad untuk melaksanakan amal-amal ketaatan, menyambut bulan puasa dengan tobat nasuha, serta bertekad untuk membuat lembaran putih bersih untuk diisi dengan amal-amal shalih, bebas dari noda-noda maksiat, menyerupai kebersihan dan kemilau bulan yang penuh berkah ini.

Adapun bentuk tekad yang benar untuk hari berbukamu (setelah Ramadhân) adalah mengikat tekad yang kuat untuk meneruskan amal-amal shalih yang telah Anda laksanakan dengan bimbingan Allah di bulan Ramadhân yang penuh rahmat dan berkah itu.

Saudaraku, jika engkau menyambut bulan puasamu dengan tobat, mendekatkan diri kepada Allah, serta tekad untuk melakukan amal-amal shalih, lalu engkau menyambut hari berbukamu (pasca Ramadhân) dengan tekad untuk melanjutkan perjalanan di jalan yang suci ini, saat itulah engkau benar-benar telah sukses merengkuh buah puasa dan sentuhan bulan penuh berkah ini.

Saudaraku, mari mempersiapkan hati secara sempurna dalam menyambut bulan Ramadhân dengan hati yang bersih dan ikhlas hanya karena Allah, yaitu dengan mengesakan ibadah untuk-Nya semata. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Katakanlah: 'Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) Agama'." [QS. Az-Zumar: 11]

Saudaraku, semoga Allah memberikan kepada kita semua keikhlasan dalam berkata dan berbuat, serta memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang jujur secara lahir dan batin.

Saudaraku, Ramadhân adalah bulan pengampunan. Apakah engkau telah menginstrospeksi diri?

Saudaraku seiman, berapa banyak Ramadhân silih berganti menyapa orang-orang, sementara mereka tenggelam dalam kelalaian? Mereka hanya memikirkan Ramadhân yang sedang mereka jalani saja!

Saudaraku, sebelum perputaran hari-hari membawa Ramadhân ke hadapanmu, sebelum engkau berkata, "Bulan Ramadhân telah datang", engkau tahu, wahai saudaraku, bahwa bulan Ramadhân akan datang, baik engkau ada maupun tiada. Tapi kenapa engkau tidak berkata, "Aku telah hidup sekian lama sampai aku bertemu dengan Ramadhân ini, lalu apakah amal-amal shalih yang telah aku lakukan pada sekian banyak bulan lain seperti ini?"

Saudaraku, pernahkah engkau menginstrospeksi dirimu dengan jujur di depan setiap bulan Ramadhân yang akan engkau lalui? Atau kalau tidak bisa demikian, minimal, apakah engkau pernah menginstrospeksi diri di hadapan satu Ramadhân saja yang akan lewat di depanmu?

Saudaraku, aku tidak yakin engkau melupakan persiapan anggaran dana untuk makan dan minum di bulan Ramadhân. Tetapi saudaraku, engkau mungkin lupa mempersiapkan anggaran untuk amal shalih, tobat, istighfar, dan doa!

Saudaraku, anggaran amalan-amalan tersebut dapat engkau hitung dengan memiliki sebuah file khusus bernama "Kembali kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ".

Judul pertama yang akan engkau temui di dalam file ini adalah "Apakah engkau telah menginstrospeksi dirimu terlebih dahulu?"

Jika engkau telah berhasil mengisi formulir data-data yang tersedia pada judul ini, engkau boleh beralih ke judul berikutnya: "Tobat kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ".

Engkau tidak akan berhasil mengisi formulir data-data di judul ini kecuali jika engkau menunjukkan bukti kejujuranmu dalam mengisi data-data pada judul pertama, agar tobatmu menjadi tobat yang benar.

Saudaraku, perhitungkanlah dirimu di hadapan puasamu, agar puasamu menjadi murni, dan engkau menjadi orang yang benar-benar berpuasa.

Al-Hasan Al-Bashri—Semoga Allah merahmatinya—berkata, "Sesungguhnya seorang hamba selalu berada dalam kebaikan selama ia masih memiliki penasihat di dalam dirinya, dan selama instrospeksi diri masih menjadi perhatian utamanya."

Saudaraku, banyak orang yang tidak mempersiapkan dirinya ketika menyambut bulan penuh berkah ini, sehingga mereka pun memasukinya dengan berlumuran maksiat dan dosa. Akibatnya, puasa mereka tidak berpengaruh apa-apa. Tarawih mereka tidak menggetarkan jiwa mereka. Mereka pun akhirnya keluar dari bulan Ramadhân dalam keadaan yang sama dengan saat mereka memasukinya.

Saudaraku, perbuatan-perbuatan maksiat (dosa) berperan besar dalam mengeraskan hati. Ramadhân adalah bulan transparansi hati, musim khusus untuk hati yang lembut. Jika engkau, saudaraku, tidak mempersiapkan hati yang lembut, bersih dari noda-noda maksiat, engkau pasti akan tertinggal perahu, lalu berdiri di pantai dalam kesendirian, tidak memiliki apa-apa, dan menunggu orang yang menyelamatkanmu. Karena itu, jujurlah engkau pada bulan ini dii hadapan Tuhanmu—Subhânahu wata`âlâ, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya dekat denganmu.

Saudaraku, apakah engkau telah mempersiapkan tekad yang benar untuk membuka lembaran baru?

Saudaraku, jika engkau mempunyai lembaran-lembaran kehidupan yang dilumuri noda-noda maksiat, maka Ramadhân adalah satu musim yang menganugerahimu lembaran putih untuk diisi dengan amalan-amalan baru yang putih seputih lembaran itu.

Saudaraku, jangan jadikan hari-hari Ramadhân sama dengan hari-hari biasamu. Tapi jadikanlah ia bekas putih dalam lembaran kehidupanmu.

Jabir ibnu Abdillah—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Jika engkau berpuasa, puasakanlah pendengaranmu, penglihatanmu, dan lidahmu dari kebohongan dan hal-hal yang diharamkan, serta tinggalkanlah perilaku menyakiti tetangga. Hendaklah engkau bersikap tenang dan damai di hari puasamu. Jangan jadikan hari puasamu sama dengan hari berbukamu!"

Saudaraku, jika sebelum Ramadhân engkau bermalas-malasan untuk menghadiri shalat di mesjid, maka kuatkanlah tekad pada bulan Ramadhân untuk memakmurkan rumah Allah. Semoga Allah memberikan petunjuk untukmu selamanya, sehingga engkau terbiasa memakmurkan mesjid sampai kelak meninggal dunia.

Jika engkau, saudaraku, kikir dengan harta, jadikanlah bulan Ramadhân sebagai musim untuk berlaku dermawan, karena ia adalah bulan kedermawanan dan kebaikan, saat semua kebaikan dilipatgandakan.

Jika engkau selama ini lalai mengingat Allah, jadikanlah bulan Ramadhân sebagai hari-hari zikir, doa, dan membaca Kitab Allah—Subhânahu wata`âlâ, karena ia adalah bulan Al-Quran.

Saudaraku, berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk menjaga kebersihan puasamu, sebagaimana engkau menjaga kebersihan pakaianmu. Hindarilah permainan sia-sia, perbuatan keji, dan akhlak-akhlak yang hina. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda, "Puasa bukanlah (hanya) menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menahan diri dari permainan sia-sia dan perkataan kotor. Jika seseorang mencacimu atau berbuat buruk terhadapmu, katakanlah: Aku sedang berpuasa." [HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hâkim; Menurut Al-Albâni: shahîh]

Karena itu, saudaraku, janganlah engkau termasuk orang-orang yang disebutkan oleh Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—dalam sabda beliau, "Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga. Betapa banyak orang yang bangun (shalat) malam, namun tidak mendapatkan bagian apa-apa dari amalannya itu selain begadang." [HR. Ath-Thabrâni; Menurut Al-Albâni: shahîh].

Saudaraku, itulah contoh orang yang berpuasa dari makanan dan minuman, tapi tidak berpuasa dari perbuatan haram dan kebatilan. Keadaannya sebagaimana engkau lihat, tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari puasa dan shalat malamnya.

Jika pendengaranku tidak terjaga

Pandanganku tidak tertunduk, lidahku tidak tertahan

Maka bagianku dari puasa hanyalah lapar dan dahaga

Jika aku berkata hari ini aku berpuasa, sebenarnya aku tidak berpuasa

Al-Hasan Al-Bashri—Semoga Allah merahmatinya—berkata, "Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhân sebagai arena tempat para hamba-Nya berlomba-lomba dengan menaati-Nya untuk mencapai ridha-Nya. Sebagian kaum bergerak cepat sehingga mereka menang, sementara kaum yang lain tertinggal sehingga akhirnya kecewa. Sungguh mengherankan ada pemain yang tertawa pada hari ketika orang-orang yang berbuat baik meraih kemenangan, dan orang-orang yang berbuat buruk merugi."

Saudaraku, jadikanlah puasa sebagai madrasah untuk menempa jiwamu, mengajarinya akhlak-akhlak yang baik, dan mendidiknya dengan perilaku-perilaku mulia. Sehingga ketika Ramadhân selesai, engkau merasakan hasil yang ranum dari puasamu, dan engkau pun termasuk orang-orang yang mendapatkan manfaat dari bulan yang penuh berkah ini.

Saudaraku, apakah engkau telah mempersiapkan dirimu untuk menjadi orang yang dibebaskan dari Neraka?

Saudaraku seiman, itulah target yang dibidik oleh orang-orang berpuasa, piala kemenangan yang diperlombakan oleh orang-orang beriman, yaitu dibebaskan dari Neraka.

Saudaraku, orang yang berbahagia dalam makna sesungguhnya adalah orang yang keluar dari puasanya dalam keadaan diampuni dan tercatat sebagai orang yang berhak mendapatkan kenikmatan abadi.

Saudaraku, apakah sebelum Ramadhân engkau telah berbicara kepada dirimu sendiri untuk selamat dari Neraka Allah—Subhânahu wata`âlâ? Apakah engkau telah mempersiapkan dirimu dengan rasa takut kepada azab Allah—Subhânahu wata`âlâ?

Saudaraku, ini adalah tentang Neraka yang demi menghindarinya, orang-orang beriman rela menahan cekikan dahaga. Mereka bersabar menahan panasnya dunia demi mendapatkan keamanan dan naungan pada hari Kiamat kelak.

Saudaraku, sungguh sedikit orang yang mempersiapkan diri mereka sebelum Ramadhân, dengan membuncahkan rasa gembira dan rasa takut secara bersamaan, untuk menyambut hari-hari penuh berkah itu.

Saudaraku, jika suatu ketika engkau pergi memenuhi suatu kebutuhanmu, dan engkau harus berjalan jauh selama 30 hari untuk mendapatkannya, kemudian sampai di akhir perjalanan, ternyata engkau kembali dengan tangan kosong, sehingga semua kelelahan dan usahamu sirna dibawa angin, bagaimana perasaanmu pada waktu itu?

Saudaraku, itulah permisalan orang yang berpuasa di bulan Ramadhân. Tujuannya adalah mendapatkan pengampunan dan keselamatan dari Neraka. Jika gagal mendapatkan itu, berarti ia benar-benar telah terjatuh ke dalam kepapaan yang tiada terkira. Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda, "Sesungguhnya Allah membebaskan orang-orang tertentu dari Neraka setiap kali selesai berpuasa." [HR. Ath-Thabrâni; Menurut Al-Albâni: shahîh]

Ibnu Mas`ud—Semoga Allah meridhainya—apabila telah berakhir bulan Ramadhân, biasa berkata, "Siapakah gerangan orang yang puasanya diterima, sehingga kita ucapkan selamat kepadanya? Siapakah gerangan yang tidak diterima puasanya, sehingga kita ucapkan bela sungkawa untuknya?"

Saudaraku, berusahalah untuk menyongsong sentuhan-sentuhan indah di bulan penuh berkah ini, semoga Allah menjadikan akhir hidupmu berada dalam kebaikan. Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda, "Berbuat baiklah pada masa hidupmu dan carilah sentuhan-sentuhan rahmat Allah, karena sesungguhnya sentuhan-sentuhan rahmat-Nya akan Dia tebarkan kepada siapa saja di antara para hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Memohonlah agar Allah menutupi aib-aib kalian dan mengamankan kalian dari segala yang kalian takuti." [HR. Ath-Thabrâni; Menurut Al-Albâni: shahîh]

Saudaraku, sembari aku menutup tulisan ini, marilah kita bersama-sama memohon kepada Allah agar segera memutar hari demi hari sehingga kita bertemu dengan Ramadhân. Mari berdoa semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang dirahmati dengan berpuasa di bulan yang penuh berkah itu.

Saudara seiman, itulah bulan yang penuh berkah. Jadikanlah persiapanmu untuk menghadapinya sebagai doa agar engkau termasuk orang-orang yang bertemu dengannya. Jadikanlah bekalmu untuk menemuinya adalah kejujuran yang akan mewariskan untukmu Surga yang dipenuhi kenikmatan.

Saudaraku, semoga Allah mengaruniakan kepada kita semua kejujuran orang-orang yang berpuasa, kesungguhan orang-orang yang mendirikan shalat malam, dan sifat orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah mengumpulkan kita pada Hari Perhimpunan bersama orang-orang yang diberi nikmat. Semoga Allah dengan rahmat dan ridha-Nya mengangkat kita semua ke derajat orang-orang yang dekat dengan-Nya.

Segala pujian selamanya kita persembahkan untuk Allah dengan sempurna tanpa cacat. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersama keluarga dan para shahabat beliau, serta semua orang yang mengikuti mereka dengan setia.

Artikel Terkait