Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. KELUARGA DAN MASYARAKAT
  4. Anak-Anak

Fase Bayi

Fase Bayi

Fase Menyusui

(dari usia dua minggu hingga dua tahun)

Fase ini dimulai sejak akhir periode awal ""kelahiran—setelah dua minggu—dan berlangsung sampai akhir tahun kedua. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya):

· "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan." [QS. Al-Baqarah: 233]. Subhânahu wata`âlâ

· "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan." [QS. Al-Ahqâf: 15]

Fase ini dianggap sebagai masa-masa terpenting dalam periode kanak-kanak, karena pada saat inilah dibentuk asas pertumbuhan karakter pada fase selanjutnya. Pada fase ini, bayi terlihat mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat dan sinergi gerakan yang signifikan. Sepanjang fase ini, ia mampu melakukan beberapa gerakan seperti duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan. Pada saat ini pula ia belajar berbicara, serta relatif mampu mandiri dan mulai bersentuhan dengan dunia luar.

Peran ibu pada fase ini sangatlah berpengaruh. Oleh karena itu, ibu harus berusaha membantu bayinya bergerak menuju tahap berikutnya, tanpa harus berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang terkadang dapat menghambat pertumbuhannya. Hubungan antara ibu dengan anak hendaklah didasari oleh kelembutan dan kesadaran.

Guna menumbuhkan hubungan seperti ini, ibu harus segera memenuhi kebutuhan-kebutuhan bayinya tanpa mengundur-undur. Ibu harus berusaha membangun interaksi emosional yang berkesinambungan antara dirinya dengan bayinya, berusaha memanjakannya, memeluknya, berbicara dengannya, bahkan ikut serta dalam permainannya. Selain itu, ibu harus mendorong anaknya untuk melihat lingkungan sekitarnya.

Adalah penting bagi seorang ibu mengetahui karakter dan suasana hati bayinya, supaya dapat mengasuhnya dengan benar. Bayi pada fase menyusui tidak menginginkan hal lain di luar kebutuhan primernya, yaitu kebutuhan untuk istirahat, jauh dari rasa sakit, kebutuhan akan kedekatan dan kehangatan kasih sayang, kebutuhan akan ketenteraman dan stabilitas interaksi dengan lingkungan sekitar, serta kebutuhan terhadap stimulan dan rangsangan gerak, selain kebutuhan biologisnya seperti makan, buang air, dan sebagainya.

Maka pengetahuan akan suasana hati bayi akan menjadikan ibu lebih baik dalam membimbing proses pertumbuhan bayinya.

Pertumbuhan Fisik pada Masa Menyusui

Gigi: Biasanya gigi mulai tumbuh pada bulan keenam, dan pertumbuhannya ini mencakup dua fase: Pertama, gigi susu sementara, jumlahnya 20 buah. Kedua, gigi tetap, jumlahnya 32 buah. Tumbuhnya gigi terkadang dibarengi dengan gejala diare dan demam. Pertumbuhan gigi pada bayi perempuan lebih cepat daripada bayi laki-laki.

Tinggi Badan: Pada tahun pertama, peningkatan tinggi badan lebih banyak daripada peningkatan berat badan. Namun pada tahun berikutnya, yang terjadi adalah sebaliknya. Tinggi badan meningkat secara stabil, kemudian semakin menurun pada akhir fase menyusui. Bayi akan memiliki tinggi badan 60 cm. setelah empat bulan, kemudian 75 cm. setelah setahun, dan 85 cm. setelah dua tahun, yakni sekitar setengah tinggi badannya ketika kelak pertumbuhannya sempurna.

Berat: Pada tahun pertama, peningkatan berat badan lebih besar daripada peningkatan tinggi badan. Namun pada tahun berikutnya, yang terjadi adalah sebaliknya. Peningkatan berat ini akan menurun pada akhir fase menyusui, dan berat badan akan mencapai 6 kg. setelah 5 bulan. Ibu dapat menggenjot tingkat pertumbuhan fisik bayinya secara lebih baik dengan cara memberinya makanan bergizi, tidur yang teratur, perlindungan yang baik dari penyakit, dan kebebasan bergerak.

Keserasian Fisik: Tubuh tidak tumbuh pada fase ini secara sekaligus di setiap sisinya pada waktu yang sama. Hanya akan terjadi beberapa perubahan dalam dimensi dan proporsi tubuh. Pada pertengahan kedua tahun pertama dapat dilihat pertumbuhan kepala, batang tubuh, dan anggota badan bayi. Hal ini merupakan kebalikan dari apa yang terjadi pada pertengahan tahun pertama. Secara bertahap, kepala akan semakin bertambah besar, kedua lengan dan tangan pun semakin memanjang selama dua tahun pertama.

Otot: Otot-otot tumbuh dengan persentase berbeda-beda. Perlu dicatat bahwa otot-otot yang dekat dengan kepala lebih dahulu tumbuh daripada otot-otot yang berhubungan dengan tubuh bagian bawah.

Perbedaan Individual: Perbedaan-perbedaan individual tampak jelas, terutama pada sisi ukuran besar, tinggi, dan berat badan. Demikian pula ciri-ciri awal yang berbeda pada proses pertumbuhannya, seperti kemunculan gigi, kemampuan duduk, merangkak, berjalan, dan berbicara.

Ubun-ubun Belakang dan Depan: Ubun-ubun bagian belakang menutup pada usia dua minggu, sementara ubun-ubun bagian depan akan menutup pada usia antara 12-18 bulan.

Perbedaan Antara Bayi Laki-laki dengan Bayi Perempuan: Bayi laki-laki selalu lebih besar, lebih berat, dan lebih panjang daripada bayi perempuan. Akan tetapi, gigi bayi perempuan lebih dulu muncul daripada bayi laki-laki. Karena pertumbuhan tulang dan gigi pada bayi perempuan lebih cepat daripada bayi laki-laki.

Ibu harus menyusui bayinya dari ASI-nya langsung selama tidak ada larangan medis yang mencegah itu. Ia juga harus berusaha menjaga bayinya dari penyakit, serta mengembangkan daya tahan tubuhnya dengan cara memberi imunisasi dari penyakit-penyakit yang umum terjadi, juga dengan memberinya makanan yang sesuai supaya dapat tumbuh dengan cepat. Selain itu, ibu juga harus banyak berbicara dengan bayinya dan tidak mengisolasinya dari bayi-bayi yang lain.

Pertumbuhan Indra Bayi

Penglihatan: Penglihatan bayi akan semakin baik dan jelas. Bayi dapat melihat warna-warna normal pada bulan ketiga. Hanya saja, membedakan antara warna-warna ini masih sulit baginya. Bayi juga dapat menghubungkan antara apa yang ia lihat dengan yang dipegangnya. Pada bulan kesembilan, ia dapat melihat dan mengambil benda-benda yang kecil. Ia juga akan merespon cahaya-cahaya yang kontras dan benda-benda yang mengkilap. Jangkauan penglihatan bayi akan terus bertambah hingga masa ia masuk sekolah.

Pendengaran: Pada sekitar bulan kedua, bayi dapat membedakan suara-suara dan menentukan sumbernya. Perlu diperhatikan, bahwa suara-suara indah dan tenang menjadikan bayi merasakan ketenangan dan kenyaman pula. Akurasi pendengaran akan terus bertambah pada bayi. Hal ini dapat diketahui dengan responnya yang cepat terhadap suara manusia, dan pada akhir bulan kedua, ia akan dapat merespon semua jenis suara dengan kualitas yang sama.

Penciuman: Kemampuan bayi dalam merespon rangsangan penciuman yang berbeda-beda akan terlihat secara bertahap. Hal ini dapat dilihat dari kenyamanannya menghadapi wangi-wangi tertentu dan ketergangguannya oleh bau-bau yang lain.

Pengecap: Bayi menunjukkan kemampuan mengecap rasa. Ia bisa membedakan antara yang manis dengan yang asin, antara yang pahit dengan yang kecut.

Perasa: Indra perasa pada kulit bayi terhadap sentuhan, tekanan, panas, dan dingin terus berkembang. Bayi juga memiliki perasaan terhadap keseimbangan dan arah, dan hal ini ada pada dirinya sejak masa awal sekali. Hal ini tampak dari kondisi kenyamanan bayi ketika ibu menggerakkan tempat tidurnya, atau reaksinya ketika khawatir akan jatuh.

Panca indra bayi akan tumbuh dengan cepat pada bulan ketiga. Otot-otot mata semakin sinergis, sehingga bayi mampu melihat segala sesuatu dengan jelas. Pendengarannya akan semakin tajam. Demikian juga indra perasa dan penciumannya. Bayi akan sangat peka terhadap segala macam rangsangan kulit.

Kewajiban ibu adalah merawat panca indra bayinya, karena panca indra memiliki urgensi besar bagi pengetahuannya akan dunia luar. Ibu harus menyediakan lingkungan yang membantu penjagaan indra ini, seperti pencahayaan yang baik, jauh dari suara-suara yang mengganggu, atau segala yang membahayakan indra bayi.

Perkembangan Motorik pada Fase Bayi

Perkembangan Gerak: Bayi pertama kali mampu mengontrol gerak kepalanya, kemudian batang tubuhnya, lalu anggota badannya. Setelah itu, bayi dapat mengangkat sebagian tubuhnya, kemudian duduk, berdiri, merangkak, lalu berjalan dan berlari. Karena meningkatnya perkembangan gerak ini, fase menyusui disebut sebagai fase pembentukan bagi semua keterampilan bergerak, terutama keterampilan tangan dan kedua kaki. Rincian perkembangan gerak ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pada bulan pertama, bayi dapat menggenggam benda jika ditaruh di telapak tangannya. Kemudian pada sekitar bulan ketiga, bayi dapat menahan kepalanya tegak ketika didudukkan, sebagaimana ia juga mampu mengangkat kepala dan dada bagian atas ketika posisinya sedang telungkup. Matanya juga mampu mengikuti bola yang bergerak vertikal.

Pada umur 6 bulan, bayi dapat duduk bersandar, bisa menendang dengan kuat, dan bisa menahan dengan kedua kakinya. Ia juga bisa memegang benda dengan tangan dan menggerakkannya ke mulut kemudian menghisapnya.

Pada umur 9 bulan, bayi dapat duduk dengan sendirinya dan mengangkat dirinya pada posisi berdiri dan mulai untuk merangkak. Ketika bayi sudah berumur setahun, ia sudah bisa merangkak dan bisa sedikit berjalan. Pada umur 18 bulan, ia sudah belajar naik dan turun tangga dengan bantuan. Ia juga mampu berjalan dengan membawa benda-benda ringan.

Perkembangan Keterampilan: Indra pergerakan semakin sinergi. Kemampuan bayi mengambil dan memegang benda juga meningkat. Ketika bayi telah mencapai umur 60 minggu, kita dapat melihat betapa genggamannya, pegangannya, dan kemampuannya mengambil benda hampir sama dengan orang dewasa. Bayi pada tahun kedua telah mampu mengontrol gerakan seperti menggenggam, membuka sesuatu, dan bermain dengan kubus. Anak pada masa ini lebih suka menggunakan sebelah tangannya dalam aktivitas bergerak. Sebagian besar anak pada fase ini lebih mengutamakan menggunakan tangan kanan.

Ibu harus memberikan kebebasan bergerak bagi anaknya, serta berusaha mengembangkan keterampilan geraknya. Akan tetapi jangan tergesa-gesa memaksa anak untuk berjalan. Demikian juga ibu harus menyokong anaknya agar bisa makan sendiri dan memakai pakaian sendiri.

Pertumbuhan Fisiologis pada Fase Menyusui

Organ Saraf: Organ saraf tumbuh sangat pesat, di mana ukuran dan berat otak semakin bertambah, dari rata-rata 350 gram hingga 1000 gram, tepatnya pada akhir tahun kedua. Ini artinya bahwa besar dan berat otak bayi sampai ¾ ukuran otak orang dewasa.

Organ Pernafasan: Organ pernafasan semakin berkembang dan membesar, kapasitas paru-paru semakin luas menampung udara.

Organ Pencernaan: Ukuran lambung masih kecil. Oleh karena itu, ia hanya membutuhkan sedikit makanan.

Pembuangan: Kemampuan bayi pada masa ini untuk menahan buang air besar lebih dahulu daripada kemampuannya menahan buang air kecil.

Tidur: Pada permulaan fase ini, bayi banyak tidur. Kemudian secara bertahap, kuantitas tidurnya semakin menurun dan waktu bangunnya bertambah lama.

Ibu tidak boleh memberi anak ASI buatan kecuali dalam keadaan sangat terpaksa. Ibu juga tidak boleh memaksa bayi buru-buru bisa mengontrol proses pembuangan sebelum ia sampai pada tahap kematangan yang pantas untuk itu. Selain itu, ibu juga harus melatih anak dalam mengatur kabiasaan tidur yang benar.

Perkembangan Sosial pada Fase Menyusui

Respon Sosial: Bayi mulai memberikan respon sosial terhadap lingkungan sekelilingnya. Perhatiannya sudah mulai tampak terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya, dan itu terjadi pada pertengahan tahun pertama. Ia akan tertawa jika dicumbui oleh seseorang.

Interaksi Sosial: Ketika bayi sampai pada penghujung tahun pertama, ia lebih banyak terlibat interaksi sosial dengan orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Ia akan memulai interaksi sosialnya dengan ibu, kemudian ayah, kemudian orang-orang yang berada di dalam rumah, kemudian orang yang di luar rumah. Ketika umur bayi masuk tahun kedua, lingkungan sosialnya semakin meluas, dan dimulailah interaksinya dengan anak-anak lain.

Senyum dan Tangis: Kedua aktivitas ini memiliki makna sosial, karena tangisan bayi dapat menarik perhatian dan kasih sayang orang dewasa. Seperti halnya senyuman bermakna sosial yang muncul pada bulan keenam kelahirannya, di mana ia akan senyum kepada sebagian orang dan tidak kepada yang lain.

Kedekatan: Ini merupakan salah satu perilaku sosial yang ada pada bayi. Bayi memiliki keinginan untuk selalu dekat, sampai pada derajat menempel kepada orang lain yang memiliki kedudukan penting bagi dirinya. Kedekatan ini akan tampak jelas saat-saat menjelang akhir tahun pertama dari umur bayi. Kewajiban ibu pada kondisi ini adalah medorong bayinya untuk berinteraksi sosial secara sehat, dan berusaha agar hubungannya dengan anaknya berdiri di atas rasa saling mencintai.

Perkembangan Akal pada Fase Menyusui

Klasifikasi: Pada masa ini, kemampuan bayi dalam hal mengamati persamaan dan perbedaan rupa benda-benda mulai tampak. Ia belajar secara bertahap bagaimana mengklasifikasikan hal-hal itu dalam pikirannya, kemudian mempraktikkannya dengan cara meniru. Terkadang bayi kebingungan ketika berpikir: apakah jeruk akan ditaruh bersama bola karena keduanya bulat? Ataukah jeruk ditaruh bersama biskuit karena keduanya dimakan?

Persepsi: Persepsi bayi terhadap alam sekitar semakin bertambah. Akan tetapi persepsi tentang waktu masih rumit baginya, karena ia belum bisa membedakan antara masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.

Belajar: Bayi mulai belajar dari pengalaman-pengalaman sederhana, serta berusaha meniru orang dewasa, terutama kedua orang tua dan saudaranya. Akan tetapi proses belajar ini relatif lambat, dan berkembang melalui proses trial and error.

Mengingat: Para psikolog menyatakan bahwa bayi dapat mengingat pengalaman-pengalaman menyenangkan yang pernah ia alami pada fase ini, serta melupakan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan.

Bayi pada tahun-tahun pertama mudah lupa. Buktinya adalah bahwa ia akan lupa kepada ayahnya ketika ayahnya pergi. Akan tetapi, pada permulaan tahun kedua sampai pertengahannya, ia bisa mengingat gambar yang pernah hilang darinya. Artinya, ia mampu membayangkan sesuatu ketika sesuatu itu tidak ada.

Kecerdasan Motorik (Gerak): Pada fase-fase ini, anak disibukkan oleh perasaan-perasaan yang datang kepadanya melalui sistem syaraf. Aktivitas geraknya semakin berkembang. Oleh karena itu, dalam fase ini, bayi belajar mengontrol gerakannya dalam ruang kosong. Ia berpikir bahwa segala sesuatu itu bersifat abadi (berkesinambungan), dan ia memastikan bahwa dirinya adalah satu benda yang mengisi ruang kosong dan terletak di tengah benda-benda lain. Koleksi pikiran seperti ini akan memberikannya rasa percaya diri yang besar.

Pada fase ini, ibu harus memenuhi kecenderungan bayinya yang serba ingin mencari tahu dan belajar. Ibu juga harus membantu bayinya dalam menguji kemampuan dirinya dan dalam usaha mengekspresikan dirinya. Ibu mesti menyediakan banyak variasi dalam hal rangsangan harian bagi si bayi, demikian juga dengan permainan-permainan yang cocok dan dapat membangun keterampilannya.

Perkembangan Bahasa pada Fase Menyusui

Mengoceh: Setelah berlalu sekitar sebulan sampai sebulan setengah dalam fase menyusui ini, bayi dapat mengeluarkan suara-suara tenang yang keluar dari belakang mulut, sebagai ekspresi dari perasaan nyaman dan senang yang ia rasakan. Inilah yang dikenal dengan istilah babbling (mengoceh), yang kelak akan menjadi bahan baku bagi bahasa bayi di fase berikutnya.

Persepsi tentang Suara: Bayi yang berumur 3 bulan telah mampu membedakan suara-suara ucapan yang berasal dari sumber-sumber suara yang berbeda.

Permainan Suara: Kira-kira antara bulan ketiga dan keenam, bayi mulai membentuk potongan-potongan suara yang terdiri dari dua huruf atau lebih, seperti mama, papa, dll. Potongan-potongan suara ini merupakan kesatuan-kesatuan yang menyusun kalimat-kalimat bahasa apa saja.

Bahasa Isyarat: Pada akhir tahun pertama, anak sudah mulai menggunakan bahasa-bahasa isyarat untuk menarik perhatian orang dewasa, guna mendapatkan apa yang ia inginkan. Terkadang isyarat itu mirip dengan bunyi rengekan.

Fase Berbicara: Anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya pada rentang enam bulan berikutnya dari tahun pertama kehidupannya. Kalimat-kalimat pertamanya ini merupakan pengungkapan dari fokus perhatiannya dan hal-hal yang menarik perhatiannya di alam sekelilingnya. Kosakata anak juga akan bertambah sepanjang tahun kedua sampai sekitar 50 kata.

Perbedaan-perbedaan Individual: Penelitian menunjukkan bahwa terdapat Perbedaan-perbedaan individual dalam hal kecepatan dan kemampuan menguasai bahasa pada diri anak dalam fase ini. Ternyata anak-anak perempuan lebih cepat menguasai bahasa daripada anak laki-laki.

Pada fase ini, seorang ibu harus mendorong anaknya untuk berbicara. Jangan merespon permintaannya dengan hanya memberi isyarat. Ibu juga mesti menghindari kesalahan berbicara sebisa mungkin, memberikan contoh ucapan yang benar kepada anak, memperbanyak berbicara dengannya, serta berusaha menegaskan bunyi kata-kata yang ia gunakan untuk berbicara. Ini penting karena anak biasanya akan menjaga kata-kata yang ditanamkan secara kuat, dan cenderung melupakan kata-kata yang tidak mendapatkan penegasan bunyi.

Tidur Bayi: Dapat diperhatikan pada fase ini betapa bayi sangat banyak tidur. Bayi yang masih kecil terkadang tidak bangun kecuali hanya untuk makan. Akan tetapi, porsi tidur itu akan menurun secara bertahap sampai pada batas minimum ketika ia dewasa.

Ada beberapa aturan mendasar yang harus diperhatikan seputar tidurnya bayi:

- Dianjurkan untuk membiasakan tidur bayi dengan menggunakan sisi kanan badannya, sebagaimana dipesankan oleh Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam. Penelitian modern membuktikan bahwa tidur menggunakan sisi kanan badan lebih bermanfaat bagi badan;

- Ibu harus berusaha sebisa mungkin untuk menjadikan tidur sebagai proses yang menyenangkan bagi bayi. Ketika akan tidur, hendaklah ibu mencumbu dan mencium bayinya, memperdengarkannya Asmâ'ul Husnâ, tahmîd, tasbîh, takbîr, dan tahlîl. Bayi mampu mendengar kalimat-kalimat yang indah ini. Walau belum dapat mengerti maknanya, tapi lantunan kalimat-kalimat itu akan membuatnya tenang, nyaman, damai, dan tidur dengan nyenyak. Seperti itu pula halnya nyanyian, goyangan ayunan tempat tidurnya secara lembut, semua itu akan membuatnya dapat tidur dengan tenang, jauh dari rasa takut dan tekanan.

Sejarah Islam mencatat banyak lirik nyanyian untuk kondisi semacam ini. Di antaranya adalah dendangan Syaimâ', saudari sepersusuan Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam. Ia menyanyi dan memanjakan beliau ketika masih kecil, dengan berucap:

"Wahai Tuhan kami, tumbuh besarkanlah Muhammad sampai aku melihatnya muda dan gagah.

Kemudian aku melihatnya sebagai pemimpin besar.

dan berikanlah ia kemuliaan yang kekal abadi."

Sayyidah Fathimah—Semoga Allah meridhainya—putri Rasulullah, juga menyandai putranya, Al-Husain ibnu Ali dengan melantunkan syair:

"Sesungguhnya anakku mirip dengan Nabi.

Bukan mirip dengan Ali."

Nyanyian-nyanyian lembut penghibur bayi dipangkuan ayah dan ibunya ini tidak hanya terbatas untuk bayi laki-laki saja. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa seorang perempuan badui pada zaman Mu'âwiyah menghibur anak perempuannya dengan melantunkan syair penuh bahagia:

"Tidak masalah ia seorang perempuan yang akan menghias rumahku dan mengembalikan pinjaman.

Sampai bila ia berumur delapan tahun, aku nikahkan ia dengan Warwan atau Mu'âwiyah."

Senandung nyanyian lembut dengan irama yang indah dan lembut seperti ini akan membuat anak merasa tenang dan tidak rewel. Selanjutnya akan membantu si anak untuk tidur dalam suasana bahagia dan damai.

Cara lain untuk membantu bayi agar dapat tidur dengan nyenyak adalah melakukan kegiatan tertentu yang mengisyaratkan kepada anak tentang telah berakhirnya aktivitas harian, dan tibanya waktu untuk bersiap ke tempat tidur. Bila ibu biasa secara teratur dan terjadwal membantu anak sebelum tidur untuk buang air kecil, membersihkan badannya, mengganti bajunya, lalu memakaikan pakaian tidurnya, maka kegiatan itu akan membuat anak merasa bahwa waktu tidur sudah dekat. Karena anak secara bertahap akan memahami bahwa kegiatan-kegiatan seperti ini berkaitan erat dengan waktu tidur.

Posisi normal bagi bayi ketika tidur adalah meletakkan kepalanya harus lebih tinggi dari bagian tubuhnya yang lain, dengan cara memberikannya bantal kecil di bawah kepalanya. Posisi ini juga akan mencegah keluarnya kembali air susu dan terjadinya muntah.

Ibu berperan besar dalam membentuk kebiasaan baik bagi bayinya. Berkaitan dengan tidur, itu bisa dilakukan dengan memberi motivasi, serta menghiasi semua perilaku yang baik dengan cara-cara yang baik pula, bukan dengan cara yang menyakitkan atau menakutkan.

Buang Air:

Melatih bayi untuk mengontrol buang airnya adalah pekerjaan yang sulit. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh ibu dalam hal ini, yaitu jangan terburu-buru memulai melatih bayi mengontrol buang airnya. Ibu tidak akan berhasil melatih keterampilan ini kecuali setelah anak siap untuk itu dari dua sisi: sisi fisik dan sisi persepsi. Dan anak tidak memiliki dua kesiapan ini kecuali setelah berumur satu setengah tahun atau dua tahun.

Anak dapat merespon latihan mengontrol buang airnya apabila beberapa hal-hal berikut ini diperhatikan dalam proses pelatihan itu:

- Hendaknya tempat khusus untuk latihan buang air ini nyaman diduduki, tidak bergoyang, dan mudah dibersihkan;

- Memperkirakan waktu buang air anak sebelum benar-benar terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda yang dapat dikenal oleh ibu seiring berjalannya waktu;

- Jika anak menolak duduk di atas tempat buang airnya, tidak perlu memaksanya, cukup menunggunya sebentar sampai ia tenang;

- Anak kecil biasanya buang air kecil berkali-kali dalam sehari, berbeda dengan buang air besar. Karena itu, ibu harus memahami dan bersikap lembut terhadap si anak, supaya ia tidak merasa tertekan. Ibu harus meyakini bahwa dengan sekedar melatih anak untuk mengontrol buang air besarnya, secara otomatis anak akan merasa tertekan dan tidak nyaman bila buang air di celana, dan ibu tidak perlu menambah perasaan itu pada diri anaknya.

Konsep pendidikan Islam melihat masalah buang air pada anak ini sebagai masalah biasa, tidak perlu mendapatkan perhatian yang berlebihan, atau ditanggapi dengan jijik di depan anak, baik sengaja maupun tidak. Sebuah hadits diriwayatkan dari Ummul Fadhl Lubâbah bintu Al-Hârits, ia berkata: "Al-Husain ibnu Ali suatu ketika buang air kecil di pangkuan Nabi, lalu aku berkata, 'Wahai Rasulullah, berikan kepadaku baju Anda untuk aku cuci, dan pakailah baju yang lain'. Nabi bersabda, '(Pakaian) dicuci hanya bila terkena air kencing bayi perempuan, sementara air kecing bayi laki-laki cukup dipercikkan dengan air'." [HR. Ahmad, Abû Dâwûd dan Ibnu Mâjah]

Dalam hadits ini, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—tidak marah kepada Al-Husain, tidak membentaknya, dan tidak juga menghukumnya, karena Al-Husain kecil belum mampu mengontrol dirinya ketika buang air di pangkuan beliau. Demikan pula yang terlihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Qais bintu Mihshan, bahwa suatu ketika, ia datang membawa bayi kecilnya yang belum memakan makanan selain ASI menemui Rasulullah. Lalu si kecil itu pipis di pakaian Rasulullah. Rasulullah pun meminta diambilkan air dan memercikkannnya ke pakaian beliau, dan tidak mencucinya.

Tidak perlu pula merasa terkejut melihat kencing bayi yang tidak terkendali pada malam hari sebelum ia berumur empat tahun. karena itu adalah hal yang biasa.

Bermain:

Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah mentakdirkan anak memiliki fitrah suka bermain dan banyak bergerak, karena itu merupakan sarana untuk mengekspresikan energi kekanak-kanakan yang ada dalam dirinya. Bagi anak-anak, bermain merupakan aktivitas yang bersifat otomatis, tidak direncanakan dan tidak diatur sebelumnya. Permainan yang dilakukannya juga biasanya adalah permainan individu (sendirian). Dalam kondisi seperti ini, ibu harus mencandai anaknya selama itu membuat si anak senang dan merasakan ketenangan. Oleh karena itu, setiap anak yang mulai dicandai atau diajak bermain oleh ibunya, akan segera merespon dan meminta tambah.

Jika ibu masih memandang bahwa permainan hanya sekedar sarana untuk mengisi kekosongan, hendaklah segera mengubah pandangannya itu, dan menganggap bermain dengan anak sebagai sebuah pekerjaan. Permainanlah yang membuat anak merasa senang, sekaligus membantu pertumbuhannya dalam segala sisi. Permainan adalah kesempatan terbaik di mana anak menemukan medan yang tidak tergantikan untuk meraih apa yang sulit ia dapatkan pada kondisi-kondisi serius.

Ibu harus banyak bermain dengan bayinya. Selama enam bulan pertama, bayi suka bermain dengan ibunya selama ia terjaga. Karena itu, sedapat mungkin ibu harus menghabiskan waktu-waktu penuh ceria bersama anaknya. Ibu juga mesti mengetahui bahwa pondasi kuat yang akan menjadi dasar rasa percaya diri dan keamanan pada anaknya di masa depan berbanding lurus dengan seberapa intens sang ibu bermain dengan anaknya.

Ibu juga harus berusaha menyelaraskan antara jenis permainan dan kondisi psikologis anaknya. Jika anak merasa dirinya kuat, maka permainan yang keras dalam batas tertentu akan sejalan dengan suasana hatinya. Adapun jika anak merasa lelah dan sakit, maka permainan-permainan semacam itu akan membuatnya merasa frustasi dan tertekan. Pada umur seperti ini, anak dapat dibantu untuk melakukan banyak aktivitas dan gerakan yang tidak bisa ia lakukan sendirian.

Ibu memiliki peranan penting dalam memilihkan permainan yang cocok bagi anaknya. Ini penting supaya permainan tersebut dapat mendatangkan hasil yang diharapkan. Anak pada fase ini membutuhkan permainan-permainan yang didesain dengan aman, berwarna, dan mudah dipegang. Alat-alat permainan yang terbaik bagi anak adalah yang memberikan banyak pengalaman baginya, begitu pula permainan membentuk berbagai benda dan pakaian. Ibu juga dapat memberikan kepada anak benda-benda yang ada di rumah, dengan syarat tidak berbahaya bagi anak, tidak melukai dan tidak mencederainya. Pada fase ini, anak membutuhkan tempat yang luas, bersih dari potongan-potongan perabotan, serta berlantai lembut dan mudah dibersihkan. Ini tujuannya adalah supaya anak mendapatkan kebebasan bergerak.

Menyapih:

Penyapihan berarti berpindahnya bayi dari fase menyusui ke fase makan secara mandiri. Oleh karena itu, proses menyapih haruslah dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus, supaya tidak mengakibatkan kejutan mental dan perasaan pada bayi. Penyapihan mungkin dimulai—pada bulan pertama—dengan memberinya jus segar. Pada bulan keempat dari umur bayi, dimulai memberikan susu yang dimasak atau yogurt sebagai ganti dari salah satu jadwal penyusuan. Pada bulan kelima, diberikan minuman sayur sebagai ganti jadwal penyusuan yang lain. Sehingga ketika bayi berumur sembilan bulan, jarak antar waktu makannya bertambah menjadi empat jam, dan jumlahnya menjadi lima kali setelah sebelumnya enam kali. Demikianlah, secara bertahap, porsi makan yang menggantikan posisi menyusu semakin bertambah dengan bertambahnya umur bayi, hingga tinggal sekali menyusu saja di pagi hari dan sekali di sore hari misalnya, kemudian berkurang menjadi sekali di sore hari saja, begitu seterusnya.

Proses menyapih bertahap ini harus terus dilakukan oleh ibu tanpa harus menghentikan sama sekali menyusui bayinya, sebagaimana Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan." [QS. Al-Baqarah: 233]. Dan ketika mencapai umur dua tahun, anak telah siap untuk menerima kebiasaan baru berupa makan dengan mengunyah dan minum, sebagai pengganti menghisap ASI.

Pada fase ini, ibu dituntut untuk mampu bertahap, sabar, dan lapang dada, sekaligus memaklumi bahwa proses menyapih terkadang disertai dengan ketidakstabilan emosi. Hal ini menuntut ibu untuk membiasakan sikap tenang selama proses ini.

Gerakan:

Terkadang bayi mulai belajar duduk sejak umur empat sampai enam bulan. Ia juga dapat mulai belajar merangkak pada bulan keenam sampai genap berumur setahun. Bagaimana pun cara bayi merangkak, biarkanlah ia melakukannya sendiri, tidak perlu ada yang mengajarinya bagaimana merangkak. Banyak ibu yang bertindak kurang tepat dengan berusaha mengajarkan bayinya duduk atau berdiri. Terkadang mereka buru-buru membeli peralatan-peralatan yang mereka yakini dapat membantu bayi untuk bisa berjalan dan berdiri. Padahal alat-alat tersebut sama sekali tidak berfaedah. Sebab penelitian telah membuktikan bahwa bayi dapat berjalan atau berdiri ketika ia telah mampu melakukannya. Maka terburu-buru memaksa bayi berjalan dapat membuat kedua kakinya melengkung. Yang paling tepat adalah membiarkan semua itu berjalan secara alami. Merangkak adalah hal alamiah dan berguna untuk membantu otot-otot bayi. Dan ia mesti mengambil waktu yang cukup untuk siap-siap berdiri, kemudian berjalan.

Tumbuhnya Gigi:

Seringkali terjadi perbedaan waktu tumbuhnya gigi pada bayi. Hanya saja, permulaannya sering mulai pada umur enam bulan. Untuk diperhatikan, terkadang terjadi keganjilan pada tanggal tumbuhnya gigi, akan tetapi itu tidak perlu membuat risau atau tegang, karena bukan merupakan tanda bahwa bayi terkena penyakit.

Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Bayi di Setiap Bulan Usianya:

Bulan Keenam : Tumbuh dua gigi seri depan pada gusi bagian bawah.

Bulan Kedelapan : Tumbuh dua gigi seri depan pada gusi bagian atas.

Bulan Kesepuluh : Tumbuh dua gigi seri samping pada gusi bagian atas.

Bulan Keduabelas : Tumbuh dua gigi samping pada gusi bagian bawah

Dengan demikian, bayi telah memiliki delapan gigi pada akhir tahun pertama.

Usia Satu Setengah Tahun: Tumbuh gigi geraham depan pada gusi bagian atas dan bawah.

Usia Dua Tahun: Tumbuh gigi taring pada gusi bagian atas dan bawah. Gigi taring yang bawah lebih dahulu muncul daripada yang atas.

Dua Setengah Tahun: Tumbuh gigi geraham belakang pada gusi bagian atas dan bawah. Geraham bagian bawah muncul lebih dahulu daripada geraham bawah.

Dengan demikian, gigi susu pada bayi telah tumbuh lengkap, jumlahnya adalah dua puluh buah; masing-masing sepuluh gigi di setiap gusi (atas dan bawah).

5-6 Tahun : Gigi susu pada anak mulai berguguran, dan saat itu muncul anak gigi, yaitu gigi tetap yang tidak akan berubah sepanjang umur.

6-7 Tahun : Tumbuh gigi geraham pertama bagian belakang.

7-8 Tahun : Tumbuh gigi seri bagian tengah.

8-9 Tahun : Tumbuh gigi seri bagian samping.

10-12 Tahun : Tumbuh geraham pertama bagian depan dan geraham kedua bagian depan.

12-14 Tahun : Tumbuh gigi taring.

Kewajiban Ibu pada Fase Ini:

- Menjaga kebersihan gigi bayinya, serta berusaha mencegahnya memakan manisan dan permen terlalu banyak;

- Memberi bayinya gizi yang seimbang; mengandung protein, gula, lemak, garam mineral, dan vitamin, terutama vitamin D yang akan membantu pembentukan tulang dan gigi;

- Membawa bayinya secara rutin ke bawah sinar matahari, karena ini berperan penting dalam membentuk gigi bayi. Sebab sinar ultraviolet akan mempermudah produksi vitamin D dan proses masuknya kalsium serta posfor ke dalam tulang dan gigi.

- Mengetahui bahwa tumbuhnya gigi tidak memiliki hubungan apa pun dengan kesulitan-kesulitan yang dialami bayi pada masa-masa ini, seperti diare, menurunnya berat badan, dan panas badan yang tinggi. Penyakit-penyakit yang menimpa si kecil ini sebenarnya terjadi karena ia terjangkit kuman-kuman penyakit yang berpindah ke badannya ketika ia menggigit benda-benda kotor.

[Sumber: Ensiklopedia Keluarga Muslim]

Artikel Terkait