Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. RAMADHAN
  3. Tips & Saran

Tips-tips Berpuasa bagi Penderita Diabetes

Tips-tips Berpuasa bagi Penderita Diabetes

Bersamaan dengan munculnya hilal Ramadhan, kaum muslimin berlomba-lomba menunaikan ibadah wajib dan sunnah guna mendekatkan diri kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ—dan mendapatkan pahala di bulan suci ini.

Ketika mewajibkan ibadah puasa kepada kita, Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah memberikan keringanan untuk beberapa golongan manusia. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Maka Barang siapa di antara kalian yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain." [QS. Al-Baqarah: 184]. Oleh karena itu, kita harus memahami sepenuhnya bahwa Allah—Subhânahu wata`âlâ—tidak mewajibkan puasa kepada kita melainkan untuk tujuan kemashlahatan. Puasa tidak mungkin bertujuan untuk mendatangkan bahaya, terutama dari segi kesehatan. Dalam tulisan ini, kita akan melihat bagaimana puasa bagi penderita diabetes.

Mengapa Penderita Diabetes?

Penyakit diabetes tergolong penyakit yang patut diperhatikan terkait puasa Ramadhan. Ada segolongan penderita penyakit ini yang mungkin berpuasa, sementara sebagian lainnya beresiko terkena bahaya apabila berpuasa. Supaya kita memahami alasan medis dari hal ini, perlu diperhatikan penjelasan berikut:

- Penderita penyakit diabetes beresiko mengalami penurunan kadar gula darah pada siang hari Ramadhan, demikian juga pada malam hari (setelah berbuka). Karena di satu sisi, si penderita jelas tidak akan mengkonsumsi makanan, khususnya makanan yang mengandung gula, selama beberapa jam sepanjang siang hari puasa. Namun karena ia tidak memiliki simpanan cadangan gula di dalam lever, maka tidak mungkin menggunakan cara ini untuk mengeluarkan gula dari lever menuju darah sebagaimana orang sehat. Hal yang tentunya dapat mengakibatkan rendahnya kadar gula dalam darah, namun dengan tingkat bahaya yang berbeda-beda sesuai jenis penyakit dan jenis obatnya.

- Pasien diabetes yang berobat menggunakan insulin dapat jatuh pingsan ketika berpuasa. Sementara yang berobat dengan diet hanya akan terancam resiko penurunan gula darah yang lebih kecil bahayanya. Gejala-gejalanya adalah: merasa lapar, gemetar, pusing, dan berkeringat dingin. Jika tidak segera diambil tindakan semestinya, seperti mengkonsumsi makanan berzat gula yang cepat diserap—seperti jus atau cokelat—diikuti dengan makanan berzat gula yang lambat diserap—seperti roti, penderita dapat mengalami pingsan.

- Ini di samping resiko lain berupa tingginya kadar gula darah pada malam puasa disebabkan selera makan yang berlebihan setelah seharian penuh berpuasa. Apalagi makan bersama di tengah-tengah keluarga tentunya memotivasi untuk makan lebih banyak. Selain itu, makanan yang dihidangkan selama bulan mulia ini biasanya makanan yang berkomposisi gula yang cepat diserap, atau ditemani makanan yang mengandung gula cepat diserap.

Semua faktor ini membuat penderita diabetes mengalami kesulitan untuk menjalani "proses diet"-nya dalam waktu selama 29 sampai 30 hari berturut-turut.

Hal ini menyebabkan kondisi penderita diabetes yang semula relatif tenang dan stabil mengalami peningkatan tajam, tidak berbahaya namun menahun. Tapi juga bisa menjadi semakin berbahaya, apalagi biasanya gejalanya tidak terdeteksi kecuali beberapa bulan setelah Ramadhan, seperti lemahnya penglihatan, lemahnya fungsi ginjal, cedera kaki, atau lemah syahwat.

Karena gejala-gejala ini tidak muncul secara langsung, maka penderita menjadi kesulitan memastikan hubungannya dengan sebab aslinya yang tidak langsung, yaitu puasa.

Beberapa Saran Penting

Berdasarkan hal di atas, kami menyarankan kepada penderita diabetes untuk melakukan check up ke dokter spesialisnya sebelum memulai puasa, agar dokter dapat memberinya arahan yang benar. Karena masing-masing kondisi memerlukan arahan-arahan yang sangat khusus. Di samping itu, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan:

- Penderita diabetes dari kalangan anak-anak dan remaja yang berobat manggunakan insulin diharuskan untuk tidak berpuasa, karena tingkat kadar gula pada fase usia ini tidak stabil, di mana penurunan kadar gula dalam darah akan sangat berbahaya jika berpuasa. Terkadang kondisi seperti ini dapat mengakibatkan penderita mengalami pingsan. Dan ini dapat menyebabkan peningkatan parah, terutama pada fungsi otak, ketika tidak dilakukan pengobatan secara tepat dan cepat.

- Penderita diabetes yang berobat dengan diet dan obat-obatan medis dapat berpuasa jika kadar gulanya stabil dan tidak merasakan keluhan apa-apa pada ginjal dan lever.

- Penderita diabetes yang mengalami kelemahan fungsi lever tidak boleh berpuasa, karena puasa dapat membahayakan keselamatannya. Penderita seperti ini bahkan bisa mengalami koma jika berpuasa.

- Penderita diabetes yang mengalami kelemahan fungsi ginjal tidak boleh berpuasa, karena ia membutuhkan kadar cairan tertentu, dan puasa menyebabkannya tidak dapat menyerap cairan itu secara teratur.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Ia Berpuasa?

Ada beberapa petunjuk penting bagi penderita diabetes jika dokter mengizinkannya untuk berpuasa. Berikut ringkasannya:

1. Check up ke dokter spesialis gula dan kelenjar endokrin minimal seminggu sebelum awal bulan Ramadhan;

2. Menjaga pola makan dan olahraga yang dianjurkan oleh dokter, dan biasanya pasien dianjurkan untuk membiasakan jenis olahraga tertentu seperti jalan santai minimal setengah jam setiap hari;

3. Teratur meminum obat, atau berkonsultasi dengan dokter untuk menyesuaikan waktu meminum obat dengan waktu berpuasa;

4. Menghindari konsumsi makanan yang mengandung gula sebelum tidur;

5. Menghindari makanan berkadar gula yang cepat diserap yang biasanya banyak kita konsumsi pada waktu berbuka, seperti manisan dan jus;

6. Memakai obat seperempat jam sebelum berbuka guna menghindari peningkatan kadar gula darah secara mendadak dengan langsung memakan hidangan berbuka.

Adapun tentang pola makan, harus ada resep khusus dari dokter pribadi pasien, karena ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan, seperti usia, berat badan, jenis kelamin, serta jenis aktivitas profesi dan olahraga. Oleh karena itu, sangatlah logis bila pola makan dibuat berdasarkan data ini.

Tapi ada beberapa saran pola makan yang harus diikuti oleh semua penderita diabetes, yaitu:

1. Hendaknya jumlah makan tiga kali makanan pokok ditambah dengan makanan ringan antara makan berbuka dan makan sahur;

2. Harus ada jarak waktu tidak kurang dari empat jam antara setiap waktu makan;

3. Minumlah cairan di sela waktu-waktu makan dengan syarat tidak mengandung kadar gula yang tinggi;

4. Makanlah makanan yang berprotein, susu dengan berbagai produknya, dan sayuran dengan jumlah tidak terbatas;

5. Makanlah roti, makanan bertepung, dan pasta dalam jumlah yang cukup. Ini diperlukan untuk menghindari penurunan gula darah secara berlebihan. Tapi harus diperhatikan bahwa mengkonsumsi jenis makanan ini secara berlebihan akan berakibat sebaliknya. Lebih diutamakan memakan roti cokelat daripada roti putih, karena roti coklat mengandung kadar gula lebih sedikit;

6. Memakan buah-buahan perlu untuk mendapatkan vitamin, mineral, serta kadar gula tertentu yang memang diperlukan oleh penderita diabetes. Akan tetapi semua ini harus dalam jumlah yang wajar. Seperti buah-buahan berukuran sedang setelah berbuka dan makan sahur;

7. Cegahlah diri Anda memakan makanan berkadar gula yang cepat diserap, karena ia akan membantu peningkatan gula darah secara mendadak.

Petunjuk-petunjuk Agama sudah sangat jelas. Setiap orang yang diperkirakan akan mengalami bahaya kesehatan dengan berpuasa diberikan keringanan untuk tidak berpuasa, dengan membayar fidyah (tebusan) yang telah ditetapkan oleh syariat Islam, menurut kemampuannya. Silahkan klik tautan berikut untuk membaca bahasan detail seputar qadhâ` puasa dan pandangan Syariat tentangnya: Penyakit yang dibolehkan penderitanya untuk tidak berpuasa

Zat Gula yang Cepat Diserap dan yang Lambat Diserap

Berikut adalah sekilas tentang zat gula untuk memahami masalah ini secara lebih jelas. Zat gula dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori:

- Zat gula sederhana, terdiri dari satu atau dua molekul gula (glukosa, fruktosa, dan sukrosa). Misalnya sepotong gula batangan yang Anda masukkan ke dalam secangkir teh pagi dapat diklasifikasikan ke dalam kategori gula cepat serap. Demikian pula manisan-manisan yang biasa terdapat di bulan Ramadhan. Zat gula tersebut mampu memberikan Anda energi instan yang dapat langsung dimanfaatkan.

- Zat gula kompleks, yaitu yang mengandung karbohidrat, dan terdiri dari rantai molekul panjang. Seperti gula yang ditemukan di dalam kentang atau berbagai jenis biji-bijian. Zat-zat gula ini disebut gula lambat serap karena ia memberikan Anda energi secara bertahap setelah mengkonsumsinya, dan memungkinkan Anda bekerja untuk waktu yang lama.

Sebagai penutup, makanan dan minuman adalah karunia yang harus dinikmati, tapi tanpa pemborosan. Sifat boros bertentangan dengan fitrah yang telah Allah tetapkan bagi kita, dan itu harus kita patuhi. Dengan mengikuti penjelasan-penjelasan di atas dan menjadikannya pola hidup, berarti kita telah melakukan koreksi terhadap tradisi pola makan yang salah bagi penderita diabetes. Tujuannya adalah agar para penderita penyakit ini juga dapat menikmati tubuh yang sehat dan energik, kehidupan yang nyaman dan tentram, serta mendapat pahala dari Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ.

Kita berdoa semoga Allah memberikan kepada umat Islam puasa yang diterima di sisi-Nya, amal ibadah yang bernilai, dan hidangan berbuka yang nikmat. Amin.

Artikel Terkait