Islam Web

Haji & Umrah

  1. Haji & Umrah
  2. Artikel Lainnya

Doa pada saat ibadah Haji

Doa pada saat ibadah Haji

Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa berdoa dan Dia telah berjanji akan mengabulkan dan memberikan pahala atas doa tersebut. Banyak nas-nas Syariat yang menjelaskan keagungan, keutamaan dan kedudukan doa dalam Islam. Karena, doa adalah ibadah. Doa adalah pencegah turunnya bencana dan mengangkat bencana setelah terjadi. Doa membuat hati menjadi lapang, menghilangkan kesedihan dan kegundahan. Doa adalah senjata orang-orang yang dizhalimi dan pelarian bagi orang-orang yang lemah. Dan selemah-lemahnya manusia adalah mereka yang tidak mampu walau sekedar berdoa.

Sungguh saya berdoa kepada Allah karena urusanku sangat sulit, dan tidak lama kemudian kesulitan itu pun pergi.

Banyak kesulitan yang menimpa seorang pemuda, dan karena ia berdoa jalan keluarpun terbuka.

Apabila doa secara umum sedemikian agungnya, maka doa pada saat ibadah Haji tentu lebih agung dan lebih utama. Karena tempat-tempat mustajab untuk berdoa kala itu lebih banyak dari tempat yang lainnya.

Seorang yang melakukan ibadah Haji adalah musafir, sedangkan seorang musafir doanya mustajab (cepat dikabulkan), sebagaimana sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam, "Ada tiga doa mustajab, tanpa ada keraguan: Doa orangtua, doa seorang musafir dan doa orang yang dizhalimi." [HR. Abu Dâwûd dan lainnya]

Seorang yang berhaji doanya juga mustajab berdasarkan sabda Nabi—Shallallâhu `alaihi wa Sallam, "Orang yang berperang di jalan Allah dan orang yang menunaikan ibadah Haji serta Umrah adalah tamu Allah. Allah memanggil mereka, lalu merekapun memenuhi panggilan tersebut, (sehingga) ketika mereka memohon kepada-Nya, Allah pasti mengabulkan (permohonan) mereka. [HR. Ibnu Majjah]

Dalam menunaikan ibadah Haji kesulitan yang dialami seorang hamba dan keikhlasannya kepada Allah semakin bertambah. Sementara, hal itu merupakan faktor penting dikabulkannya doa. Sebagaimana kisah beberapa orang yang terjebak dalam goa dan tidak bisa keluar karena pintu goa tersumbat oleh batu raksasa. Keikhlasan merekalah yang menjadi sebab mereka keluar dengan selamat.

Dalam melaksanakan ibadah Haji juga terdapat tempat-tempat yang dianjurkan untuk berdoa padanya, dan kemungkinan diterimanya doa di tempat itu tersebut lebih besar dari tempat lain. Tempat-tempat tersebut antara lain:

1.    Doa ketika Thawâf. Tidak ada doa tertentu saat Thawâf. Seorang hamba boleh berdoa apa saja demi kebaikannya di dunia dan Akhirat. Adapun doa yang diriwayatkan dari Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—adalah, ketika beliau berada di antara Hajar Aswad dan Rukun Yamâni beliau berdoa, "Rabbana âtinâ fiddunya hasanah, wa fil âkhirati hasanah wa qinâ `adzâbannâr Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan berikan kepada kami kebaikan di Akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka." [HR. Abu Dawud]

2.    Doa ketika berada di Shafa dan Marwa. Jâbir—Semoga Allah meridhainya—meriwayatkan sifat Haji Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam, "Beliau memulai dari Shafa dan naik ke atasnya hingga beliau melihat Ka`bah. Lalu menghadap kiblat dan mengucapkan kalimat tauhid dan bertakbir. Beliau mengucapkan: "Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Miliknyalah segala kekuasaan dan pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, Dialah yang telah menolong hamba-Nya, menepati janji-Nya, dan Dia sendirilah yang telah menghancurkan pasukan Ahzâb." Kemudian beliau berdoa doa-doa lain seputar doa tersebut dan mengucapkannya sebanyak tiga tiga kali. Lalu Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—turun menuju Marwa, hingga ketika kedua kaki beliau menginjakkan lembah yang datar beliau berlari-lari kecil. Sampai ketika kedua kaki beliau mulai menanjak, beliau berjalan sampai menaiki Marwa. Kemudian beliau melakukan sesuatu di Marwah sebagaimana yang beliau lakukan di Shafa."

3.    Berdoa pada hari Arafah. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—bersabda, "Sebaik-baiknya doa adalah doa pada hari Arafah dan sebaik-baik perkataan yang aku dan para nabi terdahulu ucapkan adalah, Lâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîkalahû, lahul mulku walahu al-hadmu wahuwa `alâ kulli sya'in qadîr (Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Miliknyalah segala kekuasaan dan pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.). [HR. At-Tirmidzi]. Demikianlah yang terus dilakukan Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—pada hari Arafah ini, menengadahkan kedua tangan setinggi dadanya seraya terus berdoa di atas untanya, sejak tergelincirnya matahari sampai matahari tenggelam.

4.    Berdoa di Masy`aril Harâm, di Muzdalifah. Dalam hadits di atas Jabir—Semoga Allah meridhainya—melanjutkan perkataannya, "Kemudian Rasulullah menunggangi Qashwâ' (nama Unta Rasulullah) sehingga apabila beliau tiba di Masy`aril Haram, beliau menghadap kiblat, lalu berdoa, bertakbir, bertahlil dan mengucapkan kalimat tauhid. Beliau tetap berdiri sampai ufuk timur menguning."

5.    Berdoa pada hari-hari Tasyrîq ketika sedang melempar dua jumrah Ash-Shugrâ dan Al-Wushthâ. Seusai melempar kedua jumrah tersebut, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—manghadap Kiblat dalam keadaan berdiri yang cukup lama seraya mengangkat kedua tangannya dan berdoa.

6.    Berdoa ketika minum air Zamzam, berdasarkan sabda beliau, "Air Zamzam diminum untuk (segala doa) yang diniatkan." [HR. Ibnu Mâjah]

Ada beberapa syarat yang mesti diperhatikan dan dipenuhi dalam berdoa. Yang paling utama adalah ikhlas dalam berdoa kepada Allah dan mengesakan-Nya dalam memohon dan menghadap kepada-Nya. Tidak berdoa kepada selain Allah dan tidak memohon selain kepada-Nya. Selain itu, haruslah menguatkan rajâ' (pengharapan) kepada-Nya, menghadirkan hati dan tidak lengah ketika sedang berdoa. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—bersabda, "Berdoalah kepada Allah sedangkan kalian merasa yakin bahwa Allah akan menerimanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari seorang yang hatinya lalai dan lengah." [HR. At-Tirmidzi]

Seorang yang berdoa hendaknya yakin dalam berdoa dan tidak ragu-ragu. Janganlah ia tergesa-gesa memohon doanya dikabulkan, karena Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kalian mengatakan, Ya Allah ampunilah aku bila Engkau menghendaki, kasihanilah aku bila Enkau menghendaki dan karuniakanlah kepadaku rezeki bila Engkau menghendaki. Tapi, hendaklah ia meyakini permintaannya. Sesungguhnya Allah melakukan apa yang Ia kehendaki. Tidak ada seorangpun yang mampu memaksa-Nya.

Beliau juga bersabda, "Doa setiap orang di antara kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa (meminta dikabulkan) dan mengatakan, "Aku telah berdoa tapi Dia tidak juga mengabulkan doaku." [HR. Al-Bukhâri]

Hendaknya ia memilih waktu-waktu tertentu yang sangat besar kemungkinan doa akan diijabah, seperti pada sepertiga malam terakhir, seusai shalat wajib, di antar azan dan iqamah, di penghujung hari Jumat, ketika sujud, di saat puasa, ketika dalam perjalanan dan pada waktu-waktu mustajab lainya.

Pada permulaan doa, hendaklah ia menghaturkan pujian kepada Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ, bershalawat kepada Nabi—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—serta mengakui dosa dan kesalahannya. Fadhâlah ibnu `Ubaid meriwayatkan, "Ketika Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—sedang duduk, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki untuk shalat, lalu berdoa, 'Ya Allah ampunilah aku dan kasihani aku'. Kemudian Rasulullah menegur orang tersebut, 'Engkau telah tergesa-gesa, wahai orang yang shalat! Jika engkau telah selesai shalat lalu duduk, maka hendaklah engkau memuji Allah dengan sifat-sifat yang layak bagi-Nya dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdoalah kepada-Nya. [HR. At-Tirmidzi]

Seorang yang berdoa hendaklah ia mengiba-iba dalam memohon dan merendahkan kepada-Nya, menampakkan besarnya masalah yang dihadapinya, menampakkan kekurangan dan kelemahannya. Hendaklah ia selalu berdoa di segala keadaan, baik di saat lapang di saat sempit, di saat senang maupun susah. Hendaknya ia mengulangi doanya sebanyak tiga kali. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian mengharapkan sesuatu, hendaklah ia sering-sering memintanya. Karena sesungguhnya ia sedang meminta kepada Tuhannya." [HR. Thabrani]. Beliau juga bersabda, "Barang siapa yang menginginkan doanya diijabah Allah di saat ia sulit dan kesusahan, maka hendaklah ia banyak berdoa pada saat ia lapang." [HR. At-Tirmidzi]

Seorang yang berdoa juga dianjurkan dalam keadaan suci dan menghadap kiblat seraya mengangkat kedua tangannya saat ia berdoa. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—bersabda, "Sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan Maha Memberi, Dia malu menolak (doa), apabila seorang hamba menengadahkan kedua tangannya kepada-Nya, dan kembali tanpa membawa apa-apa" [HR. At-Tirmidzi]

Seorang yang berdoa hendaknya merendahkan suaranya antara suara yang rendah dan nyaring, sebagaimana firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." [QS. Al-A`râf: 55]

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—bersabda, "Wahai sekalian manusia, rendahkanlah suara kalian. Karena sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada yang tuli dan yang ghaib. Sesungguhnya kalian sedang berdoa kepada Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat, Dia bersama kalian." [HR. Al-Bukhari]

Hendaklah seorang yang berdoa memilih doa-doa yang ringkas namun luas maknanya serta doa-doa matsur (diajarkan oleh Nabi—Shallallâhu `alaihi wa Sallam), yang terdapat dalam nas-nas Syarat, bahwa doa-doa tersebut mustajab. Sebagaimana sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam, "Doa Dzun Nûn (nabi Yûnus—`Alaihissalâm) ketika berada dalam perut ikan, "Lâ ilâha illâ Anta subhânaka, innî kuntu minazh zhâlimîn". Sesungguhnya tidak seorang muslim pun yang minta sesuatu dengan (membaca ) doa tersebut, kecuali akan diijabah oleh Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—." [ HR. At-Tirmidzi]

Hendaklah ia menjauhi sajak-sajak doa yang dipaksakan, menghias-hias dan memperindah lafaz doa. Karena yang menjadi ukuran adalah kejujuran hati dan penuhnya harap kepada Allah. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—menyukai doa yang ringkas tapi padat dan tidak berdoa selain cara itu.

Seorang yang berdoa hendaknya menghindari larangan-larangan yang dapat menghalangi terkabulnya doa, makan dan minum yang baik dan halal dan tidak berdoa kecuali doa-doa yang baik. Selain itu, hendaklah ia menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam berdoa dan tidak memohon kecelakaan bagi diri, harta dan keluarganya. Karena Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—bersabda: "Janganlah kalian berdoa untuk kecelakaan diri kalian, janganlah kalian berdoa untuk kecelakaan anak-anak kalian, janganlan kalian berdoa untuk kecelakaan harta kalian. Sebab bisa jadi doa kalian itu bertepatan dengan waktu mustajab untuk berdoa sehingga Allah mengabulkan doa keburukan itu untuk kalian."

Inilah beberapa adab dan syarat-syarat berdoa secara umum. Maka marilah wahai saudaraku jamaah Haji kita bersungguh-sungguh manfaatkan waktu dan kesempatan mulia di musim haji yang agung ini. Perbanyaklah doa untuk kebaikan diri, keluaraga, orangtua, anak-anak dan saudara-saudaramu yang muslim. Orang yang diberikan taufik oleh Allah adalah orang yang meneladani Rasul-Nya dan orang memperbanyak ketundukan, keluhan, munajat, menampakkan kefakirannya kepada Tuhannya, serta menunaikan ibadah Hajinya dengan hati yang khusyuk dan lisan yang senantiasa berzikir.

 

Artikel Terkait

Keutamaan Haji