Islam Web

  1. Fatwa
  2. AKIDAH
  3. Mukadimah Tentang Akidah
  4. Naik dan Turunnya Iman
Cari Fatwa

Perbedaan Antara Bisikan yang Merupakan Bukti Iman dan Bisikan yang Menandakan Kelemahan Iman

Pertanyaan

Bagaimana kita mengetahui perbedaan antara bisikan yang mengindikasikan adanya iman dan bisikan yang menandakan kelemahan iman atau yang lain? Karena saya masih bingung dengan masalah yang saya hadapi. Mohon fatwanya.

Jawaban

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Sebuah hadits shahîh diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, "Suatu ketika, ada beberapa orang shahabat mendatangi Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam, kemudian bertanya kepada beliau, 'Kami merasakan bisikan di dalam hati kami yang sangat berat untuk kami ucapkan'. Rasulullah bersabda, 'Kalian merasakan bisikan itu?' Mereka menjawab, 'Iya'. Rasulullah bersabda, 'Itu adalah bukti nyata adanya iman'." [HR. Muslim]

Imam An-Nawawi ketika menjelaskan makna hadits ini mengatakan, "Maksud sabda beliau: "Itu adalah bukti nyata adanya iman" adalah: rasa berat yang kalian rasakan untuk mengucapkannya itu merupakan bukti nyata keimanan. Karena perasaan berat hati menghadapi lintasan pikiran seperti ini, disertai dengan rasa takut yang kuat untuk mengucapkannya, apalagi meyakininya, sikap semacam ini hanya ada pada orang yang memiliki iman sempurna dan sudah tidak ada pada dirinya segala bentuk keraguan dan kebimbangan."

Al-Khaththâbi mengatakan, "Yang dimaksud dengan 'bukti adanya iman' adalah faktor yang membuat mereka merasa berat untuk mengucapkan bisikan di hati mereka, serta menahan mereka untuk menerima apa yang dilontarkan oleh Syetan. Kalau bukan begitu, niscaya mereka tidak akan merasa berat menghadapi lintasan hati itu, hingga mereka mampu mengingkarinya. Jadi, maknanya bukan bahwa bisikan itu sendiri merupakan bukti nyata keimanan, bahkan bisikan itu sebenarnya berasal dari Syetan dan tipu dayanya."

Dari pernyataan Al-Khaththâbi di atas dapat dipahami bahwa yang mengindikasikan kekuatan iman adalah perasaan berat menerima bisikan itu dan terus berupaya menghilangkannya. Sedangkan tidak merasa berat dengan bisikan itu dan membiarkannya merasuki hati, itu merupakan pertanda kelemahan iman. Adapun adanya bisikan itu sendiri bukanlah bukti kekuatan iman maupun kelemahan iman.

Berdasarkan keterangan di atas, kiranya saudara penanya sudah dapat memahami perbedaan itu dan merasa tenang. Siapa yang merasa berat menerima bisikan Syetan di hatinya dan khawatir mengeluarkannya maupun mengucapkannya, kemudian berusaha menghilangkannya dengan menutup jalannya menuju hati dan keyakinan, serta menolaknya dengan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan Syetan, berarti ia adalah pemilik keimanan yang kuat. Ia memiliki suri teladan yang baik tentang hal itu pada diri para shahabat Rasulullah. Tetapi siapa yang mengikuti bisikan itu, lalu mengucapkannya dan menyebarkannya hingga menimbulkan keraguan yang menggoyang tiang-tiang keyakinannya, serta melanggar nilai Tauhid, maka itu merupakan bukti kelemahan imannya. Seorang yang seperti ini dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam kesyirikan serta mengikuti bisikan Syetan.

Siapa saja yang melawan bisikan-bisikan Syetan niscaya akan selamat dengan karunia dan pertolongan Allah. Syetan akan lari darinya dan merasa berputus asa menggunakan godaan semacam ini. AllahSubhânahu wata`âlâberfirman (yang artinya): "Karena sesungguhnya tipu-daya Syetan itu adalah lemah." [QS. An-Nisâ': 76]

Wallâhu a`lam

Fatwa Terkait

Cari Fatwa

Anda dapat mencari fatwa melalui banyak pilihan

Today's most read