Islam Web

  1. Fatwa
  2. AKIDAH
  3. Beriman Kepada Hari Akhirat
  4. Tanda-Tanda besar kiamat
Cari Fatwa

Bukti-bukti Bahwa Dajjâl Bukan Tuhan

Pertanyaan

Di dunia ini, ada orang yang mengaku-ngaku sebagai tuhan dengan memperlihatkan berbagai mukjizat, dan itu dipercaya oleh orang. Seperti yang terjadi pada Dajjâl misalnya. Sementara mukjizat-mukjizat yang diperlihatkan oleh orang-orang yang mengaku sebagai nabi, seperti Musailamah Al-Kadzdzâb, tidak percaya oleh orang. Kedua bentuk mukjizat ini jelas hanya merupakan kedustaan belaka. Tapi pertanyaanya, kenapa yang pertama bisa dipercaya oleh orang, sementara yang kedua tidak?

Jawaban

Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Ada perbedaan antara mukjizat para nabi dengan hal-hal luar biasa yang diperlihatkan oleh para pendusta. Mukjizat para nabi tidak bisa dicontoh atau ditiru oleh siapa pun, baik manusia maupun jin. Berbeda dengan kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh para pembohong besar itu.

Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah, pernah menyampaikan beberapa pernyataan yang bermanfaat dalam masalah ini, di antara adalah perkataannya, "Di antara bentuk keistimewaan mukjizat para nabi adalah tidak ada seorang pun yang bisa menantang dan menirunya, berbeda dengan hal-hal luar biasa lainnya yang bisa dilawan."

Oleh karena itu, orang-orang seperti Musailmah Al-Kadzdzâb tidak dapat melakukan satu pun kemampuan luar biasa yang mengindikasikan kebenarannya. Walaupun ia bisa melakukan hal-hal luar biasa sebagai bentuk istidrâj (hukuman secara perlahan-lahan) dari Allah, namun itu tidak bisa membuktikan kebenaran klaimnya sebagai nabi. Artinya, tidak ada hal yang bisa ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia benar, karena semua orang telah mengetahui riwayat hidupnya, kebohongannya, dan dosa-dosanya. Semua itu menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang nabi, karena nabi tidak mungkin seorang pendusta atau pelaku dosa.

Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah, berkata, "Bukti-bukti yang benar menunjukkan suatu kebenaran, karena bukti selalu menunjukkan sesuatu yang dibuktikannya. Oleh karena itu, sangat mustahil jika para pembohong besar bisa memperlihatkan tanda-tanda bahwa mereka benar. Apabila ada orang yang mengatakan bahwa pada kenyataannya, ada hal-hal luar biasa yang bisa diperlihatkan oleh para pendusta yang mengaku nabi itu, walaupun itu bohong, maka kita jawab, 'Benar, itu bisa saja terjadi, tapi tetap tidak bisa menunjukkan kebenaran mereka, persis seperti kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh para penyihir dan dukun, di mana semua yang mereka perlihatkan itu disertai dengan berbagai indikasi kebohongan mereka'."

Begitu juga dengan kemampuan luar biasa yang dimiliki Dajjâl. Itu semua merupakan istidrâj dari Allah. Dan bagaimana pun kondisinya, kemapuan itu tidak bisa menunjukkan bahwa ia benar.

Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah, berkata, "Kita menganggap bisa saja ada kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh orang-orang yang mengaku tuhan seperti Dajjâl, karena semua itu tetap tidak menunjukkan bahwa klaim mereka benar, sebab pengakuannya sebagai tuhan adalah bohong. Adapun yang mustahil adalah munculnya bukti-bukti kebenaran dari tangan mereka."

Jadi, kemampuan luar biasa dan berbagai keajaiban yang dimiliki oleh Dajjâl tidak memiliki efek apa-apa, karena kemampuan itu tidak bisa menjadi bukti kebenaran klaimnya. Sebaliknya, klaimnya itu sendiri mustahil bisa dibuktikan, karena meskipun mampu memperlihatkan hal-hal ajaib, ia juga memiliki banyak tanda-tanda kebohongan. Di antara tanda-tanda itu adalah tertulisnya kata "kafir" di antara kedua matanya, kebutaan sebelah matanya, ketidakmampuannya untuk membunuh kembali orang yang telah ia bunuh sebelumnya, dan masih banyak bukti-bukti lain yang mengindikasikan bahwa semua kemampuan itu bukanlah tanda kebenarannya. Oleh karenanya, tanda-tanda tersebut tidak ada artinya, selain hanya sebagai bentuk istidrâj dari Allah untuk orang-orang kafir, sekaligus ujian bagi orang-orang mukmin. Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah, berkata, "Karena kebenaran pengakuan sebagai tuhan itu adalah mustahil, maka tidak ada satu keajaiban pun yang bisa menunjukkan kebenaran hal yang mustahil itu."

Wallâhu a`lam.

Fatwa Terkait