Islam Web

  1. Fatwa
  2. AL-QUR'AN
  3. Turunnya Al-Qur’an
  4. Cara-Cara Al-Qur’an Diturunkan
Cari Fatwa

Menjawab Kontradiksi Antara Celaan terhadap Suara Lonceng dan Turunnya Wahyu Seperti Gemerincing Lonceng

Pertanyaan

Saya pernah membaca bahwa kadang-kadang wahyu turun kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—seperti gemerincing lonceng. Sementara dalam sebuah hadits shahîh disebutkan bahwa para malaikat tidak akan menyertai kafilah yang di dalamnya ada anjing atau lonceng. Mohon penjelasan mengenai perbedaan ini. Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.

Jawaban

Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Diriwayatkan dalam Shahîh Al-Bukhâri bahwasanya Al-Hârits ibnu Hisyâm—Semoga Allah meridhainya—bertanya kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—seraya berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana wahyu datang kepada Anda?" Lalu Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Kadang-kadang wahyu datang kepadaku seperti gemerincing lonceng, lalu ia terputus dariku sementara aku telah menyerap apa yang dikatakannya." Yang dimaksud dengan perkataan Rasul 'seperti gemerincing lonceng' adalah analogi bukan yang sebenarnya.

Abu Umar ibnu Abdul Barr berkata, "Adapun perkataan Rasul di dalam hadits ini, 'gemerincing lonceng' maka sesungguhnya yang beliau maksud adalah seperti suara lonceng. Ash-Shalshalah (gemerincing) adalah suara."

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—memberi tahu dalam hadits ini bahwa turunnya malaikat kepada beliau itu di dalam batin (artinya, malaikat tidak menampakkan diri), dengan suara seperti gemerincing lonceng. Disebutkan juga di dalam hadits riwayat Umar—Semoga Allah meridhainya—dalam menggambarkan apa yang terdengar di dekat Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—, ia berkata, "Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bila wahyu turun kepada beliau terdengar di dekat beliau suara berdengung seperti dengungan suara lebah." [HR. An-Nasâ'i dalam As-Sunan Al-Kubrâ]

Al-Hâfizh Ibnu Hajar berkata, "Umar menganalogikannya dengan dengungan suara lebah dilihat dari sisi orang-orang yang mendengarnya. Sementara Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—menganalogikannya dengan gemerincing lonceng dilihat dari sisi beliau sendiri."

Bila ini telah dapat ditetapkan, maka tak ada kontradiksi antara hadits di atas dengan sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—, "Malaikat tidak akan menemani suatu rombongan yang di dalamnya ada anjing atau lonceng." [HR. Muslim]. Karena yang dimaksud dengan lonceng di dalam hadits ini adalah lonceng yang sebenarnya. Sedangkan hadits sebelumnya, yang dimaksud hanyalah analogi.

As-Suyûthi berkata, "Kalau dikatakan, bagaimana bisa sesuatu yang terpuji dianalogikan dengan sesuatu yang tercela, karena suara lonceng itu tercela berdasarkan keshahihan larangan dan pemberitahuan bahwasanya malaikat tidak menemani suatu rombongan yang di dalamnya ada lonceng. Jawabannya adalah bahwa dalam penganalogian tidak mesti ada persamaan antara yang dipersamakan dengan yang diserupai dalam seluruh sifat-sifatnya. Akan tetapi cukup persamaan antara keduanya dalam salah satu sifat saja. Yang dimaksud di sini adalah penjelasan indrawi. Sehingga disebutkanlah apa yang biasa didengar oleh para pendengar untuk mendekatkan kepada pemahaman mereka."

Wallâhu a`lam.

Fatwa Terkait