Islam Web

  1. Fatwa
  2. AKIDAH
  3. Hal-Hal Lain Terkait Akidah
Cari Fatwa

Syaitan Mencuri Dengar dengan Takdir Allah

Pertanyaan

Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): “Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh panah api yang menyala.” [QS. Ash-Shâffât: 10]. Pertanyaan bukan sanggahan, kenapa syaitan bisa mencuri berita langit? Apakah tidak ada penjagaan yang ketat sehingga syaitan tidak bisa mencuri berita walaupun hanya satu saja? Dengan kata lain, apakah tidak mungkin syaitan ditutup pendengarannya sebelum dia mencuri berita langit sehingga tidak perlu dikejar panah api?

Jawaban

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasûlullah beserta keluarga dan para shahabat beliau. Ammâ ba`d.

Ibnu Katsîr menyebutkan di dalam tafsirnya pada surat Ash-Shâffât ini, “Yaitu, kecuali para syaitan yang mendengar satu berita, yaitu satu kata yang didengarnya di langit, maka dia operkan ke syaitan yang di bawahnya, diteruskan ke yang bawahnya lagi dan selanjutnya, mungkin saja dia telah diterjang panah api sebelum meneruskan beritanya dan mungkin saja dia berhasil mengoperkannya dengan takdir Allah—Subhânahu wata`âlâ—sebelum diterjang panah api yang membakarnya, sehingga yang terakhir menyampaikannya kepada dukun/paranormal.”

Hal ini menunjukkan kepada hadîts yang diriwayatkan Al-Bukhâri—Semoga Allah merahmatinya—dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya—dari Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda: “Jika Allah memutuskan satu hal di langit, para malaikat mengepakkan sayapnya tunduk kepada firman-Nya, bagaikan bunyi rantai di atas marmer, (Allah) menujukan firman-Nya kepada mereka (malaikat), ketika rasa takut sudah hilang dari hati-hati mereka, mereka berkata, “Apa yang dikatakan Rabb kalian?” Sebagian yang lain menjawab, “Al-Haq (kebenaran), Dia-lah yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Kemudian pencuri berita kepada pencuri berita lainnya mendengarnya, satu di atas yang lainnya. Sufyân—perawi hadîts—menggambarkannya dengan telapak tangannya, kemudian membentangkannya dan menyilangkan jari-jari kedua telapak tangannya satu di atas yang lainnya. Kemudian (pencuri berita itu) mendengar kalimat (berita), diteruskannya kepada yang dibawahnya, lalu diteruskan lagi kepada yang dibawahnya, sehingga sampai ke mulut penyihir atau dukun. Mungkin saja dia diterjang panah api sebelum sempat meneruskan (berita) kepada yang lain, atau dia sempat meneruskan berita sebelum diterjang panah api, maka dia memberikan 100 kedustaan untuk satu kebenaran. Kemudian dikatakan, “Bukankah dulu dia pernah berkata kepada kami ini dan itu, ini dan itu (dan benar-benar terjadi)? Maka ia pun memercayai kalimat yang didengar dari langit tersebut.”

Kesimpulannya; bahwa berita yang didapat oleh para pencuri berita itu karena takdir Allah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsîr—Semoga Allah merahmatinya. Selain itu, hal seperti ini merupakan salah satu fitnah/ujian—semoga Allah menyelamatkan kita—untuk membedakan orang-orang yang betul-betul beriman kepada yang ghaib dengan yang lainnya yang mungkin diyakini sebagian orang mengetahui hal yang ghaib, seperti para dukun dan para penyihir, maka dia mendengar satu berita yang benar ditambah 100 kebohongan. Hal itu dikarenakan kelemahan jiwa mereka sehingga percaya (kepada dukun dan penyihir). Lâ haula walâ quwwata illâ billâh.

Wallâhu a`lam.

Fatwa Terkait

Cari Fatwa

Anda dapat mencari fatwa melalui banyak pilihan

Today's most read